11. Keluarga Kecil Jung

7K 625 29
                                    

RENJUN POV"Dia demam," aku memberitahu Jeno begitu pria itu berdiri di ambang pintu kamar Jisung dengan rambut yang setengah basah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


RENJUN POV
"Dia demam," aku memberitahu Jeno begitu pria itu berdiri di ambang pintu kamar Jisung dengan rambut yang setengah basah.

Jeno tampak terkejut sekaligus khawatir. Langkahnya dibawa mendekat padaku lalu menempelkan telapak tangan ke dahi anaknya. "Sebentar aku ambilkan plester penurun demamnya dulu."

Ku usap-usap kepala anakku dengan lembut. Tadi Jisung sempat mengigau memanggilku. Setelah aku ikut berbaring di sisinya sambil menggumamkan kata-kata yang menenangkan, Jisung kembali terlelap.

"Jangan sakit terlalu lama, sayang." Aku mencium tangan Jisung yang diperban.

Tak lama kemudian, Jeno datang dengan kotak obat-obatan. Ia mengambil sebuah plester penurun panas dan langsung ditempelnya di kening Jisung. Walaupun cukup tenang menangani anak yang tengah sakit, tapi kekhawatiran itu masih terpancar di parasnya yang tampan.

"Cepat sembuh sayangnya Papa, nanti kita main lagi..."

Belum sempat Jeno menyelesaikan kata-katanya, Jisung terbangun disertai dengan tangisan keras. Anak itu merengek seakan sesuatu membuatnya sangat tidak nyaman.

"Mama... hiks... mau dipeluk... hiks Mama..."

"Mama disini nak. Sini peluk Mama." Aku membawa tubuh ringkih Jisung ke dalam gendonganku. Punggungnya aku usap lembut agar ia menjadi lebih tenang. Tangisan Jisung tidak sekencang tadi, tapi anak itu masih merintih lirih.

"Mumpung Jisung terbangun, sebaiknya sekalian makan malam saja. Bibi sudah menyiapkan bubur," usul Jeno yang aku setujui tanpa banyak berpikir.

Kami keluar dari kamar Jisung menuju meja makan. Di sana sudah ada seorang maid yang menyiapkan makan malam.

"Tuan Jisung sakit?" Tanya Bibi kepadaku. Melihatku mengangguk, wanita itu menyajikan semangkuk bubur yang masih hangat ke hadapanku. "Biasanya Tuan Jisung hanya makan bubur sayur saat sedang sakit."

"Terima kasih, Bi." Lantas aku mengambil sedikit bubur dengan sendok dan kutiup sebentar.

"Jiji tidak mau," rengek Jisung saat aku hendak menyuapinya.

"Sayang, makan sedikit saja ya? Jiji mau sembuh kan? Kalau sudah sembuh nanti, kita bisa jalan-jalan. Jiji mau kan jalan-jalan sama Mama?" Aku berusaha membujuknya dan untungnya berhasil. Jiji mulai melahap buburnya meski harus pelan-pelan.

"Aku baru saja telpon dokter. Katanya Jiji demam karena reaksi tubuhnya yang syok setelah jatuh tadi. Kalau besok suhu tubuhnya masih tinggi, kita bawa ke rumah sakit saja ya." Beritahu Jeno yang menempati kursi di sampingku.

"Semoga demamnya tidak lama. Aku khawatir sekali."

Jeno mengiyakan ucapanku. Meski aku sedang tidak menatapnya, tapi aku merasa jika Jeno sedang memperhatikan kami. Entahlah, tiba-tiba aku merasa aneh jika ia hanya melihatku dalam diam.

BE MY HOME | Noren Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang