32

260 41 8
                                    

"Terimaksih atas waktu dan kesaksian nya nona Lisa. Kami akan menyelidiki lebih jauh tentang pelakunya." Ujar seorang petugas berwajib setelah selesai meminta keterangan kesaksian Lisa sebagai korban.

Lisa hanya mengangguk saja. Memang sejak sadar tadi Lisa tidak banyak bicara bahkan saat di tanyai oleh petigas pun Lisa hanya menjawab seada nya saja.

"Kalau begitu kemai permisi dulu." Ujar kepolisian.

"Iya pak. Terimakasih." Marco berucap ramah.

"Dan saya mohon agar bapak mengsuut kasus ini hingga pelakunya ketemu." Pinta Sandra.

"Akan kami lakukan yang terbaik Nyonya. Selamat siang." Sang pihak berwajib pun meninggal kan ruang rawat Lisa.

Bertepatan dengan itu Rosè masuk dengan beberapa paperbagk berisi makanan. Rosè memesan nya tadi sebelum menjenguk Lisa.

"Kau membawa makanan ku Rosè?." Tuding Jisoo langsunh dengan tidak sabar.

"Tentu saja. Ini untuk mu." Rosè menyerahkan peperbac berisi chikin pada Jisoo.

"Wahhh. Aku sudah sangat lapar." Pekik Jisoo senang.

"Ck. Dasar manusia tidak tau situasi." Cibir Jennie kesal dan memutar matanya jengah terhadap tingkah Jisoo.

Jisoo mengabaikan cibiran Jennie.dan memilih fokus pada chikin nya di meja ruang rawat Lisa.

"Apa kau benar-benar tidak melihat pelakunya Lisa?." Tanya Jennie. Sedari tadi dia merasa ada yang janggal dengan kesaksian Lisa.

Lisa diam, mata nya fokus pada Rosè yang memberikan paperbak pada Mommy dan Deddy nya.

"Seperti kata ku mereka ada dua orang, duq duanya pria. Dan aku mengenal satu di antara mereka." Ujar Lisa setelah diam beberapa saat.

"Kenapa kau tidak mengatakan nya pada detectiv itu Lisa!." Ujar Sandra sedikit membentak.

Lagi-lagi Lisa diam, menatap lurus pada Rosè yang kini menatap nya dengan masih menenteng paperbakc untuk Jennie.

"Kalau kau kenal siapa?, siapa namanya?, siapa?." Desak Marco menghampiri Lisa yang masih berbaring.

"Dia mengatakan sesuatu padaku sebelum aku sesak nafas." Ungkap Lisa mengabaikam pertanyaan Marco dan mata masih menatap Rosè lekat. Yang di tatap membals nya dengan perasaan aneh dan sedikit panik.

"Apa kata nya?, jangan bertele-tele Lisa?." Pinta Jisoo sangat mendesak.

Lagi! Lisa lagi-lagi hanya diam, tidak menjawab apa pun, seolah Lisa bisu.

"Kalau begitu  nama nya saja Lisa. Nama? Apa kau tidak tau seberapa khawatir dan cemas nya kami Lisa?, jika kau mengatatakan orang nya maka kita bisa menindak lanjutinya Lisa. Dan kamu akan aman." Jelas Marco dengan sendu.

Jujur Lisa merasa sakit melihat tatapan memohon dan putus asa dari kedua orang tua nya. Namun dia bimbang apa dia harus mengatakan nya?, bagaimana dengan Rosè jika dia tau sebenar nya?!. Dia pasti merasa bersalah walau jelas dia tidak bersalah. Tapi jika tetap menutup mulut dia tidak tega dengan orang tua nya juga sahabat nya.

"Katakan saja Lisa. Tak apa!." Ujar Rosè seakan mengerti ke gundahan hati Lisa.

Tapi Lisa tetap diam, memandang Rosè dengan tatapan yang sulit di arti kan.

"Katakan saja Lisa. Aku juga sudah menebak-nebak. Mungkin orang nya sama." Ujar Rosè sambil terkekeh di akhir katanya seolah-olah dia tak masalah.

Tapi nyata nya, dalam hati Rose sangat gelisah. Berharap bahwa apa yang dia fikir kan menjadi kenyataan.

BECAUSE I LOVE YOU= MY SUNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang