[40] An eye from an eye for a moment

40.2K 5.2K 148
                                    










"Sebenarnya... APA TIDAK ADA SATUPUN YANG WARAS DISINI?" batin Ash memekik keras di dalam dirinya karena lagi-lagi ia harus lari pontang-panting untuk menyelamatkan hidupnya.



Pemberontakkan adalah salah satu scene yang ada di novel dan Ash rasa Rezef juga hilang setelah scene pemberontakan dalam cerita lalu setelah itu Ash tidak tahu lagi namun jika dugaannya benar maka setelah pemberontakkan berakhir Larissa kembali ke Carthion lalu mengambil jabatan Kaisar dan hidup bahagia.

Berarti Rezef mati?

Ash meringis memikirkan itu. Ia tidak tahu karena yang terpenting sekarang baginya adalah kabur sejauh-jauhnya dari hutan ini meski sedari tadi ia merasa hanya berputar-putar saja karena buta arah. Ash paling tidak bisa mengingat tempat yang sudah ia lewati walau menaruh patokan sekalipun, ia pasti akan selalu lupa dan suara langkah ramai di kegelapan itu semakin terdengar.

"Mereka mengejar. Sial!" Ash menoleh ke belakang lalu cahaya dari obor mulai terlihat dari kejauhan. Kakinya lelah jadi dengan cepat ia mengambil keputusan untuk naik ke salah satu pohon tinggi yang ada di sekitarnya.

Ash menempatkan tubuhnya diantara dahan pohon sambil menahan nafas karena di bawahnya ada sekitar dua sampai tiga orang yang datang dan berkeliling untuk mencarinya tanpa mengatakan apapun namun mereka masing-masing memiliki senjata yaitu pedang yang terlihat sangat tajam dan siap memotongnya kapan saja kalau tertangkap.

Alhasil Ash memutuskan untuk tetap berada di atas pohon selama beberapa jam kemudian namun akhirnya ia merasa letih, kaki dan tangannya yang berpegangan memeluk dahan pohon mulai teras kebas dan kemungkinan besar ia akan hilang pegangan lalu jatuh ke bawah, ke atas dedaunan dan rumput lalu menimbulkan suara keras yang akan langsung membuat orang-orang itu datang padanya.

"Tidak Ash, itu namanya bunuh diri." Gumamnya pelan lantas teringat pada belati miliknya yang masih berada di belakang tubuhnya, dengan gerakan cepat Ash mengulurkan tangannya mengambil belati itu dari balik kantong rahasia yang ia jahit dibalik gaunnya.

Seseorang datang. Dia membawa obor lalu nampak kelelahan. Pemuda itu berumur dua atau tiga tahun lebih muda dari Ash dan membawa senjata berupa tombak. Ash menahan nafasnya ketika pemuda itu duduk di bawah pohon dimana ia sedang berada diatasnya lalu secara perlahan Ash mencoba turun dari pohon tanpa menimbulkan suara sedikitpun.

"Aishh! apakah semalaman harus mencari gadis sialan itu? entah dimana dia sembunyi, kalau nanti sampai ketemu akan kupatahkan leher--ukh!?" pemuda itu tercekat refleks memegangi lehernya yang tiba-tiba saja digorok dari arah belakang.

"Akhh..." rintihan kecil keluar dari bibirnya saat tubuhnya mulai terkapar di tanah dan mengejang. Tatapan matanya sebelum tertutup menampilkan sosok Ash keluar dari balik pohon seraya mengucapkan sebuah kalimat.

"Maaf karena aku jauh lebih pantas untuk hidup dibandingkan kau." Itu yang Ash ucapkan lalu dia menginjak api obor yang menyala namun sudah tergeletak di atas tanah kemudian berlari ke arah hutan yang dirasa tak ada seorang pun yang sedang berkeliling mencarinya disana.

Ash mengistirahatkan kakinya tepat di bawah sebuah pohon beringin rindang. Orang-orang itu pasti akan segera ke sini sebentar lagi jadi Ash memutuskan akan sembunyi disebuah lubang kali ini. Ia sudah melihat lubang itu dari kejauhan, letakkan dekat dengan sisi pohon beringin dan banyak dedaunan kering di sekitarnya.

Sudah ada rencana di dalam kepala Ash saat ini. Lagipula ia telah memaksa dirinya sendiri untuk menjadi lebih berani. Ash menghela nafas pelan seraya menatap kedua tangannya yang baru saja menghabisi nyawa seseorang. Pada waktu itu ketika dia melukai seorang Kaisar dari Villarian saja tangannya sudah gemetar padahal ia melakukannya sebagai salah satu bentuk dari perlindungan diri namun kali ini di malam ini, dia telah membunuh seseorang.

Crown Prince and His Maiden Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang