Keluarga Lisa dan sahabat nya mondar-mandir di depan ruang ICU dengan panik dan juga cemas. Bagaimana tidak sudah hampir dua jam donor jantung untuk Lisa belum dapat di tambah Rosè juga belum sampai juga di rumah sakit.
"Bagaimana Dad?." Tanya Jisoo panik.
"Tidak ada." Jawab Marco lirih menggeleng kepala putus asa. Karena dari sekian banyak kolega yang dia hibungi hingga pasar gelap tidak ada yang memiliki donor itu.
Sedangkan Sandra sudah menangis dari tadi meratai nasib putri nya dengan Jennie yang berusaha menenagkan nya sedari tadi walau dia sendiri juga kalut.
"Rosè kemana sih?." Gerutu Suzy.
"Kalau dia di sini pasti sudah mendapatkan solusi nya dan semua nya pasti akan baik-baik saja jika dia ada di sini." Tambah nya sambil mengigir kukunya panik dengan ke adaan Lisa juga gelisah karena Rosè belum tiba di rumah sakit.
Semua orang yang mendengar gerutuan Suzy terdiam dan memebenarkan nya dalam hati. Karena kalu menyangkut Lisa Rosè pasti selalu mendapat kan solisi nya.
Drap
Drap
Drap
DrapTerdengar langkah tergesa beberapa orang ke arah ke arah ruang ICU tempat Lisa di rawat.
"Ini tanda tangan surat pertanggung jawaban oprasi untuk Lisa." Suster menyerahkan nya apda Marco.
"Surat apa?, maksud nya apa sus?." Tanya Marco bingung.
"Rumah sakit mendapat donor jantung yang cocok untuk anak Tuan. Tanda tangan dan Lisa bisa segera di tangani." Jelas suster itu.
Dengan cepat Marco menyaut surat itu dan menanada tangani nya, baru setelah itu tiga suster membawa Lisa keruang oprasi dan di ikuti mereka dari belakang.
.
.
.
.
.
"Putri kita sayang." Ujar Sandra terharu samali tak bisa berkta-kata lagi."Iya." Jawab Marco dan mengangguk senang kemudian membawa Sandra ke dalam pelukan nya.
"Trimaksaih Tuhan." Gumam Jennie senang dan mengucap syukur.
"Akhirnya Lisa kau sembuh." Ujar Jisoo tak kalah senag dan memeluk Jennie.
"Lisa kita akan sembuh." Lanjut nya.
"Ya dia akan sembuh." Timpak Nayeon ikut berpelukan.
"Sebuah ke ajaiban di saat genting Lisa mendapat pendonor yang cocok." Bahagia haru Suzy juga ikut dalam berpelukan.
"Kau juga ikut Seulgi." Kesal Jennie menarik tangan nya dan mereka semua kini berpelukan dalam haru yang sangat dalam.
V melihat raut kebahagian terpancar jelas di wajah semua orang hanya tersenyum getir dan duduk setra menundukan kepala.
"Kuharap kau kembali dalam ke adaan baik-baik saja Rosè. Mereka semua terlihat bahagia akan kesembuhan Lisa. Tapi jika kau tidak di sini maka Lisa akan tetap sakit ya itu patah hati." Batin V penuh harap.
.
.
.
.
.
.
.
Sudah seminggu setelah oprasi donor jantung Lisa masih terbaring tidak sadarkan diri di brangkar rumah sakit tepat nya ruang VVIP. Marco dan Sandra dua pulu emat jam full menjaga Lisa dan Jennie beserta teman-teman yang lain setiap hari menjenguk Lisa walau sore nya mereka pulang dan siang setelah sekolah mereka kembali ke rumah sakit."Bagaimana ke adaan Lisa dok?." Tanya V setelah di periksa oleh dokter Han.
"Ke adaan Lisa sudah baik dan setabil. Mungkin nanti atau besok dia akan sadar." Jelas dokter Han.
V menghela nagas lega.
"Terimakasih banyak dok." Ujar V dokter Han mengangguk dan pergi dari sana.
.
.
.
.
.
.
.
"Jennie?." Panggil Nayeon menghampiri Jennie yang ingin masuk ke mobil nya."Ada apa Nay?." Saut nya bingung.
"Hari ini gua Suzy sama Sulgi gak bisa jenguk Lisa kita da tugas kelopok. Gak papa kan?." Ujar nya tak enak.
"Gak papa Nay, biar gua sama Jisoo aja yang ke sana. Santi aja oke." Jelas Jennie.
"Ya udah gua pergi dulu Bye." Nayon segara lari kecil ke arah mobil Suzy.
.
.
Di dalam mobip Jisoo sibuk memyetir dan Jennie sibuk mensecrol ponsel nya entah apa yang di lihat oleh gadis kucing itu hingga kegiatan nya berhenti dan menatap nanar ke luar jendela."Jisoo menurut mu Rosè di mana?." Satu pertanyaan terlontar dari Jennie.
Hanya satu pertanyaan dapat membuat Jisoo terlonjak kaget, dan beruntung dia bisa mengendalikan diri hingga tidak terguncang selama menyetir.
"Aku tidak tau Jen. Dia menghilang bagai di telan bumi tanpa jejak sedikit pun." Ujar Jisoo.
"Benar dia menghilang tanpa melihat ke aadan Lisa sedikit pun." Ujar Jennie masih menatap ke luar kaca mobil.
"Menurut mu apa yang akan kita katakan pada Lisa saat dia sadar nanti?." Tanya Jennie.
Jisoo mengendus ingin tertawa, bukan merasa Lucu tapi bingung jawaban apa yang akan mereka berikan pada Lisa nanti nya.
"Aku tidak tau Jen. Ayo turun dan semoga kali ini Lisa sudah sadar.' Ujar Jisoo memarkirkan mobil nya di parkiran rumah sakit.
.
.
.
.
.
"Lisa sayang?, bangun nak?, Mommy sama Daddy sangat merindukan mu nak. Apa mimpi mu seindah itu hingga tidak ingin bangun lagi?." Ujar Sandra sedih mengusap kepala puntri nya sayang."Ayo bangun nak?, Mommy janji akan memasakan semua maskan kesukaan Lisa, kita dan Daddy akan liburan ke pantai melakukan hal-hal yang Lisa suka dan ingingin di lakukan tapi tidak bisa Nak." Tembah nya lagi kini mengecup pipi Lisa.
"Mom. Jangan terlarut dalam sedih terlalu lama, Lisa sudah baik-baik saja dan akan segera sadar. Kita berdoa saja semoga Lisa cepat sadar." Hibur Marco mengusap punggung istri nya sayang.
.
.
.
.
.
"Hallo bagai mana?." Tanya V saat menelpon."......."
"Apa kalian bekerja dengan benar sialan!, sudah seminggu tapi kalian tidak menemukan jejak Rosè sedikit pun?!!." Sentak nya menggeram marah karena dia masih di koridor rumah sakit.
"....."
"Aku tidak mau tau. Cari! Dan temukan Rosè!. Jika tidak kalian akan tau akibat nya." Geram V mengancam dan mematiakn sambungan secara sepihak.
"Arrrrrrggggghhhhh!!!."
Buk
Buk
V menggerang marah dan meninju dinding rumah sakit saking kesal nya, beruntung dia di dekat tangga darurat sehingga tidak ada orang di sana."Sial sial sial sial. Kau di mana Rosè." Ujar V sangat frustasi karena sudah seminggu dia mencari Rosè tapi nihil.
.
.
.
.
.
.
"Kamu di mana sih Rosè? Kakak rindu." Gumam Wendy menatap foto Rosè di tangan nya."Kamu baik-baik saja kan si luar sana?, pasti baik-baik saja karena adik kakak orang yang sangat kuat dan hebat jadi kaka yakin kamu pasti baik-baik saja." Gumam nya lagi mengelus lembut foto Rosè.
"Sayang." Panggil Joy lembut dan memeluk Wendy kepala gadis itu tepat di perut Joy.
"Aku Rindu adik ku Joy, aku rindu, aku khawatir, aku takut dia tidak akan kembali lagi Joy. Aku takut sangat takut jika tidak lagi dapat melihat senyum manis nya lagi, tidam dapat melihat dia memakan semua masakan ku lagi Joy aku takut." Adu Wendy dalam dekapan hangat dan menenangkan bagi nya itu dan menangis sejadi-jadi nya.
Dengan sabar Joy mengusap punggung Wendy dalam diam, dia juga sangat menghawatirkan ke adaan Rosè yang tiba-tiba menghilang tanpa jejak.
"Rosè kamu di mana?, semua orang mencari dan merimdukan mu. Kembali lah khasian Wendy terus-terusan menangisi mu." Batin Joy sedih dan penuh harap bahwa Rosè akan kembali.
.
.
.
.
.
.
.
--------------------‐-----‐-----------------------Em lebe yah.
Jangan Lupa komen & vote oke!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
BECAUSE I LOVE YOU= MY SUN
Fanfiction"Dia adalah orang pertama yang memberi ku kehangatan di dingin nya kesendirian. "Dia yang memenyinari hidup ku, di gelap nya dunia ku." "Dia yang merupakan cinta pertama ku. juga yang memberi luka patah hati ku." "Dimana aku harus memilih merel...