[05] Dead

75.2K 7K 87
                                    









"Kaisar meninggal."

Dua kata yang diberitahukan padanya sukses membuat Ash mematung ditempat. Ia tak berani menduga tapi sepertinya mustahil jika Rezef tidak terlibat terlebih yang suasana hatinya masih kelihatan baik bahkan menebar senyum pada rakyat ditengah pembakaran jenazah sang ayah hanya dirinya.

"Ayah hiks..." Larissa menangis dalam pelukan pelayan setianya sedangkan anggota keluarga kerajaan lain nampak menunduk dengan mengenakan pakaian duka yakni gaun dan jas hitam.

"Kuatkan dirimu, Larissa." Sang bibi mencoba menghibur keponakan perempuannya yang tadi sudah sempat jatuh pingsan.

"Hiks..."

"Bibi, a-a-yahku..." tangisan Larissa kembali pecah kini di dalam pelukan bibinya sementara dari kejauhan Ash nampak tidak ikut dalam acara itu, dia hanya memandang dari jauh karena Rezef telah membuat pemberitahuan bahwa tunangannya tidak bisa hadir karena sedang pemulihan pasca sakit.

"Hah... ini sangat mencurigakan." Gumam Ash kemudian menarik dirinya masuk ke dalam bangunan istana. Ia tidak mau menciptakan momen dimana akan ada seseorang yang menangkap basah dirinya baik-baik saja.

"Membayangkannya saja membuatku merinding." Lanjut Ash masih bergumam dan kini ia memeluk tubuhnya sendiri lalu masuk ke dalam ruangannya.

Sampai siang ia berbaring diatas kasur dan memilih untuk melanjutkan tidurnya yang semalaman tidak tenang karena takut Rezef datang ke kamarnya di saat ia sedang tertidur pulas lalu melakukan hal yang tidak senonoh.

Di kehidupan sebelumnya Ash tahu ia cukup dewasa untuk melakukan hal-hal seperti itu tapi hanya kepada seseorang yang ia cintai dan sampai ia mati karena operasi jantungnya gagal pun Ash belum merasa dia pernah jatuh cinta.

Ditambah lagi sekarang ia mulai memikirkan cara agar bisa berpisah dari Rezef sebelum enam bulan datang. Membayangkan ia akan mati lagi rasanya saja sudah menakutkan hingga kedua kakinya bergetar dibalik selimut.

Ash menghela nafas lalu memutar tubuhnya ke menghadap ke arah pintu lalu dikejutkan dengan kehadiran sosok pria yang baru saja ada di dalam benaknya. Baru sekali sedang ia pikirkan. Kini pria itu sedang berdiri tepat dibalik pintu kamarnya dengan tangan terlipat di depan dada dan tatapan menusuk ke arahnya.

Rezef Cadfael. Dia persis seperti setan yang kedatangannya tidak bisa di deteksi. Lantas Ash segera mengubah posisinya menjadi duduk dan hendak bangkit tetapi Rezef lebih dulu sampai lalu menahan bahunya.

"Aku mengunjungimu." Ucap pria itu mulai melangkah lebih dekat lalu duduk di ujung kasur sambil menatap Ash dari dekat. "Ada kerabat dekat keluargaku yang akan menginap sampai lusa. Kuharap kau tidak mencoba berkata macam-macam pada mereka tentangku."

Ash mengangguk. "Aku mengerti."

"Bisa aku percayai?"

Dia mengangguk lagi.

"Baiklah." Rezef mengambil satu anggukkan terakhir kemudian menatap pada piring berisi sarapan di atas meja yang nampak belum di sentuh sama sekali. "Kau tidak menghabiskan sarapanmu?"

"Aku tidak lapar."

"Kau harus memakannya. Wajahmu memucat mereka akan curiga dan lehermu..." pandangan itu jatuh pada tanda kemerahan di leher Ash, ada bekas cengkraman samar disana. "Tutupi dengan sesuatu."

"Akan kulakukan." Ujar Ash.

"Sekarang makanlah." Pinta Rezef menyerahkan piring berisi pancake madu ke atas pangkuan Ash. "Mau makan secara sukarela atau kupaksa hingga piringnya kutelankan ke mulutmu?"

Crown Prince and His Maiden Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang