3. Suara yang Sama

7.7K 804 62
                                    

Keluarga Nakamoto menikmati hidangan makan malam dengan suasana yang hangat dan tenang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Keluarga Nakamoto menikmati hidangan makan malam dengan suasana yang hangat dan tenang. Wajah Yuta tampak berseri-seri sejak dirinya pulang ke rumah dan bertemu dengan anak bungsu yang sudah ia rindukan. Rasanya sudah lama sekali mereka tidak duduk santai sambil mengobrolkan bermacam-macam topik.

"Ngomong-ngomong, kau masih berkencan dengan Na Jaemin?" Yuta tiba-tiba menyebut nama yang membuat Renjun tersenyum.

"Masih Pi. Sudah tiga tahun."

"Apa dia memperlakukanmu dengan baik?" Tanya Yuta lagi.

"Tentu saja. Kalau tidak mana mungkin aku bisa bertahan selama ini?"

Yuta dan Winwin saling melempar tatapan sambil tersenyum lega. "Syukurlah kalau begitu. Papi juga percaya kalau Jaemin adalah laki-laki yang baik. Dia kelihatan pintar dan bertanggung jawab."

"Benar kata Papimu. Kami senang kalau sudah ada yang menjagamu di New York. Jadi Mama dan Papi tidak khawatir lagi."

"Aku sudah besar Ma. Tanpa Jaemin pun aku bisa menjaga diri sendiri," elak Renjun agar dirinya terlihat mandiri.

"Tetap saja. Akan lebih baik kalau submisif dijaga oleh seorang dominan." Ucap Winwin dan Renjun hanya mengangguk singkat. "Apa kalian sudah ada rencana untuk menikah?"

"Uhuk!" Renjun tersedak begitu mendengar pertanyaan tak terduga itu. Buru-buru Winwin memberikan segelas air. "Mama kenapa bertanya begitu?"

"Loh memang pertanyaan Mama salah ya? Kan kalian sudah lama bersama. Sudah saling mengenal satu sama lain. Apa lagi yang ditunggu?"

"Tapi Ma, pernikahan kan tidak sesederhana itu. Lagipula aku dan Jaemin masih fokus pada karir kami masing-masing," Renjun bersikukuh.

"Papi sih terserah kalian saja. Kapan pun kalian siap untuk menikah, itu tidak jadi masalah. Yang terpenting adalah saling jaga komitmen yang sudah kalian buat. Jangan sampai ada yang menyakiti satu sama lain."

Renjun mengetujui. Papi memang tidak pernah terlalu ikut campur dalam percintaan anak-anaknya. Pemikirannya juga sangat bijak dan tak jarang membuat Renjun iri karena Mamanya beruntung telah dinikahi seseorang seperti papinya.

"Yah... padahal Mama sudah ingin menimang cucu," keluh Winwin dengan raut sedih.

"Sayang..." Yuta memegang punggung tangan istrinya agar tidak terlalu menekan sang anak.

"Oh ya Ma Pi, tadi sore saat Renjun main ke taman, Renjun bertemu dengan anak laki-laki yang sangat lucu!" Renjun teringat pada Jisung.

Yuta dan Winwin kembali saling berpandangan. Renjun tidak menyadari perubahan raut wajah kedua orang tuanya karena ia masih sibuk bercerita.

"Anak itu polos sekali. Dia juga bercerita soal Papanya. Tapi sayang, Mamanya sudah pergi sejak lama padahal dia sangat rindu. Malang sekali anak itu. Kok bisa ada seorang ibu yang tega meninggalkan anak selucu dia?"

BE MY HOME | Noren Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang