West Jayakarta, Jalan Ampang Tua.
October 22 2018, 04:00 PM.Cuaca sore itu terasa sangat dingin, hingga membuat kulit gadis itu bergidik. Sang surya telah tenggelam bersama dengan awan, membuat refleksi cahayanya terlihat menawan dengan warna-warna yang memanjakan hati.
"Untung nggak jadi ujan... kalo ujan, bisa mampus gue. Kan bawa motor ya bakal keujanan." Komentarnya terhadap cuaca yang tak jadi menurunkan kukungan kesedihannya melalui tetesan hujan.
Menghela nafas pelan, (name) yang masih terus mengendarai motornya untuk pulang, hanya bisa terdiam memikirkan tawaran sang ibunda untuk membawanya pergi. Jika dipikir-pikir, bukankah ini kesempatan yang bagus? Dirinya kan memang selalu ingin pergi dari tempat ini.
Namun, kalau ia jadi pergi dari sini, bagaimana dengan teman-temannya dan juga Alan? Tunggu. Mengapa dirinya jadi memikirkan pemuda itu sih? Menggelengkan kepalanya, gadis itu seketika memfokuskan pandangannya ke depan untuk menyetir.
'Ngomong-ngomong, kabarnya si Alan gimana ya? Gue udah nggak buka chat lagi sih dari kapan tau, jadi gue belom liat dia ngechat gue apa nggak...' Ungkap sang gadis dalam benaknya, sembari menunggu rambu lalu lintas agar berubah warna menjadi hijau.
Ah, dirinya jadi tak bisa berhenti memikirkan Alan sekarang.
Apalagi, pemuda itu kan merupakan salah satu orang yang selalu ada untuknya. Bayangkan saja ekspresinya saat mengetahui bahwa (name) akan pergi dari sini. Ya, dirinya pun juga tahu bahwa hubungannya dengan Alan tak lebih dari sebatas teman, namun entahlah?
Ia pun sampai sekarang masih meragukan pernyataan sang pemuda kala di taman kota waktu itu. Apakah perasaan Alan kepadanya itu betul-betul seperti yang gadis itu pikirkan? Atau mungkin sang pemuda hanya berusaha untuk menghiburnya dengan mengatakan hal tersebut?
Mengeratkan pegangannya pada stang motor, gadis itu segera menancap gas kala rambu lalu lintas sudah menunjukan warna hijaunya. Berbelok ke arah gang Ampang IV, (name) yang masih terus mengendarai motornya seketika dikejutkan oleh para teman-temannya yang sudah berada di depan rumah.
Membelalakkan mata, (name) dengan cepat menekan klaksonnya, membuat seluruh teman-temannya menoleh. "OY! Lo pada ngapain di depan rumah gue rame-rame gitu? Udah kayak mau minta sembako aja." Herannya, sambil menukikkan alis.
"(NAME)!!" Seru teman-teman sekolahnya yang segera menyingkir kala gadis itu akan memasukkan motor ke dalam halaman rumah. Turun dari motornya, (name) dengan sigap dikejutkan oleh pelukan dari kedua sahabat baiknya, Listya dan Dira.
"Sumpah lo ke mana aja sih?!! Untung, tadi sekolah pulangnya dicepetin, jadi kita bisa nyamper lo ke sini!!" Tanya Listya kepada sang teman.
Sedangkan, Nanggala dan Askar hanya tertawa melihat pemandangan tersebut. "Hey (name)!! Ini gua ke sini sama anak-anak band gak masalah kan? Abisan ya ngedenger kabar lu gak masuk beberapa hari, cukup buat kita khawatir..." Ucap Nanggala, sang vokalis band.
"Bener tuh! Gua juga khawatir banget gila pas lu gak jawab chat gua! Tai emang nih bocah! Malah gua diomelin pak Agus lagi karena lu kaga ekskul!" Timpal Yoga mencak-mencak, sedikit kesal akibat tindakan temannya itu yang tiba-tiba saja menghilang entah ke mana.
Menganggukkan kepala pelan, (name) segera menerbitkan senyuman hangatnya saat mendengar perkataan sang teman. Padahal, mereka kan tidak harus repot-repot datang ke sini. Ia jadi tidak enak hati. "Haha ya maaf Yog! Makasih ya semuanya udah khawatir... oh ya, Alan nggak dateng?"
Mendengar pertanyaan gadis tersebut, teman-temannya seketika menunjukan ekspresi yang sangat menggelikan. "Cieee nyariin!! Santai aja mbak, tar pacarmu juga dateng!" Ujar Askar, sembari tergelak pelan kala mendapati wajah (name) yang memerah.
KAMU SEDANG MEMBACA
She Way Out | Troublemaker
FanfictionAlan / Reader Padahal niatnya kan hanya untuk membantu mengirimkan surat cinta milik sang teman kepada salah satu anak kelas animation. Namun, mengapa dirinya lah yang terlibat masalah? Dengan pentolan kelas pula! "Jujur aja, lu suka bang Alan kan?"...