[35] About she who is everywhere

42K 5.2K 354
                                    










Lily diam-diam mendatangi Rezef. Hanya butuh dua belas jam untuk mencapai Carthion lagi pula ia telah berjanji dengan pria itu sekitar lima bulan lalu bahwa ia akan memberitahukan jika Ash sudah sadar kapanpun itu. Jadi, segera setelah Ash pulih total Lily berpura-pura pergi mengambilkan barang-barang gadis itu dirumahnya namun nyatanya ia malah pergi ke Carthion untuk menemui Rezef.

"Maafkan saya jika datang di waktu yang salah Yang Mulia." Ujar Lily membungkuk hormat pada Rezef.

Rezef mengangguk. "Aku tidak sibuk. Lanjutkan." Pintanya terkesan tidak sabar mendengar kabar apa yang akan Lily bawakan setelah sekian lama ia tidak bertemu dengan pelayannya itu.

"Nona Ash sudah bangun sejak beberapa hari lalu dan sekarang telah benar-benar pulih. Nona juga mulai pindah ke rumah yang anda berikan dan terkagum-kagum."

"Dia menyukainya?" tanya Rezef tanpa sadar menarik senyum tipis di sudut bibirnya.

Lily mengangguk pelan sambil membungkuk lagi. "Nona sangat menyukainya, Yang Mulia."

"Baiklah."

Hening.

"Apakah anda tidak berniat..." Lily meneguk ludah, memberikan jeda sesaat. "Menjenguk nona?"

Rezef menunjuk dirinya sendiri. "Aku? kenapa harus?" ekspresi jijik muncul di wajahnya lalu ia mengibaskan tangannya ke udara. "Aku seorang Kaisar dan aku sibuk."

Seketika wajah Lily tertekuk lesu. "Apa anda benar-benar berpisah dari Nona Ash?"

"Mengapa lagi?" balas Rezef tak ramah, "bukankah sudah jelas kutandatangani surat pembatalan pertunangannya?"

"Maksud saya..." Lily menghela nafas, ia menatap Rezef penuh harap. "Kalian adalah pasangan impian saya, sama-sama kekurangan kewarasan. Eh, maksudnya sama-sama melengkapi!" ralatnya dengan cepat.

Rezef menaikan sebelah alisnya. "Aku tak tertarik menjalin hubungan dengan warga biasa." Ia lalu berbalik dan mengibaskan tangannya ke udara. "Kembalilah ke Caltaras dan urus dia dengan baik."

Lily mengerutkan keningnya bingung. "Sebenarnya Kaisar peduli atau tidak pada Nona Ash? kenapa dia bersikap seolah anti pada Nona Ash tapi berakhir mempedulikannya walau tidak niat?" ia menghela nafas, jauh-jauh ke sini setidaknya ia telah memberikan informasi sesuai dengan janjinya maka sekarang tugasnya sudah selesai.

Di sisi lain Rezef kembali mendatangi Nina untuk melanjutkan makan malam. Sejujurnya kepalanya tidak bisa berhenti memikirkan tentang Ash setelah mendapat kabar langsung dari Lily namun sebisa mungkin ia harus membuang jauh-jauh segala bentuk kepeduliannya terhadap gadis itu lagipula ia telah mengantongi kandidat Permaisuri yang jauh lebih baik dibandingkan Ash yang notabennya hanya warga biasa tanpa aliansi atau kekuasaan.

"Yang Mulia--"

"Kita akan bertunangan Minggu depan." Putus Rezef cepat guna mengenyahkan segala isi kepalanya tentang Ash Selsmire sampai ke akar.

Nina terkejut. Dia nyaris memuntahkan makanan yang baru ditelannya beberapa saat lalu ketika menunggu Rezef yang sedang berbicara dengan seseorang bernama Lily.

Seketika mata Nina berbinar. "Benarkah Yang Mulia?"

"Ya."

Nina berdiri lalu melompat pelan begitu Rezef berdiri. Makan malam ini sudah berakhir karena itu Nina dengan percaya diri hendak menyodorkan dirinya untuk dipeluk namun Rezef malah mendorong kepalanya menjauh.

"Tolong jaga sikap." Ujar pria itu dingin dengan tatapan datar menyorot ke arah Nina seolah memperingati supaya gadis itu tidak berupaya mendekatinya secara tiba-tiba seperti barusan.

"Ah, maafkan saya." Cepat-cepat Nina membungkuk. "Saya terlalu se... nang..." senyumnya menciut begitu mendapati Rezef sudah tidak ada di hadapannya, pria itu pergi dengan cepat seolah-olah dia hantu.

Mendengar kabar Rezef akan bertunangan dengan Nina, Sam memukul meja di depannya. "HAH? HAH? KAU SERIUS?"

Rezef mengangguk.

"Secepat itu?" tanya Sam lagi penuh antusias tetapi wajah Rezef yang datar membuat Sam menaruh perasaan curiga. "Apakah itu karena kau benar-benar menyukainya dalam pandangan pertama?"

"Sam..." hela nafas panjang keluar dari bibir Rezef. "Ini pertunangan bisnis, tidak ada yang peduli tentang suka atau tidak suka atau apapun yang berkaitan dengan perasaan."

"Belakangan ini kau menjadi aneh, kawan." Celetuk Sam. "Ada apa denganmu? aku tahu wajahmu itu memang selalu datar tapi beberapa bulan terakhir ini datarmu itu terlihat murung tahu."

Rezef tak menyahut. Ia memilih mencoretkan tinta diatas kertas, menulis apa saja. Apapun. Gambaran atau jenis coretan lain hingga tanpa sadar tangannya malah menulis nama Ash Selsmire di kertas tersebut. Cepat-cepat Rezef membalik kertas itu sebelum Sam memergokinya, ia lalu beralih mengambil buku keuangan istana dan berpura-pura mengeceknya dengan membolak-balik halaman kertas.

"Kau tidak menyadarinya?" ujar Sam lagi. "Mungkin saja perasaanmu--"

Brak!

Rezef membanting buku lain diatas bukunya, membukanya dengan cepat hingga sampai pada halaman belakang lalu ia tersentak karena disana ada banyak sekali coretan bertuliskan nama Ash Selsmire. Ia bahkan tidak sadar kapan telah menulis nama itu disana hingga bertumpuk-tumpuk.

Dengan cepat Rezef menutup buku itu lalu menggantinya ke buku baru yang masih kosong tetapi nampaknya Sam menyadari hal itu. Dia tersenyum melihat tingkah Rezef yang tak mau mengakui perasaannya sendiri atau jangan-jangan dia memang tidak menyadari ketertarikannya terhadap mantan tunangannya itu?

"Kau tidak pandai menyembunyikannya dariku loh. Barusan itu kelihatan---"

Brak!

Rezef menggebrak mejanya dan kali ini bangkit dari duduknya lalu memilih untuk meninggalkan ruangan kerjanya selama masih ada Sam di dalam sana ia memutuskan tidak akan masuk ke dalamnya dengan alasan apapun lagipula sudah terlalu larut baginya untuk bekerja. Ia perlu tidur.

Jadi, Rezef memasuki kamarnya namun ia lagi-lagi terkejut ketiga mendapati gaun merah milik Ash tergantung rapih di depan lemarinya. Ia benar-benar tidak menyadari kapan menempatkannya di sana.

Dengan cepat ia meraih gaun itu dan berniat membuangnya namun tiba-tiba seperti ada sesuatu yang melarangnya melakukan itu dan ia berakhir menyimpan gaun tersebut di dalam lemari miliknya bersama beberapa gaun milik Ash lainnya. Tepatnya, yang pernah Ash pakai.

Tok tok!

Ketukan di pintu terdengar selang sedetik setelahnya diikuti suara seorang pelayan yang mengatakan. "Permisi Yang Mulia. Saya membawakan makan malam rutin anda."

Rezef berjalan ke arah pintu dan menerima nampan berisi makan malamnya lalu kembali ke dalam dan duduk di tepi kasur namun ketika mengangkat tudung penutup ia dikejutkan dengan sebuah kertas bertuliskan;

“Kau hanya merindukannya”
- Sam


"Sial!" umpatnya mendadak kehilangan selera makan dan meletakkan lagu tudung penutup tersebut ke atas makanannya.

Sam benar-benar keterlaluan!

Rezef tak habis pikir. Ia lantas menyugar rambutnya beberapa kali lalu berjalan mondar-mandir di kamarnya sambil menatap ke arah cermin, melihat pantulan dirinya sendiri yang tidak pernah tidak tampan sedikitpun.

Lantas...

Mengapa Ash tidak pernah mengatakan suka padanya seperti gadis lain?

Seperti yang dikatakan Nina?

Tunggu! apa?

Rezef menampar kepalanya sendiri. "Sial! apa yang kau pikirkan?" ia bertanya pada otaknya, tak habis pikir.

Bisa-bisanya.





***

Crown Prince and His Maiden Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang