34. Saat Kau Tak Ada (2)

3.2K 348 43
                                    

JENO POV

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

JENO POV

Tak ada hal yang lebih menyakitkan daripada mengetahui bahwa buah hatimu tengah berjuang melawan rasa sakitnya sendiri. Hari ini, aku kembali mengantar anakku ke rumah sakit. Saking seringnya datang kemari, sekarang aku membenci bangunan ini.

Dokter mengatakan kalau Jisung terserang infeksi paru-paru. Itulah yang membuatnya sempat kesulitan bernapas. Sebenarnya penyakit ini tidak begitu mengkhawatirkan jika dilakukan pengobatan yang tepat. Karena tidak ingin anakku menderita lebih lama, aku menyetujuinya. Walau biaya yang harus aku keluarkan pun tidak sedikit.

Ini semua memang salahku. Aku yang menyakiti Renjun hingga membuatnya melahirkan Jisung sebelum waktunya. Itu adalah kesalahan fatal yang akan menjadi dosa abadiku. Penyesalan seumur hidup yang tidak akan pernah hilang dari diriku.

"Apa yang akan kau lakukan?" Tanya ayah Taeil yang baru saja menyusulku ke rumah sakit.

"Aku harus mencari uang untuk biaya pengobatan Jisung, yah. Apapun caranya aku akan mengusahakannya." Jawabku sambil tertunduk lesu.

"Sudah coba minta bantuan papimu?"

Aku menggelengkan kepala. Rasanya malu meminta bantuan pada papi setelah dulu, awal-awal menikah aku menolak bantuannya dengan begitu percaya diri. Aku pikir penghasilan dari pekerjaanku cukup untuk menghidupi keluargaku namun nyatanya tidak.

"Tidak ada salahnya untuk meminta bantuan pada papimu. Ayah percaya kalau papimu akan bersedia membantu karena beliau sangat menyayangi anaknya."

"Bagaimana kalau papi tidak mau membantuku? Dulu aku sempat menolak bantuannya." Aku mengutarakan kekhawatiranku.

Mungkin karena iba melihatku yang tampak menyedihkan ini, ayah lantas mengusap punggungku. "Itu tidak akan terjadi. Ayah tahu sebesar apa rasa sayang tuan Jaehyun padamu. Selama ini beliau selalu menjagamu diam-diam."

Kepalaku langsung menoleh ke samping dan menatap penuh keraguan. "Papi? Menjagaku?"

"Ya. Tuan Jaehyun menyuruh orangnya untuk mengawasimu. Tidak pernah sedikit pun beliau melewatkan perkembangan hidup anaknya. Bahkan, tuan Jaehyun pernah berkata padaku bahwa ia bangga memiliki anak yang bertanggung jawab sepertimu."

Sama sekali tidak terpikirkan olehku bahwa papi sangat peduli pada anaknya. Papi yang ku kenal selama ini adalah sosok yang dingin dan keras. Mungkin beberapa kali papi menunjukkan kasih sayangnya padaku tapi tetap saja, aku selalu menduga jika papi melakukannya atas dasar tujuan tertentu.

"Ayah, papi sempat menyuruhku untuk bergabung dalam kelompok mafianya. Kalau dipikirkan, mungkin papi memang mengawasiku karena aku adalah satu-satunya yang akan meneruskan bisnis kotornya itu."

"Apa kau setuju?"

"Tidak, tentu saja tidak." Sejauh ini pendirianku masih sama. "Aku memang kesulitan mengendalikan emosi tapi kalau aku menjadi anggota mafia, bukankah itu akan semakin memperburuk kondisiku? Aku tidak mau jadi orang yang kejam seperti papi."

BE MY HOME | Noren Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang