[39] Groups of people who don't like him

40.5K 5K 233
                                    




"Sam, Lucas kalian urus pemberontakan di Cardis bersama rombongan seribu pasukan istana. Bumi hanguskan wilayah tersebut jika tidak ada yang bisa terselamatkan. Jangan sampai pemberontakan keluar ke daerah lain, mengerti?"

Sam dan Lucas spontan mengangguk bersama. "Kami mengerti Yang Mulia!"

"Aku akan ke Caltaras untuk memeriksa sendiri keberadaan Nevan dan rombongan pemberontaknya."

Perdana Menteri Louis mengerutkan kening nampak tidak setuju. Ia berupaya mencegah Rezef bergerak sendiri. "Yang Mulia terlalu berbahaya bagi anda mengatasi kelompok inti Nevan sendirian. Bagaimana jika anda terluka--"

"Aku ingin membawanya kembali." Ujar Rezef memotong perkataan Louis walau tak ada perubahan ekspresi di wajahnya namun jelas mata biru gelap itu menatap lebih sendu sekaligus menyimpan emosi dibaliknya.

"Nevan akan menjadikannya sandera, aku tahu itu. Dia berniat memberontak karena tidak menyukai aku naik sebagai Kaisar."

"Yang Mulia mohon untuk tidak gegabah--"

"Tetap di istana dan jaga keamanan disini. Lucas dan kau--Sam! segera percepat keberangkatan menuju Cardis!" Titah Rezef tak menerima bantahan ia bahkan mengabaikan nasehat dari Perdana Menteri yang mengkhawatirkan keselamatannya.

"Baik Yang Mulia." Sam dan Lucas membungkuk sebelum akhirnya pamit untuk melakukan persiapan membasmi pemberontak yang sedang terjadi di Cardis dimana dari info yang di dapat mereka menyandera warga yang menolak bergabung dalam kelompok mereka.

"Yang Mulia..." untuk terakhir Perdana Menteri memangg Rezef seraya menyentuh pelan bahu kanan pria itu. Ketika Rezef menoleh ia tersenyum dan berkata. "Kembalilah tanpa luka berarti."

Rezef menyeringai. "Kau lupa siapa aku?" ia cukup percaya diri untuk tidak mendapatkan segores pun luka sekembalinya dari Caltaras nanti.

**

































Pelarian Nevan membawa Ash terjerembab di antara ilalang hutan. Padahal sejak awal harusnya gadis itu tidak ia bawa juga namun Nevan terlanjur panik dan berakhir membuat Ash berlari berjam-jam tanpa henti hingga akhirnya gadis itu tumbang begitu tersandung kakinya sendiri.

"Hahhhhh... cu-cukup... sudah!" ucap Ash masih dalam posisi tertelungkup bahkan bisa merasakan mulutnya kemasukan rumput.

Ash melepehkan rumput bercampur air ludah keluar dari mulutnya lalu mendongak ke arah Nevan. "Aku tak sanggup. Aku menyerah. Kau lanjut lari sendiri saja."

"Kita akan sampai di tempatku sebentar lagi. Ayo, biar kugendong." Nevan mengulurkan kedua tangannya pada Ash namun gadis itu menggelengkan kepalanya dan tetap terbaring diatas tanah.

"Aku capek lagipula aku tidak memiliki urusan dengan orang-orang yang mengejarmu jadi, aku mau kembali."

Nevan menghela nafas lalu berjongkok di sisi Ash sambil mengusap rambut panjang gadis itu secara diam-diam. "Kita berada di hutan. Lihatlah sekelilingmu." Ucapnya mengingatkan apabila Ash mendadak lupa posisi mereka sekarang dimana.

Ash mengedarkan pandangannya lalu mendesahkan nafasnya pelan. "Ini salahmu. Dasar menyebalkan!"

"Maaf." Cicit Nevan pelan lalu membantu Ash berdiri walau sebenarnya gadis itu tak butuh dan sempat menepis namun Nevan tetap memegangi lengannya. "Kita belum aman selagi belum sampai di tempatku. Sebentar lagi akan sampai kok, kugendong ya?"

Ash menggeleng. "Tidak mau!" tolaknya merasa Nevan terkesan memaksa. "Siapa yang mengejar kita dan mengapa tidak aman? jelaskan padaku!"

"Ash dengar..."

Crown Prince and His Maiden Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang