West Jayakarta, Jalan Ampang VII.
October 23 2018, 04:44 PM.Melirik kondisi sang pujaan hati yang semakin melemah, (name) dengan segera mengeluarkan kunci motornya dari kantong dan berjalan ke arah pinggir trotoar halte bus—tempat dirinya memarkirkan motor.
"Lan?! Lo masih sadar kan?! Jangan pingsan di sini!" Mencubit pelan kulit lengan yang sedang bertengger di bahunya, (name) seketika merasa lega kala mendengar desisan sakit Alan saat sang gadis memastikan kesadaran pemuda tersebut.
"Gua gak apa-apa. Lo gak perlu khawatir." Helaan nafas terhembus dari mulut Alan, membuat gadis itu mengangguk sekilas dan mulai melepaskan sejenak rangkulannya pada tubuh Alan sebab dirinya yang akan menyalakan mesin motor.
Melirik sekilas sang pemuda yang terlihat sudah sangatlah tak bertenaga, gadis itu dengan segera membantu Alan untuk menaiki motornya—diikuti pula oleh (name). "Lan, pegangan ke gue." Ujarnya, sembari menaikkan standar motor dan bersiap.
"Ha?" Mendengar ucapan gadis tersebut, Alan yang semula bertumpu pada behel motor, seketika mengerutkan keningnya bingung dari balik topeng. Tunggu, tidak mungkin kan gadis di hadapannya ini menyuruhnya untuk berpegangan pada pinggangnya?
"Iya, pegangan cepet," (name) menjeda ucapannya sembari menarik tangan Alan untuk bertengger pada pinggangnya, sebelum akhirnya melanjutkan perkataan yang terucap. "Gue nggak mau nanti tubuh lo jatoh karena nggak ada tenaga."
Merasakan wajahnya memanas, Alan sempat ingin berargumen dengan sang gadis. Ayolah, dirinya ini kan lelaki, apa boleh seorang pria memeluk perempuan yang bahkan belum sama sekali menjadi pasangannya? Dirinya tahu memang saat ini keadaannya genting, namun tetap saja.
Berdecak kasar, (name) yang sudah tidak mau dengar lagi, dengan cepat meraih tangan Alan yang semula ditarik kembali oleh empunya dan menahannya untuk tetap berada pada pinggangnya. Kenapa pria ini keras kepala sekali?
"Udah! Daripada kita berantem di sini nggak ada habisnya, mending lo nurut sama gue. Gue nggak mau ya nanti lo pingsan terus jatoh!" Tegasnya, sembari menoleh ke belakang untuk mengecek kondisi Alan.
"Tapi kan, gua-" Tidak membiarkan sang pemuda melanjutkan perkataannya, (name) dengan cepat menancap gas membuat Alan mau tidak mau mengurungkan niatnya untuk melawan sang gadis.
Sepertinya, keras kepala gadis itu sudah tidak bisa diganggu gugat jika situasinya seperti ini. Ia hanya bisa pasrah sekarang, dengan kedua tangannya memeluk pinggang (name) dari belakang agar tidak terjatuh.
Merasakan angin sore perlahan menyapu surai rambutnya, (name) tetap fokus pada perjalanannya dalam berkendara. Langit sore semakin gencar menunjukan pesona indahnya, membuat seluruh dunia dapat menyaksikan senja itu.
Dengan pencampuran warna di antara merah muda pekat dengan ungu pekat, semesta seakan-akan tengah merasakan perasaan bahagia saat mendapati sejoli cinta tersebut sedang bersama. Ya, meskipun sang gadis tengah dilanda perasaan gusar.
Gusar akibat kelakuan sang pemuda yang lagi-lagi membahayakan. Benar-benar menjengkelkan.
Mengeratkan pegangannya pada stang sebab dirinya akan berbelok ke gang besar, (name) seketika membuka pembicaraan di antara keduanya yang canggung. "Ini rumah lo masuk ke gang lele ngawi kan?" Tanyanya, memastikan.
"Ya, masuk gang situ abis itu belok ke kanan ujung." Jelas Alan, lalu kembali menyandarkan kepalanya pada punggung sang gadis. Kepalanya benar-benar terasa pening entah mengapa. Namun, di saat yang bersamaan, jantungnya juga ikut berdesir kencang.
Berbelok masuk ke arah gang besar tersebut, (name) mulai mengikuti arahan Alan yang akan mengantarkannya sampai ke rumah sang pemuda. Lagi pula, rumah Alan jauh lebih dekat dibandingkan rumahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
She Way Out | Troublemaker
FanfictionAlan / Reader Padahal niatnya kan hanya untuk membantu mengirimkan surat cinta milik sang teman kepada salah satu anak kelas animation. Namun, mengapa dirinya lah yang terlibat masalah? Dengan pentolan kelas pula! "Jujur aja, lu suka bang Alan kan?"...