[28] Gusar

1.1K 210 54
                                    

West Jayakarta, Rumah (name).
October 22 2018, 08:39 AM.

Menutup kepalanya menggunakan sebuah bantal, (name) dengan cepat berusaha untuk menyembunyikan wajahnya sebab sinar sang mentari yang telah membangunkannya sedari tadi. Malas sekali rasanya untuk bangkit dari kasur.

Semenjak pertengkaran yang tersulut di antara Sophia dengan dirinya, (name) menjadi sangatlah hancur. Baik secara emosional maupun secara fisik, sebab tubuhnya yang menjadi sering letih akhir-akhir ini, diikuti oleh pikiran-pikiran yang berkabut.

Jujur saja, (name) betul-betul terpukul akan perselisihan itu, sebab sekarang dirinya merasa sangat malu untuk menunjukkan mukanya di hadapan siapapun. Mengingat seluruh tatapan murid-murid yang terhunus ke arahnya, cukup membuat (name) goyah.

Ia ingin sekali pergi. Pergi bersembunyi ke suatu tempat di mana mereka tidak akan bisa menemukannya bahkan sehelai rambutpun. Namun, apakah itu sangat mungkin untuk dirinya? Heh, lagi pula masalah itu sudah seperti bagian jiwanya, akan selalu mengikuti ke manapun.

"Malah gue belom makan lagi dari kemaren... pusing kepala gue. Bokap juga belom ngasih uang bulanan. Yaudah lah pake sisaan bulan kemaren dulu." Erang sang gadis, merasakan perutnya yang perlahan melilit kasar.

Bangkit dari kasur yang telah menemani selama seminggu, (name) dengan sempoyongan, berusaha untuk melawan rasa pusing yang menyerang kepala dan pergi ke kamar mandi untuk bersiap. Sesaat dirinya menapakkan kaki di sana, (name) dapat merasakan lantai ubin yang dingin.

Berhenti di depan sebuah kaca, sorot mata kosongnya cukup menarik perhatian sang gadis. Belum lagi rambutnya yang sudah berantakan tak terurus, dan kantong mata yang semakin ternampak. Menghela nafas pelan, (name) hanya bisa meracau.

"Ini gue kenapa sih akhir-akhir ini? Badan pegel, kepala pusing, malah cape juga. Udah motivasi ilang, sampe mandi makan pun gue skip lagi haha t*lol." Bertumpu pada wastafel, sebuah kekehan sinis seketika terlontar dari mulutnya yang dikhususkan untuk dirinya seorang.

Pada akhirnya, inilah (name) yang sebenarnya bukan? Hanya seorang gadis biasa yang berantakan dan pemicu masalah bagi teman-temannya maupun orang tuanya.

Seharusnya, ia mati saja dari lama.

Mungkin dengan itu, masalah tidak akan selalu terbentuk dalam dirinya lalu menyakiti orang lain tanpa disengaja.

"Andai gue punya tali, gue lilitin ke leher enak kali hahaha. Tapi jangan deh, nanti nggak lucu kalo mayat gue busuk di sini. Bokap gue belom pulang-pulang soalnya." Menyalakan keran air wastafel, gadis itu masih terus melihat refleksi wajahnya dari air yang tergenang itu.

Ah, betapa besar keinginannya untuk merusak wajah itu, agar tak ada lagi orang yang bisa mengenalinya. Namun, tidak ada gunanya juga jika ia melakukan hal tersebut. Menghela nafas berat, (name) segera meraih sebuah gunting dan memotong rambutnya secara acak.

Helaian demi helaian segera terjatuh ke dalam genangan air wastafel, dan beberapa tergeletak di lantai. Sudahlah, dirinya tak peduli lagi. Yang dirinya inginkan sekarang adalah, membuang seluruh bentuk penampilannya yang berantakan agar terlihat berbeda dari sebelumnya.

Setelah (name) puas menggunting rambutnya tersebut, gadis itu dapat melihat pemandangan wajahnya yang sangat berbeda dengan model rambut barunya. Model rambut barunya benar-benar terlihat lebih cocok di mukanya, dengan bentuk boyish cut.

"Rambut gue kok jadi mirip itu... siapa sih namanya gue lupa. Kaneshiro windbreaker dah kalo nggak salah. Keren juga jadinya..." Komentarnya pada diri sendiri, layaknya tengah berbincang dengan seseorang.

Mengumpulkan sisa-sisa rambutnya yang tergeletak, (name) dengan cepat membuang semuanya. Tak lupa juga, dirinya mencuci muka untuk pertama kalinya dalam seminggu, dan meregangkan tubuhnya yang kaku.

She Way Out | TroublemakerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang