[27] Theo

42.1K 4.6K 84
                                    













"Selamat datang di Carthion, Yang Mulia." Larissa membungkuk sebagai bentuk hormat sekaligus pendekatan dengan tokoh utama cerita, Theo Lysander.

"Dengan senang hati saya, Larissa Cadfael--menyambut kehadiran anda disini." Lanjut wanita itu tersenyum.

Pria itu langsung menatapnya dengan pandangan kagum tipikal jatuh cinta pada pandangan pertama seperti yang tertulis dalam novelnya begitu matanya bertemu dengan mata Larissa.

"Cantik."

Satu buah kata yang lagi-lagi sukses membuat Larissa tertegun. Ia sudah mendengarnya berkali-kali dan pertemuan seperti ini, Larissa sudah melakukannya berulang kali secara monoton tapi ia tidak pernah bosan seakan hatinya merasa sedikit lebih baik saat mengetahui ada seseorang yang mencintainya dan berniat menemani langkahnya.

"Terimakasih atas pujiannya." Pipi Larissa bersemu merah tanpa wanita itu sadari, ia menatap pria di hadapannya dengan malu-malu. "Adik saya--ah, maksud saya Pangeran Mahkota akan segera datang untuk menyambut anda di ruang utama istana. Apakah anda berkenan menunggu disana?"

"Jika seorang Puteri secantik anda menawarkan saya untuk minum racun pun pasti saya lakukan detik itu juga." Balas Theo.

"Menjijikan!" desis Rezef dari kejauhan, ia masabodo karena jarak mereka cukup jauh jadi mustahil untuk mendengar satu sama lain ataupun menyadari ada yang sedang menonton mereka berdua.

"Ah... kau merusaknya," Ash berdecak, ia baru menyadari kehadiran Rezef ketika menoleh ke arah samping dan wajah pria itu hampir sejajar dengannya sebab tadi saat berkomentar semacam itu Rezef sengaja menempatkannya tepat di telinga Ash supaya gadis itu tersadar dari lamunannya.

"Benar-benar menjijikan!" timpal Rezef mengulangi kalimatnya sama persis dengan ekspresinya saat ini.

"Kau... tidak boleh mengatakan sesuatu dengan terlalu jujur begitu lagipula meski kelihatannya menjijikan bagimu tapi itu merupakan hal penting bagi--"

"Bagi kau?" Rezef menyorot Ash dengan tatapan dingin.

"B-bukan aku!" elak Ash tak mau kena masalah lebih awal lagipula ia tidak bisa menceritakan tentang novel dan segalanya dan fakta bahwa ia bukan berasal dari tempat ini. "Omong-omong sebagai Pangeran Mahkota, kau harus memberi sambutan kepadanya."

"Aku peduli?"

"Itu kewajiban."

"Wakilkan saja." Sahut pria itu tidak tertarik kemudian menarik rambut Ash agar berjalan mengikutinya.

"Aww! kenapa menarik rambut!?"

Rezef memutar bola matanya malas. "Kau membentakku?" tanyanya memutar tubuhnya menghadap ke Ash, berdiri tepat di hadapan gadis itu.

"Bukan begitu..." Ash mendesahkan nafasnya frustasi, semuanya terasa salah terus kalau dibicarakan dengan Rezef. "Aku mendapatkan sedikit informasi tentang Larissa."

"Apa itu?" Rezef menyahut tapi tatapannya terfokus ke arah lain. Pantulan matanya menampilkan leher jenjang Ash, ia menatap ke arah sana. Pada luka gores gadis itu yang sudah mengering.

"Dia berniat membunuhmu karena berpikir kau akan membunuhnya dahulu."

"Memang."

"Apa?"

Pria itu terkekeh menakutkan. Tangan kanannya berangsur naik mencengkram leher Ash dengan sangat pelan, gerakannya begitu lembut saat mendorong tubuh Ash hingga punggungnya bersandar pada dinding.

"Aku baru berniat akan membunuhnya suatu hari namun entah mengapa di dalam kepalaku seperti ada sesuatu... tidak tahu apa itu tapi seolah ada kilasan-kilasan bahwa Larissa sempat mencoba membunuhku berkali-kali." Ujar Rezef sembari mengelus sisi leher Ash lalu memejamkan matanya sesaat, merasakan kehangatan dan kelembutan gadis itu di sana ditemani getaran pembuluh darah yang terasa begitu jelas di telapak tangannya.

Crown Prince and His Maiden Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang