[01] Rezef Cadfael

142K 9.9K 182
                                    









"Bagaimana keadaan tunanganmu?" pertanyaan itu Rezef dapatkan ketika dia mendatangi sang kakak, Larissa di ruangannya.

Rezef menghela nafas dengan wajah datar seolah tak mau membahas hal itu tetapi dia tetap menjawab. "Ya begitulah. Aku tak mengerti kenapa dia merusak acaramu secara sengaja. Aku minta maaf atas namanya."

Larissa terkekeh pelan, memutar kursinya yang semula menghadap ke arah cermin sebab ia sedang berhias. "Kau tidak boleh memperlakukannya terlalu keras begitu, adikku, Rezef. Kurasa Ash adalah gadis yang manis dan lugu, dia ceria walau agak tertutup selebihnya dia benar-benar gadis baik yang cocok untukmu"

"Aku tidak berpikir begitu." Jawaban Rezef sukses membuat Larissa menghela nafas tak habis pikir.

"Lantas mengapa kau mengikat dirimu dalam pertunangan dengannya?"

"Entahlah." Jawaban itu lagi-lagi tak menjawab pertanyaan dari Larissa. Sudah sering gadis itu menanyakan pertanyaan serupa akan tetapi Rezef belum memiliki jawaban atau lebih tepatnya belum bisa membeberkan alasannya bertunangan dengan gadis dari kalangan biasa bernama Ash Selsmire itu.

Cantik? dia bahkan jauh dari kata itu, wajahnya sangat biasa saja tak seperti kalangan para gadis yang tergila-gila pada Rezef. Yang secara umum berasal dari kalangan putri raja atau anak dari penguasa daerah setempat seperti putri seorang Duke misalnya dan sudah jelas mereka sangat amat cantik melebihi Ash.

Larissa menghela nafas sambil menyisir rambut panjangnya. "Setidaknya beri dia perlakuan yang lebih baik. Sikap dinginmu itu... aku sudah katakan padamu untuk menguranginya, kan?"

Rezef berdecak. "Jika tidak lupa akan kulakukan tapi melihat wajahnya saja aku sudah merasa jijik." Ucapnya membalas berbanding terbalik dengan perlakuannya yang sering menciumi bibir gadis itu secara paksa padahal berulang kali mengatakan secara jelas bahwa dia tidak tertarik sedikit pun padanya.

Larissa tak habis pikir mengenai adik tampannya yang satu ini. Lagipula ia tidak terlalu peduli dengan kehidupan Rezef atau wanita maupun gadis yang menghabiskan waktu dengannya. Dia cukup tahu seperti apa sifat Rezef dan hal itu dirasa sudah lebih dari cukup.

"Rezef kurasa aku harus membicarakan hal penting ini padamu." Ucap Larissa dengan wajah serius. Dia berhenti menyisir rambutnya dan mulai menatap Rezef, mereka memiliki kemiripan yaitu sama-sama sangat tampan dan cantik.

"Apa itu?" Rezef mulai merasa ada yang tidak beres disini terlebih dari ekspresi kakak perempuannya yang seperti akan mengatakan sesuatu yang tidak ia sukai.

"Aku melakukan rapat dengan para petinggi istana untuk mempertimbangkan kaisar perempuan." Sesaat setelah Larissa memberitahukan topik rapat yang ia ajukan seketika ekspresi Rezef berubah gelap.

Tatapan pria itu menjadi tajam. "Apa maksudmu dengan Kaisar perempuan, kak?" namun sebisa mungkin dia menerbitkan senyum manis di wajahnya tetapi lebih cocok disebut sebagai senyum kematian karena membawa aura seram yang mematikan.

"Apakah kau berniat menghancurkan rencana ayah kita?" tanya Rezef lagi mengingat dia adalah putra mahkotanya disini walaupun Larissa merupakan anak pertama tapi tahta itu adalah miliknya sebagai anak laki-laki di keluarga ini.

"Rezef kurasa kekaisaran ini membutuhkan sistem yang baru supaya muncul perlakuan adil diantara perempuan dan laki-laki. Aku merasa bahwa kasta disini terlalu merendahkan perempuan sehingga aku berniat untuk naik tahta sebagai kaisar dan menyamakan hak perempuan dengan hak laki-laki. Aku merasa prihatin akan ketidakadilan yang terus terjadi disini itu sebabnya aku mengajukan ini. Apa kau merasa keberatan?" ujar Larissa menjelaskan panjang lebar dengan harapan sang adik bisa mengerti kalau hak untuk perempuan jauh lebih penting daripada rencana sang ayah.

Rezef mengulas senyum. Bukan senyum tulus namun sebenarnya senyum mematikan dimana saat ini ia merasa seperti jantungnya sedang ditusuk oleh pedang. Sedari dulu semua orang tahu betapa berambisinya dia dengan gelar Kaisar dan tahta kekaisaran di Carthion.

Bagaimana bisa semua impiannya mendadak akan direnggut begitu saja darinya? bagaimana bisa gadis dihadapannya ini merasa begitu percaya diri untuk melakukan itu?

Rezef marah sekali.

"Syukurlah jika kau bisa mengerti, aku beruntung memiliki adik sepertimu." Larissa berterimakasih sambil tersenyum lalu Rezef berpamitan kembali ke ruangannya.

Pria itu menyusuri lorong dengan tangan terkepal lalu menendang vas besar hingga pecah. Rahangnya mengetat, dia marah sekali. Mood sore harinya dirusak begitu saja. Dia mengambil sebuah pedang dan berniat mengajak salah satu prajuritnya berduel akan tetapi saat melihat seorang pelayan memasuki kamar tunangannya dia mengurungkan niat itu.

Dia letakkan lagi pedang itu ditempatnya semula kemudian menghentikan pelayan tersebut dan mengambil alih baskom air hangat yang dibawanya. Pelayan itu membungkuk hormat pada Rezef kemudian berbalik pergi setelah di minta untuk tidak datang lagi ke kamar tunangannya tanpa izin.

Brakk!

Rezef datang dengan membanting pintu seketika gadis yang sedang berupaya melepaskan pakaiannya itu terkejut, cepat-cepat dia menaikkan gaunnya lagi ke atas. Gadis itu memasang wajah panik saat Rezef mulai mendekat usai meletakkan baskom air hangat di tepi ranjang.

"Ash Selsmire," panggilnya dengan nada yang menyenangkan dan ekspresi penuh senyum di wajahnya. Terlihat cerah namun mematikan.

Segera gadis bernama Ash yang sejatinya sudah bukan Ash sesungguhnya lagi itu memundurkan langkah hingga tersudut di antara dinding dan lemari. Tak ada jalan baginya untuk melangkah mundur sehingga dia hanya berusaha memegangi gaunnya yang menurun, berupaya menutupi bagian dada dengan memeluk dirinya sendiri.

Rezef menunduk, mendekatkan wajahnya pada Ash lalu meraih dagu gadis itu sambil memasang seringai di bibirnya. "Bagaimana bisa kau tidak memberitahuku bahwa kau memiliki tubuh seindah ini?"

Pandangannya menurun. Melihat tubuh Ash dari atas ke bawah lalu tersenyum lagi dan menarik dagu gadis itu agar wajah mereka menjadi lebih dekat. Tanpa rasa malu kemudian Rezef berbisik ditelinga gadis itu, "kurasa ini waktu bagi kita untuk bersenang-senang... kau sudah sembuh, kan?"

Ash menggeleng kuat. Wajahnya yang pucat semakin pasi usai mendengar kalimat tersebut keluar dari mulut Rezef. Ash akui Rezef memang tampan tapi kalau seperti ini jujur saja ia tak tahan dan lebih baik menyelesaikan game paling susah di dunia seperti susun balok misalnya.

"Kau menolakku, hm?"

Ash menggertakkan gigi. Mengumpulkan sisa keberaniannya untuk mengatakan, "jangan terlalu dekat... mulutmu bau!"

"Begitukah?" namun anehnya Rezef tidak marah, dia malah tersenyum lalu tanpa menunggu lama langsung menarik dagu Ash dan mencium bibir gadis itu dengan ganas.

Lagi!

Kedua mata Ash melebar. Rezef nampak menikmati ciuman itu. Matanya tertutup, bibirnya bergerak aktif sementara Ash berupaya menghindar dengan memundurkan kepalanya namun Rezef menahan tengkuknya lalu menarik pinggangnya dan memutar posisi gadis itu kemudian mendorongnya jatuh ke tempat tidur dengan posisi ia berada diatas gadis itu dan masih menciumnya dengan bergairah.

"Lepashh! hmphh!" Ash tidak dibiarkan bicara, Rezef menyumpal bibirnya dengan ciuman lalu memasukan lidahnya ke dalam.

Selang beberapa waktu Rezef menarik dirinya dan memandangi bibir Ash yang membengkak karena ulahnya. Oh, dia suka itu melihat bibir gadis itu semakin merah merona. 

"Lepas!" pekik Ash serak.

Rezef terkekeh pelan hanya menatap Ash yang terus berupaya memberontak dengan memukuli bahunya padahal rasa pukulan tangan gadis itu sama sekali tidak terasa. Sontak hal itu mengundang tawa geli di bibirnya.

Lalu Rezef mengedipkan satu matanya kemudian menggenggam kedua tangan Ash dalam satu genggaman besar. Ash memelotot berupaya membebaskan tangannya tapi gagal terlebih lagi Rezef menekan kedua tangannya pada kasur.

"Tutup mulutmu dan nikmati saja." Bisiknya sensual tepat di telinga Ash sesaat sebelum bibirnya mulai menyusuri leher mulus gadis itu sambil membelai pipinya.







***

Crown Prince and His Maiden Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang