Jungkook terdiam memandang wajah cantik Jisoo yang kini tepat berada dihadapannya. Si kakak istri itu tengah membantu suami kecilnya memakai dasi."Pakenya harus bener Koo, biar rapih... " Ucapnya menasehati. Bukannya mendengarkan Jungkook malah salfok dengan bibir Jisoo yang bergerak seiring dengan kata perkata yang keluar dari ranum merah alami yang dipoles lipbalm strawberry tersebut. Kemarin pun saat Jisoo memakan kue cubit, ia mulai berpikir yang tidak-tidak, namun belum pernah terealisasikan.
"Nah, udah selesai. Berangkat gih ntar telat!"
Jisoo mengerutkan keningnya bingung saat Jungkook malah menatapnya intens. Maka perempuan pertengahan 20 itu melambaikan tangannya di depan wajah si remaja agar tersadar.
"Koo?"
Grep!
Tangan Jisoo dicengkram lembut oleh tangan kiri Jungkook sementara tangan kanan remaja itu sudah bertengger apik di bibir bawahnya.
"K-kak"
"Hmmmm?"
"K-kiki mau ini boleh?"Bisiknya sembari menatap ranum itu penuh minat.
"B-boleh"
Tiba-tiba saja Jisoo diserang gugup, jantungnya berdebar cepat saat anak itu memangkas jarak dan memiringkan wajahnya berusaha menggapai bibir selembut permen jelly milik si kakak istri.
Otomatis Jisoo langsung memejamkan matanya, sedangkan Jungkook malah terlihat ragu-ragu padahal jarak keduanya hanya tinggal satu cm saja.
Bukan hanya Jisoo yang merasa berdebar, Jungkook pun begitu malah lebih parah. Merasa tidak ada pergerakan dari si dominan, ia pun membuka matanya, hingga....
Cup!
Perempuan hamil itu terdiam membatu dengan mata terbelalak. Ia kira Jungkook tidak jadi mengecupnya, namun siapa sangka saat ia membuka mata disaat itu pula Jungkook berhasil mendaratkan kecupannya. Hanya kecupan, tidak lebih namun berhasil mematikan seluruh syaraf Jisoo dan membuat jantungnya berdisko ria.
"Makasih kak, kalo gitu Kiki berangkat dulu Assalamu'alaikum" Pamitnya kemudian lari keluar gerbang, meninggalkan Jisoo yang masih blank.
"Lambat sih, tapi seenggaknya udah ada progres ya Soo? Kkkkkkkk" Jisoo tersentak dari lamunannya saat Irene tiba-tiba datang sembari merangkulnya.
"M-maksudnya kak?" Irene terkekeh untuk kedua kalinya. "Iya maksud kakak, Kiki kan sekarang udah berani tuh cium kamu duluan, tinggal tunggu aja sampai tuh anak berani ke hal yang lebih?"
Otomatis wajah Jisoo langsung memerah sempurna mendengar celetukan dari kakak iparnya tersebut. Sementara gadis 25 tahun itu hanya tersenyum penuh arti dengan berbagai rencana licik di otaknya agar membuat adiknya yang polos bisa menjadi pria dewasa.
Sementara itu, Jungkook yang tadi berlari dari rumahnya kini tengah berjongkok di dekat perempatan gang sembari menutup wajahnya yang memerah sempurna.
"Kiki malu Bunda hwueeee..., Kiki gak sanggup liat muka kak Jisoo setelah ini. T-tapi, Kiki suka cium kakak, soalnya bibir kak Jisoo manis kayak permen yupi"
"Hey Ki, ngapain jongkok disitu?"
Jungkook menurunkan tangannya yang menutupi wajah, kemudian menatap seorang pemuda dengan motor pinknya yang terparkir tepat di samping remaja SMA itu.
"Eh, gak papa kok Bang. Kiki lagi nunggu angkot aja"
Pemuda itu, Seokjin, melihat jam di tangannya yang menunjukan pukul 6.45. "Sebentar lagi jam 7, ayo Abang anter aja!."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Little Husband
FanfictionKetika pemuda baik nan manis yang masih berusia 17 tahun dan masih mengenyam pendidikan di kelas 2 SMA, di tuntut untuk bertanggung jawab atas kesalahan yang dilakukan mendiang kakaknya. "Bukannya nyonya memiliki satu putra lagi?" "T-tapi, putra bu...