38. Menghilangnya Si Kecil

5K 390 22
                                    

Kebencian yang mengakar kuat itu, akhirnya luruh sedikit demi sedikit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Kebencian yang mengakar kuat itu, akhirnya luruh sedikit demi sedikit. Renjun hampir tidak mempercayai kenyataan yang sedang terjadi di hadapannya kini. Sang mama meminta maaf dan mengatakan ingin menemui cucunya, Jisung.

Apa yang sebenarnya terjadi? Apa yang menggerakkan hati mamanya setelah bertahun-tahun menyimpan benci untuk Jeno dan Jisung?

"Maafkan mama sayang, mungkin ini sedikit terlambat tapi mama ingin mulai berdamai dengan keluargamu." Ucap Winwin bernada memohon.

Renjun memandang Winwin dengan perasaan yang tak menentu. Di satu sisi ia senang jika Winwin menyadari kesalahannya tapi di sisi lain ia takut kalau itu hanyalah sandiwara semata. Renjun belum sepenuhnya percaya.

"Sedikit? Mama dan papi sudah terlalu parah membenci Jeno bahkan tega memisahkanku dengan anakku. Itu yang mama bilang sedikit?" Renjun tak ingin menahan perasaannya.

"Sayang, maaf. Dulu mama tidak bisa berpikir jernih. Yang ada di pikiran mama adalah menyelamatkan nyawamu."

"Lalu setelah aku sadar kenapa tidak ada satu pun di antara kalian yang mengatakan kebenarannya? Kalian bahkan membohongiku soal penyebab kematian kak Hendery. Apa karena aku hanyalah anak manja yang mudah dibohongi?"

"Tidak, Ren. Jangan berpikir seperti itu. Mama dan papi terlalu sayang padamu sampai tidak ingin kau terluka sedikit pun. Cara kami memang salah, tidak seharusnya kami menyembunyikan apa yang seharusnya kau ketahui."

Lidah Renjun terasa kelu. Penjelasan Winwin sungguh tidak bisa ia terima. Perbuatan orang tuanya dulu sama sekali tidak melindunginya. Justru menimbulkan luka baru dan penyesalan mendalam bagi Renjun.

"Mama mengerti kalau kau belum bisa memaafkan..."

"Ini bukan soal memaafkan ma. Masalahnya tidak sesederhana itu." Renjun memotong. "Mama belum mengerti juga ya? Tujuh tahun aku dipisahkan dari suami dan anakku. Selama itu aku menjalani hidup yang baik juga membangun karir di tempat yang jauh, tanpa tahu kalau suami dan anakku sedang menderita. Aku bahkan tidak ada saat Jisung sakit parah, aku tidak menemani Jeno membesarkan bayi kecil kami. Begitu banyak waktu yang ku lewatkan begitu saja. Mama tahu apa yang membuatku merasa miris? Jeno dan Jisung sama sekali tidak membenciku saat aku pulang. Mereka masih menyambutku dengan rasa sayang, walau aku tidak mengingat apapun tentang mereka. Aku tahu Jeno pernah melakukan kesalahan fatal. Tapi bukan berarti mama dan papi harus memisahkan kami kan?"

Kepala Winwin tertunduk lesu, penuh dengan penyesalan. Dirinya dan Yuta memang membesarkan Renjun dengan cara yang jauh berbeda dari Hendery. Putra bungsu mereka diperlakukan layaknya berlian rapuh yang harus dilindungi, tidak boleh kotor sedikit pun. Sayangnya, tidak ada yang menyadari jika Renjun juga berhak menentukan jalan hidupnya sendiri.

"Dan aku tidak akan pernah melupakan bagaimana mama menyuruhku untuk menggugurkan Jisung saat itu. Anak yang tidak tahu apa-apa, sama sekali belum melihat dunia, tapi sudah mendapatkan penolakan dari kakek dan neneknya sendiri. Bukankah lebih baik kalau Jisung tidak perlu mengenal kalian?"

BE MY HOME | Noren Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang