[54] Goodbye Lily

38.6K 4.8K 129
                                    






















"Ash..." Rezef menahan lengan Ash saat gadis itu akan kembali ke kamarnya, ingin membicarakan sesuatu yang nampaknya sangat penting.

Ash menatap lengannya sendiri yang masih dipegangi lalu tatapannya berpindah naik ke wajah Rezef. "Ada apa?" tanyanya pada pria itu merasa cemas.

"Menikahlah denganku."

"Hah?" beo Ash kebingungan sekaligus heran. "Apa?" ulangnya kembali mengajukan pertanyaan, takut kalau telinganya mendadak mengalami malfungsi.

Hela nafas diambil Rezef, pegangannya berubah jadi cengkraman yang lebih erat di lengan Ash. "Aku mengajakmu menikah."

"Aku? kenapa aku?"

"Karena aku ingin menikah denganmu."

Mencoba mencerna kalimat Rezef, Ash mengatur nafasnya terlebih dahulu sambil memikirkan balasan yang sekiranya tidak akan membuat Rezef marah. "Dalam situasi seperti ini dan tiba-tiba sekali?"

"Kau merasa takut?" suara hangat Rezef berubah menjadi dingin, tatapan dari mata biru gelapnya itu kembali tajam. "Kau takut pada ancaman Larissa? kau berpikir aku tak mampu melindungimu?"

Belum ada jawaban dari Ash saat Rezef melanjutkan. "Kita akan menikah. Seluruh dunia akan mengetahui pernikahan kita. Undangan akan disebar sampai ke ujung negeri. Mengapa merasa takut? ancaman wanita gila itu tak berdasar. Kau memiliki aku disini, disisimu. Kau meremehkan seberapa kuatnya aku?"

"Tidak, Rezef... maksudku--"

"Aku bisa mematahkan tulangmu saat ini juga, Ash. Ketahuilah bahwa aku mencoba bersabar sekarang."

Bibir Ash mengatup rapat tidak berani bicara lebih jauh lagi. Ia memilih untuk mengakhiri perdebatan ini dengan anggukkan dan sebuah kata, "baiklah."

Rezef mengangguk. Dipeluknya Ash erat-erat sambil diusap lembut kepala gadis itu, ia menyayanginya dan tidak mau seseorang mengambil Ash darinya karena itu tanpa sesuatu yang berbau romantis dan lebih mirip disebut sebagai perintah daripada tawaran atau ajakan, ia meminta gadis itu menikah dengannya.

Hanya saja bagi Ash, ia tidak tahu harus bahagia atau cemas. Situasi antara Rezef, Larissa, dan Theo sedang panas. Akan terasa sangat aneh serta terkesan dipaksakan jika ia malah mengadakan sebuah pernikahan sebesar dan semewah yang diinginkan oleh Rezef.

"Tapi--"

"Ash." Rezef menekan intonasinya saat menyebut nama gadis itu. "Jangan membantah, aku tidak menyukainya."

Lagi-lagi Ash tidak diizinkan untuk bicara atau sekedar mengajukan pendapat. Rezef memang menyebalkan tetapi lebih menyebalkan lagi Larissa. Ash tidak tahu wanita itu akan bergerak sejauh mana dibawah perlindungan Theo.

"Mandilah. Kita bertemu lagi dimeja makan nanti." Perlahan Rezef melepaskan pelukan posesifnya dari Ash lalu mengecup puncak kepala gadis itu berkali-kali dan memeluknya sekali lagi sambil berucap dalam hati, "tidak akan ada hal buruk yang bisa terjadi padamu, pada kita. Aku berjanji, Ash."

"Aku akan melindungimu sampai akhir dan tidak akan membiarkan diriku mati. Kita akan hidup bersama-sama selamanya, anggaplah ini sumpahku." Lanjutnya lalu tersenyum tipis seraya diusap-usapnya sisi wajah Ash. "Jangan khawatir." Kata yang terucap dibibirnya.

Ash tersenyum getir. "Iya."

Rezef lalu pamit untuk mengurus pekerjaannya sebentar setelah mengantarkan Ash ke kamarnya dan memastikan gadis itu masuk ke kamar mandi guna membersihkan diri.

Crown Prince and His Maiden Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang