[23] Kala Semesta

1.2K 220 126
                                    

West Jayakarta, SMK Cipta Wiyata.
October 9 2018, 10:16 AM.

Mengepalkan tangannya, gadis itu masih terus berdebat dengan Budi. Mengapa ia harus menjadi seorang yang selalu mengalah di sini? "Jadi, lo ngajak ke sini cuma buat minta gue baikan sama Sophia...?" Dengan sorot mata penat, gadis itu hanya bisa menahan sakit di dadanya.

Baru saja, dirinya bahagia sebab band Gandara yang disambut antusias oleh SMK Cipta Wiyata. Sekarang, malah sudah harus menghadapi masalah baru lagi. "Gak gitu maksud gua (name). Ya, gua cuma mau ngebantu kalian berdua untuk baikan. Lu temennya Sophia dari SMP kan?"

Mendengar pertanyaan Budi yang terus menyinggungnya sebagai teman Sophia, amarah yang sudah ia tahan, tiba-tiba saja keluar tanpa dapat dibendung. Saat ini, keduanya tengah berada di area parking lot, mengabaikan keingintahuan murid-murid SMK Cipta Wiyata di sana.

"Gue tau niat lo baik, Bud. Tapi, untuk masalah gue sama Sophia, lebih baik ini gue selesain sendiri. Lo nggak ada hak untuk ikut campur." Melipat kedua tangannya di dada, gadis itu mulai merasa tidak nyaman dengan perbincangan mereka berdua.

Sejujurnya, ia sangat benci jika ada orang lain yang mengurusi urusannya, apalagi sampai mengacau. Lagi pula, ini kan masalahnya. Mengapa harus ada yang ikut campur? Biarkan dirinya menyelesaikan semuanya sendiri. Ia tak butuh bantuan orang lain. Sama sekali tidak butuh.

"Gua tau emang ini bukan urusan gua, tapi mana mungkin gua diem aja saat ngeliat Sophia nangis. Emangnya lu gak kasian sama temen sendiri (name)? Gua tau lu bukan orang yang bertindak tanpa alasan, jadi ada masalah apa kalian berdua?" Tanya Budi tetap tenang.

Menghela nafas panjang, (name) hanya bisa menggelengkan kepala. "Lo nggak ngerti Bud. Kalaupun gue balik lagi, apa manfaatnya ke gue? Just stay away from this matter." Sudah cukup semuanya ia pendam sendiri. Ia tidak akan membiarkan dirinya mengalah lagi.

"Kok lu jadi gini dah? Gua kan cuma bilang kalo lu mendingan baikan aja sama Sophia. Dia kangen banget sama lu (name). Dia juga baik, jadi apa masalahnya?" Heran Budi sedikit kesal sebab amarahnya yang perlahan terpancing oleh sang gadis.

"Niat baik lo belum tentu bagus buat gue Bud. Lo itu terlalu mikirin Sophia sampe lo nggak bisa mikirin dari sisi gue! LAGIAN, KENAPA SIH LO SELALU ADA DI SISI SOPHIA SAMPE SEGITUNYA?!" Bentak (name), tanpa sadar meninggikan intonasinya.

"KARENA GUA SUKA SOPHIA! NGERTI?! Gak bisa gua liat cewe yang gua suka nangis gitu aja!" Deg. Merasakan hatinya yang terhancur lebur, gadis itu benar-benar terbungkam membisu di sana. Tangannya perlahan gemetar kala mendengar pengakuan Budi.

'Ah, seperti itu ternyata.' Sendu sang gadis dalam diam.

Memalingkan wajahnya, gadis itu segera beranjak pergi dari sana meski tangannya langsung dicekal oleh Budi. "Lepasin gue. LEPASIN GUE BR*NGSEK!" Desis (name), menarik-narik tangannya dengan kasar agar dapat terlepas dari sang pemuda.

"Gua- sumpah dengerin. Gua tadi gak bermaks-" Sebelum Budi dapat menjelaskan lebih jauh, Alan dengan cepat muncul entah dari mana dan melepaskan tangan (name) yang sudah memerah akibat murid kelas software engineering tersebut.

"Lepasin tangan dia b*ngsat. Lo gak denger apa kata dia?" Menggenggam tangan sang gadis dengan lembut, Alan langsung menempatkan (name) di belakangnya untuk melindungi gadis itu. 'Berani-beraninya nih bocah anj*ng nyakitin (name).' Umpatnya dalam hati.

"Ngapain lu ke sini?" Ujar Budi, melihat Alan yang tiba-tiba saja muncul. Sungguh, dirinya tidak bermaksud untuk berkata seperti itu ke (name). Budi tidak mau jika semuanya menjadi rumit seperti ini. Namun, sepertinya ia lah yang membuat semuanya semakin rumit ya?

She Way Out | TroublemakerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang