West Jayakarta, SMK Cipta Wiyata.
October 4 2018, 03:40 PM.Memperhatikan ekspresi sang gadis di hadapannya, Alan seketika menarik dirinya kembali menjauh dari (name) sembari menghela nafas. Ah, sepertinya ia sudah keterlaluan. "Lupain aja. Anggep gua gak pernah ngomong itu."
Masih terdiam membisu di sana, gadis itu langsung terpikir oleh sesuatu. "Tunggu, lo...suka sama gue Lan?" Tanya (name), membelalakkan mata. Suasana di antara mereka benar-benar terasa canggung dan tak nyaman.
Saat ini, mereka masih berada di ruang musik selepas para anggota lainnya yang telah berpulang ke rumah, menyisakan (name) dan Alan berdua saja. Mengapa mereka belum pulang? Tentu saja karena beberapa tugas yang harus keduanya jalankan.
"Gak. Lupain aja. Lu gak perlu pentingin itu." Elak murid kelas animation tersebut, tanpa menyadari bahwa perkataannya telah membuat (name) semakin penasaran.
Meninggalkan sang gadis keluar dari ruang musik, Alan tak menghiraukan seruan (name) yang memanggilnya. Merasakan detak jantung yang semakin berdegup kencang, pemuda itu terus berjalan menghindari sang gadis yang masih mengejar.
Sesaat mereka sudah sampai di parkiran sekolah, (name) dengan cepat mencekal tangan Alan. "Jawab dulu Lan! Lo suka sama gue? Nggak mungkin kan lo suka sama gue?" Tanyanya, sedikit memelankan intonasi suara.
"Kalo pun gua suka, lo emangnya bakal ngelakuin apa?" Tercekat kala mendengar ungkapan sang pemuda di hadapan, (name) terdiam membisu seketika. Merasakan pipinya memanas, gadis itu berdeham menutupi ekspresi wajah yang sudah pasti tidak terkontrol.
Sejujurnya, Alan masih belum meyakini perasaannya 100% sebab dirinya yang masih berspekulasi. Namun, satu hal yang pemuda itu ketahui adalah mengenai kekagumannya kepada (name). Ia hanya perlu memastikan apakah ini perasaan tertarik semata atau lebih kompleks.
Gadis itu cukup aneh dan abstrak. Bahkan jika dibandingkan dengan sebuah lukisan, (name) mungkin akan menjadi sebuah karya dari pelukis-pelukis yang menganut absurdisme. Terlalu rumit namun sayang jika dilewatkan begitu saja. Dirinya pun juga tidak tahu cara menyebutnya bagaimana.
Perasaan itu tiba-tiba saja muncul, membuat Alan bingung sekaligus ragu. Apakah benar dirinya menyukai (name)? Atau hanya sebuah keingintahuan?
"Gue... Nggak tau." Bimbang (name) penuh kerisauan. Jujur saja, (name) merasa bersalah kepada Alan akibat surat itu yang menyebabkan kesalahpahaman. Namun, di saat yang bersamaan, ia juga malu dan berencana untuk tak akan muncul di hadapan Alan lagi.
"Udah, lupain aja. Lo tadi katanya mau ngambil gitar dulu kan di rumah? Kalo gitu, cepetan." Menarik tangan sang murid design graphic yang masih membeku tak berkutik, tindakan Alan cukup membuat (name) kalang kabut sendiri. Bahkan dadanya terasa sangat penuh.
Ya, mereka berencana untuk mengambil gitar di rumah masing-masing untuk diperbaiki. Keduanya memutuskan untuk menggunakan gitar pribadi sebab alat musik sekolah yang kurang nyaman untuk dimainkan. Lagi pula, tidak masalah juga jika mereka tak menggunakan fasilitas club band.
Asalkan penampilan mereka tetap spektakuler, hal tersebut bukanlah masalah besar.
Berboncengan menggunakan motor sang pemuda, keduanya segera meninggalkan area parking lot dan bergegas pergi menuju ke rumah (name).
Langit sore kala itu benar-benar menakjubkan, membuat sang gadis terkesima sendiri bersamaan dengan kendaraan-kendaraan yang berlalu-lalang.
Angin berterbangan, menyapu lembut helaian rambut gadis itu. Sesaat mereka berdua tengah menikmati langit sore yang dipenuhi oleh warna jingga, (name) seketika mengeratkan pelukannya pada Alan, membuat sang pemuda terkesiap. Jujur saja, pinggang Alan rasanya nyaman sekali untuk dipeluk saat ini.
![](https://img.wattpad.com/cover/340748095-288-k686546.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
She Way Out | Troublemaker
FanfictionAlan / Reader Padahal niatnya kan hanya untuk membantu mengirimkan surat cinta milik sang teman kepada salah satu anak kelas animation. Namun, mengapa dirinya lah yang terlibat masalah? Dengan pentolan kelas pula! "Jujur aja, lu suka bang Alan kan?"...