[38] A very cheerful girl around him

40.7K 5K 281
                                    
























"Selamat pagi, Kaisar!" Nina datang lagi kali ini membawa sesuatu sebagai buah tangan untuk Rezef. "Aku membuat kue untukmu omong-omong aku juga menginap di rumah kerabat di sekitar sini jadi jangan khawatir padaku."

"Khawatir?" Rezef nyaris terpingkal dalam tawanya. "Aku mengkhawatirkanmu? jijik sekali!" Desisnya memasang ekspresi mual di wajahnya tanpa berpikir apakah kalimatnya akan menyakiti hati lawan bicara yang mendengar.

Deg!

Nina tertegun. Ia meneguk ludah, ekspresinya seketika berubah jadi terkejut dengan kepala sedikit menunduk. "Y-Yang Mulia..." ia mencoba berpikir positif untuk menghadapi Rezef saat ini yang tiba-tiba saja menjadi berbeda. "Anda tidak sungguhan dalam mengatakan itu, kan?"

Rezef memandang Nina tajam seolah sedang menusuk jantung gadis itu dengan sebuah pedang. "Mengatakan apa?"

Nina dapat merasakannya. Sekujur tubuhnya merinding, kedua kakinya juga mulai gemetaran tapi sebisa mungkin Nina tetap tenang bahkan ia bisa berkata sambil tersenyum manis. "Jijik kepadaku... itu... hanya bercanda,kan?"

"Kalau tidak bercanda memangnya kenapa?" sahut Rezef dingin. "Kau mau melakukan apa?" tangannya terulur mencengkram kuat dagu Nina, mendongakkan kepala gadis itu sehingga tatapan mereka bertemu.

Rintihan terdengar keluar dari bibir Nina namun gadis itu tetap tersenyum dalam kesakitannya. "Y-Yang Mulia... maafkan aku jika tanpa sengaja mengatakan hal lancang, mohon maafkan aku..."

Nina memohon, "maafkan aku. Aku janji tidak akan melakukannya lagi, Yang Mulia. Aku bersumpah atas nyawaku sendiri." Ucapnya dengan yakin sampai rela menurunkan harga dirinya di depan Rezef hanya untuk dipermalukan oleh pria itu.

"Nyawamu tidak seberharga itu."

Deg!

Bak terkena sambaran petir hingga gosong, Nina dikejutkan berkali-kali oleh sifat Rezef yang ternyata persis seperti yang dikatakan oleh rumor yang tersebar. Kaisar Rezef Cadfael itu kejam dan kasar. Rumor lain mengatakan dia telah menghabisi seluruh petinggi istana lalu menobatkan dirinya sendiri sebagai Kaisar.

"M-ma-af..." lirih Nina menyesal sekaligus mati-matian sedang menahan air matanya supaya tidak keluar.

Namun hal itu malah semakin membuat Rezef tersulut emosi dan menghempaskan Nina hingga tersungkur ke lantai dan kotak berisi kue yang dibawanya ikut terpelanting beserta isinya turut berhamburan di lantai.

Nina meneguk ludah horor, ia ketakutan sangat takut sampai rasanya seperti mau mati saja daripada berlama-lama berada disini. Nina takut, takut sekali. 

Rezef berjalan mendekat lalu mendaratkan sepatunya menginjak-injak kue buatan Nina dengan kejam. Gadis itu nampak syok berat untuk sesaat tetapi lalu dia mendongak dan tersenyum manis seolah tidak terjadi apa-apa.

"Maafkan saya, Yang Mulia Kaisar. Maaf atas kelancangan saya." Sesalnya. "Maafkan saya..."

Yang pada akhirnya semakin membuat Rezef menyadari betapa ia tidak menyukai Nina karena sosok itu tidak bisa ia temukan dalam  gadis itu.

Rezef pergi meninggalkan Nina tanpa mengucapakan maaf sepatah kata pun. Nina masih berusaha mencerna situasi mengerikan yang terjadi kepadanya lalu ia tertawa pelan sembari mulai memunguti kue-kue buatannya yang berserakan.

Sementara itu Rezef memilih untuk melakukan evaluasi terhadap prajurit di istananya bersama Panglima Perang bernama Lucas. Rezef memerintahkan agar seluruh prajuritnya di kumpulkan mulai dari kelas satu sampai kelas tiga yang masih dalam fase mengikuti pelatihan awal masuk sebagai prajurit inti.

Satu per satu dari mereka diminta menunjukkan kemampuan dengan bertarung pedang hingga salah satunya tumbang lalu dipisahkan antara yang kalah dan yang menang agar nanti menjadi tugas tambahan bagi Lucas untuk mengevaluasi ulang mencari yang layak dan pantas untuk menjadi prajurit istana.

"Teman! mau bertarung denganku?" Sam datang dan langsung berlari ke arah Rezef dari kejauhan. "Belakangan ini aku banyak berkembang loh!" ujarnya pamer.

Rezef hanya menatap dingin ke arah Sam beberapa saat lalu membuat pria itu berjalan mundur sambil nyengir. "Hehe... baiklah, sepertinya lain kali saja lagipula tanganku agak keram."

Pandangan Rezef teralih mengamati prajuritnya yang sedang berduel 1vs1 untuk membuktikan siapa salah satu dari mereka yang lebih layak menjadi prajurit di Istana Carthion lalu sisanya mau tidak mau harus diberhentikan agar lebih efisien karena Rezef meskipun sangat kaya ia tetap tidak tertarik menghamburkan uangnya pada orang yang tidak berguna.

"Selanjutnya!" seru Lucas saat salah satu dari prajurit sebelumnya sudah tumbang. Kini giliran prajurit lain yang unjuk kemampuan dalam berduelnya di hadapan Rezef.

Perdana Menteri Louis kemudian datang ke tengah-tengah mereka. Pria setengah baya itu membungkuk hormat pada Rezef. "Memberi salam kepada Kaisar, saya memiliki hal penting untuk dibicarakan."

Rezef mengangguk lalu membawa langkahnya menyingkir dari arena latihan para prajuritnya. Ia memilih berbicara agak jauh dari Sam dan yang lain karena sepertinya jika dilihat dari ekspresi Louis, Perdana Menteri yang naik jabatan atas perintahnya itu kelihatan ingin mengatakan sesuatu yang rahasia.

Ya, semenjak Rezef naik jabatan sebagai Kaisar seluruh peraturan Carthion di ubah. Pemerintahan yang semula berpegang kendali sebagian pada Perdana Menteri diubah menjadi keseluruhan berada di tangan Kaisar sehingga apabila belum ada perintah atau larangan yang dikeluarkan Kaisar maka Perdana Menteri tidak berhak melakukan apapun.

Perdana menteri nampak menghela nafas lalu ia menunjukkan surat gulungan yang didapatnya dari burung merpati. "Saya baru saja mendapatkan informasi tentang keberadaan Nevan Lancaster dan sebuah fakta mengejutkan lainnya. Anda ingin dengar yang mana dulu, Kaisar?"

"Apa faktanya?"

"Sebagian besar penduduk Cardis telah memberontak. Mereka memperluas organisasi dengan memasukan orang-orang berbahaya dan berniat menyerang Chares."

"Kirim pasukan untuk mencegah pemberontak di Chares." Ujar Rezef menitah, "Lucas akan turun langsung ke sana."

"Namun... Yang Mulia, saya rasa mengatasinya dengan prajurit biasa akan sangat sulit. Anggota organisasi mereka adalah orang-orang terlatih yang ahli dalam memanah dan prajurit istana kita agak lemah dalam hal menghindari panah tapi jika Kaisar turun langsung mungkin mereka akan memiliki seseorang yang bisa mengarahkan--"

"Sam akan ikut mendampingi Lucas." Potong Rezef cepat.

"Mereka adalah orang-orang yang tidak menerima anda sebagai Kaisar. Mereka akan memperluas wilayah pemberontakan dan membangun kekuatan lebih besar lagi untuk kemudian menyerang Carthion secara bersama-sama. Ini pendapat pribadi saya, Yang Mulia tidak bisa menganggap remeh pemberontakan di Cardis. Apabila Yang Mulia tidak turun langsung--"

"Apa?" Rezef mengalihkan pandangan tajamnya pada Louis, seketika pria itu mengatupkan bibirnya rapat dan menggeleng takut.

"Maafkan saya, Yang Mulia." Sesalnya merasa telah lancang dan tak seharusnya memancing amarah Rezef dengan terus mengatakan opini dari pihaknya.

"Selanjutnya?"

"Keberadaan Nevan Lancaster telah di konfirmasi berada di Caltaras bersama seorang gadis. Mereka dalam pelarian."

"Siapa?"

Perdana Menteri Louis meneguk ludah guna membasahi tenggorokannya yang terasa kering. Ia merasa agak bingung untuk menyampaikannya akan tetapi nampaknya Rezef perlu tahu sebab cepat atau lambat jika bukan diberitahu olehnya pun Rezef pasti akan segera tahu dalam kurun waktu dekat dan Louis mungkin akan menerima ganjaran apabila menutupi kebenaran.

"Itu..." jeda sebentar, pria itu mengambil nafas lalu melanjutkan. "Ash Selsmire."

Bersamaan dengan itu setelahnya Louis bisa melihat tangan Rezef mengepal kuat walau tak ada perubahan ekspresi di wajahnya.





***

100 komen? ><

Crown Prince and His Maiden Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang