[13] Tea banquet

47.6K 5.5K 43
                                    








Perjamuan teh Larissa. Ash menyiapkan dirinya untuk menghadiri acara tersebut. Ia mendatangi kamar pakaiannya lalu lumayan kagum akan seluruh gaunnya yang disimpankan secara rapih di dalam kamar tersebut bahkan seolah kamar itu memang di khususkan untuk pakaian karena banyaknya tempat untuk menggantung pakaian tersedia disana.

Ash memilih satu. Gaun yang tidak terlalu mewah namun tidak bisa dibilang sederhana juga. Dress hijau tua yang tidak mengembang dan bagian pahanya terbuka. Walau Ash agak canggung melihat pahanya sendiri apabila ia mengambil langkah untuk berjalan tapi disisi lain ia merasa ini pengalaman baru dalam hidupnya dimana ia bisa memakai pakaian apa saja yang ia mau tanpa mendapatkan kritik dan pandangan buruk dari orang sekitar seperti di kehidupannya yang sebelumnya. Berpakaian pendek sedikit saja langsung menjadi bahan omongan berhari-hari.

"Anda cocok dengan berbagai jenis gaun di tubuh anda." Puji Lily mengagumi kecantikan sekaligus keindahan postur tubuh Ash yang bisa dibilang tidak begitu tinggi bahkan jika berdiri berhadapan dengan Rezef matanya memandang lurus ke dada bidang pria itu.

"Apa menurutmu ini agak... aneh?" Ash menggigit bibirnya sendiri seraya memutar tubuhnya sambil melihat ke arah cermin lalu menyadari kalau semuanya telah sempurna termasuk riasan wajahnya yang di dandani oleh Lily.

"Itu sempurna. Anda cantik sekali seperti calon permaisuri masa depan Carthion." Lily dengan bangga mengatakan itu, tatapannya kepada Ash seperti tatapan seorang ibu yang baru saja melihat anaknya bisa berjalan sendiri tanpa bantuan. Rasa bangga dan kagum tergambar jelas di mata Lily.

"Anda mau pakai set sarung tangannya juga?"

"Ah, tidak usah." Ash menggeleng lalu ia berputar sekali lagi dan mendapati punggungnya terlalu terbuka jika rambutnya di tata ke atas jadi ia menarik lepas tusukan rambutnya dan membiarkan rambut panjang hitamnya yang sedikit bergelombang itu tergerai.

"Begini saja. Aku akan segera kembali setelah selesai dengan perjamuan itu. Oh, tolong lihat dari balkon apakah banyak yang datang?"

Lily segera mengabulkan permintaan Ash, ia ke balkon dan melihat ke bawah lalu membalas. "Tamu yang hadir berpakaian semewah pakaian nona tapi yang bersinar dan paling cantik sudah pasti nona!"

"Hentikan." Ash memutar bola matanya malas, ia tidak begitu senang mendapat pujian. "Ada berapa banyak yang datang?"

"Kurasa itu ada lebih dari dua puluh orang." Tebak Lily kemudian merunduk saat Ash berjalan melewatinya untuk mencapai pintu.

"Saat aku tidak disini kau lakukan apapun yang kau mau, ya?" ujar Ash berpesan seraya mengulas satu senyum tipis. Ia sudah merasa bahwa Lily seperti adik kandungnya yang harus ia jaga. "Jangan lupa makan siang tepat waktu."

Lily mengangkat tangannya menggesturkan hormat kepada atasan sembari berseru. "Siap melaksanakan perintah dari nona-ku yang paling istimewa!"

"Pfttt. Dasar!" gumam Ash mengubah tawanya menjadi kekehan ringan yang tertahan lalu ia meninggalkan kamar itu dan berjalan menuju taman pribadi Larissa, tempat diadakannya perjamuan teh tersebut.

Sementara itu di tempat latihan Rezef telah mematahkan pedangnya yang kedua. Ia jauh dari istana saat ini. Ada paviliun tersembunyi miliknya secara pribadi di tengah hutan. Terkadang Rezef memakai tempat itu untuk latihan sendiri atau sekedar untuk menghabiskan waktu dipeluk kesepian.

Tadi ia pergi pagi-pagi sekali sekitar pukul tiga lalu mulai berlatih sampai pukul delapan (sekarang) tanpa henti. Targetnya adalah boneka-boneka kayu yang terpasang di hadapannya. Ia menganggap mereka sebagai musuh lalu mulai menghantam dan mengayunkan pedang ke arahnya.

Crown Prince and His Maiden Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang