Brak!
Brugh!
Pintu rumah sederhana itu dibuka kemudian ditutup kembali dengan kasar oleh seorang remaja yang kini terlihat emosi, jangan lupakan tubuhnya yang basah kuyup karena menerobos hujan begitu saja.
Tetesan air dari tubuhnya bahkan membasahi lantai yang tengah di pijak, sehingga pemuda tersebut, Jungkook, memutuskan untuk berganti baju terlebih dahulu.
Ia melepas hoodie dan celana jeans nya lalu dimasukkan kedalam keranjang pakaian kotor, hingga kini hanya menyisakan kaos lengan pendek dan celana selutut. Setelah itu ia masuk kedalam kamar. Emosinya kembali meluap saat memasuki ruangan tersebut, karena diruangan/kamar itulah banyak momen yang Jungkook buat bersama Jisoo, istrinya, atau mungkin calon mantan istri?
Sebenarnya Jungkook bingung dengan keadaannya sendiri, ia marah? Jelas! Bagaimana pun ia sudah menyandang status sebagai suami Jisoo setahun belakangan ini. Kecewa? Iya juga. Hanya saja dalam konteks tersebut terbagi menjadi dua. Kecewa karena Jisoo lebih memilih Namjoon, dan kecewa dengan dirinya sendiri karena tidak bisa bersaing dan merebut istrinya dari pria lain.
Jungkook memang pernah bilang kepada Jisoo, jika suatu saat perempuan itu menemukan pengganti nya yang lebih baik, maka Jungkook akan mundur dan melepas Jisoo. Tapi itu dulu, sebelum perasaan asing tumbuh di hatinya yang semakin lama semakin membesar. Sungguh Jungkook tidak pernah berpikir jika melepas seseorang akan semenyakitkan ini.
Brugh!
"Hiks... hiks... " Tubuh kecil itu merosot ke bawah. Ia tekuk kakinya kemudian menyembunyikan wajah serta tangisan disana. Pikiran dan hatinya berkecamuk, ia ingin menyuarakan dengan lantang jika ia tidak ingin berpisah dengan Jisoo, tapi realitas otaknya berkata jika ia tak akan mampu menghidupi Jisoo dan Lia. Ia hanya bocah SMA yang masih bergantung pada uang orang tua. Lagian belum tentu juga Jisoo mempunyai perasaan yang sama dengannya. Wanita dewasa mana yang akan melewatkan pria mapan seperti Namjoon demi bocah ingusan seperti Jungkook? Tidak adakan?
15 menit, cukup untuk Jungkook menumpahkan segala emosinya dengan tangisan. Untung saja rumah dalam keadaan sepi, serta hujan dan guntur yang menggelegar terdengar saling bersautan di luar sana sehingga suara tangisnya bisa tersamarkan.
Ia angkat wajahnya kemudian menghapus kasar jejak air mata di pipinya. Hatinya sudah siap menerima kenyataan apapun yang akan Jisoo ucapkan padanya saat bertemu nanti.Cklek!
Pintu kamar terbuka, Jungkook yang masih dalam posisi duduk pun mendongak menatap sosok perempuan yang kini terdiam di depan pintu dengan penampilan kacaunya. Mata terlihat bengkak dan berkaca, sedangkan mulutnya bergetar menahan isak yang ingin keluar. Sepasang mata dengan warna sekelam malam itu bertemu, saling menyelami perasaan masing-masing yang tergambar jelas lewat netra.
Jungkook sebagai yang sadar terlebih dulu langsung memutus kontak kemudian bangkit dan menghampiri Jisoo. Tangannya terulur di depan perempuan itu "Selamat ya kak, kakak udah nerima cintanya kak Namjoon" Ujarnya dengan suara serak sehabis menangis.
Jisoo menggeleng pelan, kemudian langsung menubrukan tubuhnya memeluk Jungkook erat. Bahkan ia tak peduli jika bajunya ikut basah karena kaos Jungkook yang belum sempat ganti.
"Hiks... Kookoo hiks... hiks. M-maafin kakak hiks... "
Jungkook melepas paksa pelukan mereka agar keduanya bisa saling tatap. "G-gapapa, Kiki ikhlas kok ngelepas kakak, asal kakak bahagia." Bohong! hatinya menjerit kan kata tersebut. Ya Jungkook bohong, ia tidak rela sama sekali melepas sosok cantik di depannya ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Little Husband
FanfictionKetika pemuda baik nan manis yang masih berusia 17 tahun dan masih mengenyam pendidikan di kelas 2 SMA, di tuntut untuk bertanggung jawab atas kesalahan yang dilakukan mendiang kakaknya. "Bukannya nyonya memiliki satu putra lagi?" "T-tapi, putra bu...