[5] Buat Musuh

1.4K 223 24
                                    

West Jayakarta, SMK Cipta Wiyata.
July 24 2018, 10:00 AM

Berjalan menuju ke arah kelas, (name) yang baru saja selesai menjalani hukuman dari pak Wijaya, tanpa sengaja bertemu dengan Listya yang menatapnya bingung.

Tentu saja, karena (name) bukanlah tipe anak yang sering telat seperti ini. Sudah pasti ada sesuatu.

"(name)! Lo dari mana aja gilaa?!! Gua khawatir banget tai." Menghampiri (name), Listya langsung memeluk tubuh temannya begitu saja seakan-akan telah terjadi sesuatu yang buruk kepada sang teman.

Membalas pelukan Listya, sang gadis hanya tersenyum simpul. "Kepergok pak Wijaya. Tadi motor gue mogok nggak tau kenapa, akhirnya mau nggak mau gue naik angkot tapi macet banget di jalan. Malah ketemu anak b*bi pas mau manjat dinding belakang."

Saat ini, para murid SMK Cipta Wiyata tengah menghabiskan waktu untuk bersantai selepas bel jam istirahat telah berbunyi. Listya awalnya cukup gelisah sepanjang pelajaran akibat teman sebangkunya yang tak kunjung muncul. Namun, sekarang dirinya lega.

"Anak b*bi? Ini anak babi beneran atau panggilan ke orang?" Memastikan perkataan temannya, Listya dapat melihat wajah gusar sang teman.

"Ya orang lah! Tapi tuh anak udah nyebelin banget plus rese lagi. Padahal dia yang salah, malah nggak mau ngaku. G*blok." (name) kembali memikirkan kejadian sebelum dirinya berada di tempat sekarang, kala bersama Alan dengan mata berapi-api.

Kilas Balik sebelum bel istirahat berbunyi

Berada pada posisi hukuman, (name) mengapit kedua telinganya beserta dengan satu kaki yang diangkat. Bersamaan dengan pemuda di samping yang melakukan hal sama, pak Wijaya mengamati mereka dalam diam.

Lapangan sekolah SMK Cipta Wiyata terasa sangat panas. Memang, cuaca akhir-akhir ini sering kali berubah-ubah. Kadang, hari akan terasa sangat terik akibat matahari, namun lain hari akan terasa dingin akibat hujan yang turun.

"Kalo lo dari awal hati-hati, gua udah pasti gak perlu lari-larian kayak tadi." Decih Alan, fokus menatap ke depan, tepat arah tiang bendera.

"Gara-gara gue? Kalo lo nggak nyuruh gue manjat tuh pohon, gue juga nggak bakal jatoh dan ada di sini!" Ujar (name), melirik pemuda di sebelahnya dengan dengusan.

Mereka memang ditempatkan di depan tiang bendera sekolah, guna untuk memberikan efek jera. Memang sekolah ini sangatlah tidak main-main dalam memberi hukuman. Tidak peduli jika murid berandal atau bukan, mereka tetap akan memberi hukuman pada siswa yang melanggar peraturan termasuk telat.

"Lu aja yang gak bisa hati-hati dan gerak cepet!" Alan tetap membela dirinya, dan tak mau mengalah.

"Ya gimana mau gerak cepet, tuh pohon tinggi banget. Lagian, gue itu pake rok, dikira nggak susah?! Siapa sih yang nyuruh gue manjat pohon tadi kalo bukan lo? Setan? Apa bener setan ya?" Desis sang gadis sinis, tanpa mempedulikan apa ada yang mendengarnya.

Mendengar sindiran (name) yang tertuju padanya, cukup membuat Alan kesal bukan main. Ya, dirinya tahu memang ide pertama memanjat pohon itu berasal darinya, namun jika tidak menggunakan cara itu, lambat laun mereka pasti tertangkap juga.

Melihat kedua muridnya yang terus beradu mulut, pak Wijaya hanya bisa geleng-geleng kepala karena tingkah laku anak didiknya. Padahal, sudah dikasih hukuman, mereka malah semakin jadi saja berantemnya.

"HEY KALIAN! CUKUP! Mau ditambah lagi hukumannya?!" Geram sang guru, berkacak pinggang.

Mau tak mau, (name) dan Alan hanya dapat terdiam, kembali pada posisi awal mereka. "Tidak pak." Patuh keduanya secara bersamaan, tidak mau hukumannya bertambah.

She Way Out | TroublemakerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang