36. Menjauh Dari Keramaian

5.6K 484 30
                                    

Mumpung libur jadi bisa update cepet

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mumpung libur jadi bisa update cepet. Enjoy! ♡

Begitu menginjakkan kakinya kembali di Korea Selatan, Renjun merasa harus menyelesaikan sesuatu dengan kedua orang tuanya. Tentu saja ia merasa marah. Sikap Yuta dan Winwin yang sudah memisahkannya dari suami dan anaknya dengan memanfaatkan amnesianya sungguh keterlaluan.

Renjun menumpangi taksi yang menjemputnya dari apartemen Jeno. Ketika Jeno pergi, Renjun memanfaatkan kesempatan itu untuk pulang sejenak ke rumahnya. Renjun memilih untuk pergi diam-diam daripada Jeno memaksa untuk ikut. Belum, ia harus berbicara sendiri dengan Yuta dan Winwin.

Sepanjang perjalanan, pikirannya berkecamuk. Renjun memikirkan ulang seluruh kisahnya dengan Jeno dari awal. Mengapa alurnya harus serumit ini? Apakah ia dan Jeno tidak bisa menjadi sepasang kekasih pada umumnya? Atau... apakah semesta memang tidak merestui mereka berdua?

Tak butuh waktu lama untuk sampai di kediaman Nakamoto. Kedua tungkai rampingnya melangkah tanpa ragu memasuki mansion yang sudah jadi saksi bisu hidupnya sejak kecil. Baru kali ini Renjun memasuki bangunan megah itu dengan perasaan benci.

"Papi, mama Renjun mau bicara." Renjun berkata setenang mungkin. Namun tak dapat menyembunyikan kilat emosi di paras ayunya.

"Ren? Kau sudah pulang? Astaga mama rindu sekali padamu," Winwin langsung memeluk erat putranya meskipun pelukan itu tak terbalas sama sekali.

Menyadari atmosfer yang tidak biasa, Winwin lantas melepaskan pelukannya. Memperhatikan Renjun dengan lebih seksama. "Ada apa? Kenapa kau terlihat kesal begitu sayang?"

Sedangkan Yuta yang sudah menyadari maksud kedatangan Renjun, hanya memandang anaknya dengan sorot yang tak kalah kuat. "Duduklah." Perintahnya dingin namun menuntut.

Renjun menurut. Dirinya mendudukkan diri di sofa di hadapan Yuta dan Winwin. "Aku tahu papi dan mama sangat membenci Jeno. Bahkan aku masih ingat bagaimana kalian menyuruhku untuk menggugurkan kandungan daripada melihatku menikah dengan Jeno. Waktu itu aku masih remaja dan naif, belum terlalu mengerti kalau perbuatan papi dan mama sangat keterlaluan."

"Sayang, kami melakukannya karena kami menyayangimu. Kami tidak ingin hidupmu hancur karena Jeno." Winwin berusaha memberi pengertian.

"Dengan cara membawaku pergi ke Paris tanpa memberitahu suamiku sama sekali? Lalu saat aku hilang ingatan kalian bahkan tidak mengatakan apapun soal Jeno dan bayiku. Apakah itu perbuatan yang bisa diterima?" Renjun mengepalkan tangan di sisi pahanya.

"Kau tahu Jeno sudah berbuat kasar sampai separah itu dan masih ingin kembali padanya? Jangan bodoh, Renjun." Yuta membuka suara. "Saat itu kau hampir mati di tangan suamimu sendiri. Orang tua mana yang akan membiarkan anak mereka hidup dengan seorang tempramen seperti Jeno?"

"Bagaimana dengan Jisung? Anakku tidak tahu apa-apa. Dia menjadi korban sehingga tidak mendapatkan kasih sayang seorang ibu sejak dilahirkan. Jisung sakit saat aku pergi, pi. Aku menyesal karena tidak bisa merawatnya." Air mata merebak tumpah. Jika menyangkut Jisung, Renjun tidak mampu menahan diri.

BE MY HOME | Noren Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang