Di sebuah rumah sederhana terlihat begitu ramai oleh beberapa orang berpakaian hitam yang berlalu lalang, sementara diluar terlihat bendera kuning dipasang di pagar rumah. Kentara sekali suasana duka yang tengah menyelimuti keluarga tersebut akan kehilangan salah satu anggotanya.
"Abang hiks... hiks.... kenapa Abang ninggalin Kiki, Bunda, sama kak Irene. Abangkan udah janji mau lindungi kita, mau gantiin posisi Ayah, tapi kenapa Abang bohong hiks.... " Seorang remaja laki-laki nampak terisak dikamar miliknya dan mendiang sang kakak.
Cklek!
Pintu terbuka, masuklah seorang wanita cantik usia pertengahan 20 dengan wajah pucat dan mata bengkak.
"Kiki sayang, udah nangisnya, kasian Abang Tae kalo kamu nangis terus." Bisiknya seraya membawa sang adik bungsu kedalam dekapan.
"Hiks... Kak Irene..... hisk... Abang kak hiks..." Pemuda bernama lengkap Jungkook itu langsung mengeratkan pelukannya pada sang kakak pertama.
"Suuut...... Udah ya, Kakak tau kamu pasti kehilangan, begitupun kakak sama Bunda. Tapi, Kiki jangan nangis berkepanjangan, kasian Bang Tae, nanti gak bisa tenang disana.. " Kiki mengangguk meskipun masih sesenggukan.
"Anak pinter, sekarang kita keluar yuk, kita temenin Bunda." Setelah itu keduanyapun keluar untuk menemui para tamu.
............
1 bulan berlalu, kini keluarga Jungkook sudah menjalankan aktivitas seperti biasanya. Mereka memang sangat kehilangan atas meninggalnya sang anak penengah, Taehyung Adiyaksa Surya, karena kasus kecelakaan motor. Namun mereka tau, hidup harus terus berjalan. Sehingga mereka hanya bisa memendam kesedihan tersebut dalam hati dan berangsur-angsur untuk mengiklaskannya.
Jungkook mulai sekolah setelah 3 hari izin, sementara Irene sang kakak pertama mulai masuk kerja di sebuah perusahaan sebagai karyawan, sementara sang ibu kembali berjualan di warung makan sederhana miliknya.
"Kook, kayaknya Eunha suka sama kamu deh, liat tuh dari tadi ngelirik kesini mulu." Ucap Bambam, sahabat Jungkook.
Saat ini mereka sedang berada dilapangan sehabis pelajaran olahraga.
"Anak kayak Jungkook mana ngerti masalah gituan Bam" Timpal Mingyu.
"Ah bener juga"
Semua temannya bahkan hampir satu sekolah tau, jika Jungkook ini masihlah remaja polos. Ia adalah sosok yang ramah dan ceria kepada semua orang, hal itu membuatnya banyak dikagumi. Namun sayang, didikan Bunda, dan ke protektifan kedua kakaknya membuat ia tumbuh layaknya anak kecil yang masih suci. Bahkan sahabatnya meragukan jika remaja tersebut sudah puber. Ia belum mengenal cinta selain cinta dari keluarga dan teman-temanya.
"Suka gimana Bam?" Sautnya sembari meminum susu kotak rasa coklat.
"Udah gak usah dibahas, minum aja masih susu" Ujarnya pelan diakhir.
"Kook, nanti pulang sekolah ikut kita maen yuk!, kamu gak pernah nongkrong bareng kita selain di sekolah"
"Maaf Gyu, kata Bunda kalo pulang sekolah harus langsung kerumah, jadi kapan-kapan aja ya." Ujarnya merasa bersalah.
"Yaudah gapapa, udah biasa kok"
Tak lama dari itu bel pulangpun berbunyi. Jungkook langsung pamitan kepada sahabatnya kemudian menaiki angkot. Semenjak Abang kebanggaannya sudah tidak ada, Jungkook berangkat dan pulang menggunakan angkot. Sedangkan dulu ia tiap hari diantar jemput oleh Taehyung yang masihlah seorang mahasiswa semester akhir.
"Kiri Mang!" Angkot pun berhenti, setelah itu Jungkook turun kemudian melanjutkan dengan berjalan kaki menuju rumahnya yang masuk gang.
"Mobil siapa itu?" Herannya kemudian melangkah masuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Little Husband
FanficKetika pemuda baik nan manis yang masih berusia 17 tahun dan masih mengenyam pendidikan di kelas 2 SMA, di tuntut untuk bertanggung jawab atas kesalahan yang dilakukan mendiang kakaknya. "Bukannya nyonya memiliki satu putra lagi?" "T-tapi, putra bu...