[33] Small pieces of past

39.7K 5K 171
                                    







"Hei! kalian gila!?"

"Jangan ikut campur!"

Sakit, sakit, jantung ini sakit sekali. Aku berjongkok karena kesakitan pada jantungku saat mereka kembali merundungku untuk kesekian kalinya hanya karena aku tak mengikuti kelas olahraga.

Cekrek!

"Aku memotret kalian. Mau kuberitahu kepala sekolah?"

"Ah, sialan dasar perusak suasana!"

Aku hanya mendengar mereka sedang marah pada seseorang lalu langkah kaki mereka menjauh dan sebuah tangan terulur ke arahku. Tangan seseorang yang wajahnya tidak kuingat jelas karena aku tidak berani mendongak, aku terus menunduk.

"Kau baik-baik saja? kuantar ke rumah sakit ya?"



















DEG!!!


"Akhh..." denyutan keras Ash rasakan di jantungnya. Ia terbangun setelah memimpikan masa lalunya sekilas dan merasa sangat lemas seolah habis tidur untuk waktu yang lama.

"Nona? nona bangun?"

Itu suara Lily. Ash mengenalinya.

"Bu, nona-ku sudah bangun!" suara gadis itu terdengar gembira lalu langkah kaki seseorang nampak memasuki ruangan.

Sebuah tangan menyentuh dahi dan pipinya, memberi tepukan pelan disana. "Bagaimana keadaanmu, nak?" itu suara lembut dari seorang wanita, Ash menebak usianya diatas tiga puluh tahunan.

"L-lemas..." ucap Ash pelan dengan suara yang terdengar begitu kecil dan lemah.

"Tidak apa-apa kau akan segera membaik setelah mengonsumsi makanan secara rutin. Sekarang minumlah dahulu, ya?"

Ash dibantu untuk duduk di ranjang lalu disodorkan segelas air. Ia meneguknya dua kali kemudian mengerjapkan matanya dan merasa asing dengan kamar tempat ia berbaring.

"Lily?" panggilnya pada gadis yang segera menempatkan dirinya duduk di tepi ranjang yang paling dekat dengan Ash.

"Iya, nona? saya disini. Nona butuh sesuatu? saya ambilkan. Katakan apa itu?"

Ash menggeleng. Tangannya bergerak lemah meraih lengan Ash. "Ini... dimana?"

"Nona ada di Provinsi Caltaras. Tepatnya di rumah saya!" ujar Lily dengan bangga seolah sedang mempromosikan rumahnya kepada Ash disertai senyum lebar. "Ah, aku lupa bilang pada nona..."

"Caltaras?" Ash mengerutkan keningnya.

"Iya. Provinsi Caltaras masih dibawah pemerintahan Carthion kok, nona jangan khawatir. Saya tidak menculik nona."

Ash meringis pelan merasakan kepalanya berdenyut sakit. "Lily jangan ajak Ash bicara dulu, biarkan dia beristirahat."

Lily berdecak. "Tapi, ibu..."

"Tidak. Tolong, aku ingin bicara dengan Lily." Ujar Ash meminta waktu berdua dengan gadis itu.

"Baiklah." Wanita itu tersenyum lalu mengusap lembut puncak kepala Ash kemudian menatap Lily tajam. "Jangan bicara aneh-aneh paham?" peringatnya pada Lily sebelum meninggalkan ruangan itu.

Sepeninggalnya wanita itu, Ash membenarkan posisi duduknya seraya meremas pergelangan tangan Lily. Ia minta dijelaskan tentang semua yang terjadi termasuk bagaimana bisa ia berada di Caltaras.

"Nona tak sadarkan diri selama lima bulan."

"APA!?" Ash melotot nyaris mengeluarkan bola matanya. "LI-LIMA...BULAN!?"

Crown Prince and His Maiden Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang