[17] Kebenaran Rumor

1.2K 211 46
                                    

West Jayakarta, SMK Cipta Wiyata.
October 3 2018, 03:45 PM.

Mengambil Jasjus yang telah dipesan, (name) segera berjalan menuju ke arah pinggir lapangan yang dipenuhi oleh rumput-rumput hijau tersebut. Ya, hari ini merupakan jadwal ekskulnya selepas pelaksanaannya yang harus ditunda kemarin akibat ketidakhadiran kak Bima.

"Udah sore gini, kok masih panas aja b*bi. Untung si Richard jualan tadi. Kalo nggak, bakal mati haus gue." keluh sang gadis, menyeruput Jasjus anggurnya dari plastik. Akhir-akhir ini, cuaca sepertinya sedang kalang kabut. Terkadang panas, lalu hujan badai pula.

Terdiam melamun kala menunggu Yoga yang tak kunjung datang, (name) seketika teringat kembali dengan interaksi sebelumnya bersama dengan sang pujaan hati. Sejujurnya, ia tidak marah dengan Budi. Sebab perasaan yang dirasa merupakan kekecewaan.

Ya, pemuda itu menghampirinya ke kelas design graphic hanya untuk meminta maaf dan mengajaknya pergi ke kantin. Senang? Dirinya cukup senang karena jarang sekali (name) dapat berduaan dengan Budi. Namun, di samping perasaan itu, ia tetap merasa kecewa.

(name) ingin sekali menyerah akan perasaannya. Namun, ia tetap memberi satu kesempatan lagi untuk dirinya mencoba. Selepas itu, dirinya akan berlapang dada untuk melepaskan Budi kepada Sophia temannya sendiri.

Mungkin, hatinya akan terasa sakit untuk sementara. Lagi pula, lebih baik sakit sementara dibandingkan sakit terus-menerus bukan? Ya, hanya satu kesempatan lagi, ia akan mencoba untuk memenangkan Budi.

Sesaat (name) tengah bersantai sembari melamun, sebuah seruan seketika mengejutkan sang gadis, membuatnya menoleh dengan sigap ke arah pemuda yang membuatnya tersentak. "B*ngsat! Gue kira siapa! Jangan ngagetin lah Cad, lagi sore-sore gini juga!"

Tertawa sumbang, Richard dapat melihat ekspresi sang gadis yang masam. "Sorry-sorry. Nih kembalian lu. Tadi gua udah panggil-panggil, malah kaga dijawab, makanya gua ke sini. Lain kali tuh jangan bengong! Mikirin apaan sih lu?" Tanyanya, memberikan uang kembalian (name).

"Nggak. Gue lagi mikirin itu si Yoga lama amat. Untung aja bang Bima belum mulai, kalo udah kan si Yoga bisa kena hukuman kayak gue kemaren tuh. Kena 100 push up sampe pegel dah tuh tangan." Ekskulnya ini memang tidak main-main dalam memberikan sanksi.

Tarung derajat sudah menjadi pilihannya dari awal kelas 10 saat (name) memasuki sekolah SMK Cipta Wiyata. Mengapa dirinya memilih ekskul tersebut? Ya untuk membela dirinya sendiri dari perundungan yang sudah merajalela di sekolah ini.

Jangan harap dirinya akan membiarkan anak-anak kelasan lain termasuk OSIS merundungnya. Harga diri adalah prioritas utama.

Jika (name) membiarkan mereka menginjak-nginjak itu, sudah pasti mereka akan melakukannya berulang kali bukan? Oleh sebab itulah, ia memilih untuk melawan dalam hal perundungan.

"Eh itu si Yoga. Yaudah deh, gua balik dulu ya mint. Mau ngitung untung dulu. Bye (name)." Melambaikan tangan, Richard segera pergi dari area tepi lapangan, meninggalkan sang gadis yang hanya mengacungkan jempol.

Menghampiri sang teman, deru nafas terengah-engah dapat terdengar dari Yoga yang baru saja berlarian ke sini. "Lo kenapa ngos-ngosan Yog? Dikejar setan lo?" Aneh saja temannya ini berlarian seperti ini. Padahal kan kak Bima masih lama sekali datangnya.

"Kaga!! Udah tadi gua abis dikejar OSIS, pada minta duit cokk!" Mendengar penjelasan sang teman, (name) dengan cepat menutup mulutnya untuk menahan tawa yang akan keluar, meskipun usahanya gagal.

"HAHAHAHA! MAMPUS! MAKANYA JADI ANAK JANGAN NGESELIN!" Seru gadis itu, mengejek Yoga yang hanya bisa terduduk lesu, masih menarik nafas dan membuangnya pelan.

She Way Out | TroublemakerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang