West Jayakarta, Kedan Coffee.
May 1 2021, 06:09 PM.Langit telah menenggelamkan sang surya, membuat dunia bergantikan hari dari siang menjadi petang. Di sebuah kafe, terlihat tiga orang yang diyakini sebagai sobat karib. Mereka adalah Rani, Boby, dan Zaenal.
Mereka membicarakan kehidupan yang telah ditempuh setelah kelulusan mereka dari SMK Cipta Wiyata. Bahkan, sesekali mereka bercanda ria-mengingat kelakuan mereka dahulu dan gang yang dibuat.
"Eh btw, gua masih ga nyangka sih kalo pak Abimanyu bisa ngelakuin hal kek gitu. Pinter banget. Asli. Udah dari lama, trus baru ketahuan pas The Battle of Cipta Wiyata." Ucap Rani, tidak menyangka akan apa yang dilakukan kepala sekolah mereka dulu.
"Yah karena duit sih Ran. Semua orang bisa dibutain pake duit. Ga bakal cukup, gaji mau segede apapun kalo udah rakus." Menganggukkan kepalanya, penjelasan Boby menuai pendapat yang sama dari para teman-temannya. Toh pendapatnya, memang tidak salah.
Semua orang bisa terbutakan, jika disuguhkan oleh uang. Materi di atas kejujuran.
Mendengar hal tersebut, Zaenal seketika menghela nafas pelan. "Huhhh...Berarti, The Battle of Cipta Wiyata itu emang udah takdirnya ya." Ucap sang pemuda, yang disetujui oleh Rani.
"Iya juga, kalo The Battle of Cipta Wiyata dulu ga kejadian, ga yakin gua polisi bisa nyelidikin janggalnya aliran dana BOS di sekolah kita."
Mengungkit akan terjadinya perkelahian hebat yang berlangsung di sekolahnya, membuat Boby seketika teringat akan Budi. Teman yang dahulu berhasil mengalahkan Ricco sang ketua OSIS dan hilang begitu saja selepas kejadian telah usai.
"Ngomongin masa lalu gini, gua jadi kangen Budi deh." Suntuk Boby. Jika dirinya boleh berkata jujur, ia sangat rindu sekali dengan temannya itu. Sudah banyak kenangan yang mereka lalui bersama baik senang, susah, mau pun duka.
Sesaat dirinya sedang termenung sejenak, sebuah suara pintu kafe terbuka seketika membuyarkan lamunannya. Otomatis, Zaenal segera bangkit dari duduknya guna menyambut pelanggan yang baru saja datang. "Ada yang bisa dibantu, mas?"
Namun, tidak disangka-sangka, pemuda itu seketika melepaskan helm yang digunakan dan menampilkan wajah yang telah dirindukan oleh teman-temannya. Perawakan Budi yang tiba-tiba saja hadir, cukup mengagetkan Boby, Rani, dan juga Zaenal.
"Mie gorengnya satu ya." Pesan Budi, membuat teman-temannya itu seketika menghampirinya dan langsung menghamburkan seluruh pelukan yang sempat tertahan.
"EH ANJ*NG KEMANA AJA LU BUD?!" Pekik Boby, tidak habis pikir akan tindakan sang teman yang tiba-tiba saja menghilang tanpa jejak.
"WAHHH KANGEN KALI LAH AKU SAMA KAU PUK*MAK." Ungkap Zaenal, masih saling mendekap temannya itu. Bahkan, dirinya sampai menitikkan sedikit air mata akibat rindunya kepada Budi.
"Gua juga kangen bat ama lu pada anj*nggg." Balas Budi sembari terkekeh pelan. Sudah lama sekali ya rasanya? Memeluk para sahabatnya dengan hangat seperti ini.
"SIDER! SILENT READER MULU DI GRUP ANJ*NG, TIBA-TIBA DATENG! MANA TERAKHIR KITA KETEMU LU MAEN CABUT AJA DARI SEKOLAH!" Tukas Rani, menatap wajah sang teman yang hanya bisa tersenyum tanpa dosa.
Menggaruk tengkuknya yang tak gatal, Budi dapat merasakan perasaan bahagia di dadanya. Sudah lama sekali semenjak dirinya berkumpul dengan kawan-kawannya seperti ini. "Hahahah, sorry-sorry. 3 tahun ini fokus latihan sama grinding gua."
Ucapan Budi benar-benar membuat mereka penasaran. Namun, sesaat pemuda itu mengeluarkan tiket untuk hadir dalam pertarungan MMA-nya, mereka seketika membelalakkan matanya. Tidak menyangka akan hal tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
She Way Out | Troublemaker
Hayran KurguAlan / Reader Padahal niatnya kan hanya untuk membantu mengirimkan surat cinta milik sang teman kepada salah satu anak kelas animation. Namun, mengapa dirinya lah yang terlibat masalah? Dengan pentolan kelas pula! "Jujur aja, lu suka bang Alan kan?"...