[6] Sophia

1.5K 240 28
                                        

West Jayakarta, Kedan Coffee.
July 24 2018, 05:00 PM.

Mendengar nama itu lagi yang keluar dari mulut Budi, membuat hati (name) mencelos kasar. Astaga, mengapa dia lagi dia lagi?! Apa tak bisa, sekali saja waktu ini menjadi miliknya? Kenapa harus Sophia?

"Jadi...lu temen Sophia kan?" Ah, rasanya ia pernah berada di posisi ini sebelumnya. Didekati hanya untuk menjadi perantara antara para lelaki dengan Sophia, teman primadonanya.

"Iya Bud, temen dari SMP haha. Kenapa emang?" Memaksakan senyuman untuk terbit, (name) seketika menceku dengan kukunya, merasakan perasaan yang sudah lama ia hindari. Ya, kecemburuan. Hal yang dapat menghancurkan semuanya dengan satu kali tindak.

"Gak apa-apa, cuma nanya aja. Dia sama Ricco itu masih pacaran atau udah putus?"

Jujur saja, Budi ingin sekali mendekati Sophia. Semenjak, Sophia menengahi pertengkarannya bersama Alan di kelas animation, ia sudah jatuh hati pada pandangan pertama.

"Dia masih pacaran kok. Deket banget malahan kayak susah lepas." Ujar (name) dengan perasaan gundah. Ya, ia tahu apa yang dilakukannya sekarang adalah hal tercela. Berbohong demi mendapatkan kesempatan untuk mendekati Budi. But, What choice does she have?

Melihat kedua temannya yang asik berdekatan, Rani tersenyum licik. Ah, jika dilihat-lihat, Budi dan (name) serasi juga. Apa dirinya harus menjadi mak comblang untuk menyatukan mereka? Sepertinya ide bagus! Mungkin Rani akan membicarakan ini nanti dengan Boby dan Zaenal.

"Aciee! Berduaan aja nih yee." Sindir Rani penuh candaan. Membuka kamera handphonenya, ia bahkan memfoto sang teman yang terlihat cukup malu. Meski, perbedaan di antara keduanya cukup kontras. Budi yang terlihat biasa saja, dan wajah (name) yang sudah memerah.

"Eh apus dong fotonya! Tai lah!" Ucap Budi, masih berusaha untuk meraih ponsel Rani, namun tetap saja dirinya gagal karena Zaenal yang melindungi Rani.

"Ogah. Lumayan buat kenang-kenangan klean berdua HAHAHA!!" Rani menjulurkan lidahnya, meledek Budi yang terlihat kesal dan masih terus berusaha untuk menggapai ponsel Rani.

Melihat semua ini, membuat (name) merasa hangat. Ternyata, kelas software engineering tidak buruk juga. Berbeda sekali dengan jurusan animation yang menurutnya kelas tersampah. Aduh, mengapa dirinya jadi memikirkan kelas animasi sih?

"Eh ini udah sore loh, apa mau langsung pulang aja?" Saran Boby, masih menyeruput milkshake strawberry yang dibuat langsung oleh Zaenal. Memang the best minuman bikinan Zaenal ini! Pasti akan ia favoritkan!

Mendengar ucapan Boby yang ada benarnya, (name) mengangguk setuju. "Bener. Kita pulang aja sekarang, daripada makin malem." Sekarang, saatnya ia menjalankan aksi keduanya. Yaitu, meminta nomor Budi setelah dia mengantarnya pulang.

"Ya oke. Ayo (name), gua anter." Dengan cepat, Budi mengajak (name) pergi ke parkiran. Ya, dirinya ingin bertanya lebih lanjut mengenai Sophia kepada (name). Lagi pula, gadis di belakangnya ini kan memang dekat dengannya. Sudah pasti, ia lebih mengetahui tentang apa yang disukai Sophia.

"Jangan lupa pake helm (name). Ini." Astaga, bagaimana ini?! Mengapa detak jantungnya semakin cepat?! Tidak tidak, ia harus menahan perasaan ini di dadanya. Jangan sampai, ia mempermalukan diri sendiri di depan Budi.

Melihat temannya yang terdiam cukup lama, membuat Budi bingung. "(name)? Lu kenap-" Namun, sebelum dirinya dapat menyelesaikan ucapannya, sang gadis langsung tersadar dari lamunan dan menatap Budi balik.

"Nggak apa-apa! Ayo langsung berangkat." Sergah (name) merasakan pipinya yang hampir memanas. Untung saja, ia pintar dalam menyembunyikan ekspresinya. Hanya sebagian oranglah yang dapat menyadari perbedaan mimiknya.

She Way Out | TroublemakerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang