Kami juga ingin liburan!

691 101 18
                                    

.

.

Selepas keempat anak yang mengajak Video call Beomha dan Eunseo yang memberitahu jika Jihoon menyimpan tiket liburan itu untuk mereka. Sontak saja keduanya ingin cepat-cepat pulang dari rumah sakit, membuat para orang dewasa di ruang rawat dua anak itu semakin tak mengerti.

Eunseo kembali merengek bahkan Beomha pun ikut-ikutan. Tetapi tak lama dari kejadian itu, dokter Kim yang merawat Eunseo dan Beomha memberitahu jika kedua anak itu sudah dibolehkan pulang sore itu juga.

Tak menunggu lama karena rengekan keduanya yang ingin cepat pulang. Haruto, Junkyu serta Yoshi segera membawa mereka pulang ke apartement. Mashiho tak bersama mereka karena ia masih ada pekerjaan yang harus diselesaikan dengan Hyunsuk.

Dan berakhir kini kelimanya yang sudah sampai diapartement Hyunsuk itu. Asahi yang menyambut kedatangan mereka segera mengomeli Junkyu hingga istri Haruto itu tak lepas bersembunyi dari punggung suaminya. Asahi yang melampiaskan rasa kesalnya karena barang-barang milik Junkyu saat itu memenuhi apartement membuatnya marah sampai ke ubun-ubun.

Beruntung Jaehyuk cepat menahan istrinya yang bertindak brutal dan membawa pergi Asahi dari hadapan Junkyu.

Kita kembali pada bahasan utama mengenai anak-anak perihal sebab Eunseo dan Beomha yang begitu cepat ingin pulang.

Saat ini jam sudah menunjukkan pukul 8 malam, mereka semua sudah makan malam bersama dan beruntung malam ini mereka semua dalam formasi lengkap. Anak-anak tentu senang karena orang tua mereka ada di sini, memudahkan keenamnya untuk melakukan pengintrogasian tentang tiket liburan yang kenapa di sembunyikan oleh sang Daddy.

Para orang tua sudah duduk manis di karpet bulu sementara anak-anak diatas kursi. Mereka seperti seorang hakim yang sedang mengadili para terdakwanya.

Tentu saja hal itu membuat para orang tua tak mengerti dan penasaran tapi menurut.

"Mengapa kalian bertingkah seperti ini? Apa kalian sedang bermain hakim hakiman dan kami saksi matanya?"

Celetukan Jeongwoo membuat tatapan anak-anak itu tajam namun dalam waktu bersamaan malah terlampau sangat menggemaskan.

Rapat kali ini dipimpin oleh Yewon yang juga sudah mendapatkan mainan palu entah dapat darimana. Mereka benar-benar seperti sedang mengadakan pengadilan untuk menghukum terdakwanya.

"Papi diam! Atau ingin ku vonis hukuman tak boleh memeluk Mami selama setahun?!" sungut si anak sulung membuat sang ayah menatapnya protes.

"Mana bisa begitu?!"

"Diam, Jeongwoo!"

Junghwan yang terlampau sebal pada sang suami berakhir mencubit perut lelaki itu. Tak main-main sampai membuat si dokter bedah meringis kesakitan.

Sadar jika Hyunsuk yang tertua di sini, ia hanya menggeleng maklum saja melihat tingkah Jeongwoo. Istri Jihoon itu kemudian mengalihkan perhatiannya lagi pada anak-anak.

"Kenapa kalian memanggil kami ke sini?" tanyanya lembut.

Yewon masih mempertahankan tatapan tajamnya seperti seorang hakim agung yang siapapun harus tunduk padanya. "Kalian telah melakukan kesalahan pada kami!" katanya mutlak.

Para orang tua itu kemudian terbelalak. Tak mengerti dengan apa yang dikatakan oleh Yewon.

"Apa maksudmu, Yewon-ah? Kami melakukan kesalahan seperti apa?" Kini Mashi yang mengangkat suara.

Yewon menyimpan dua tangan dipinggang sambil mengangkat dagunya ke atas. "Berikan buktinya, Hajun-ah."

Hajun menurut, dia memberikan sebuah kertas yang digulung pada Yewon. Kemudian sulung Park itu memperlihatkan sebuah tiket pesawat, hotel dan segala kebutuhan tentang liburan pada para tua.

"Kami ingin meminta keadilan mengenai ini!"

Jihoon yang tahu itu adalah tiketnya tentu tak bisa menyembunyikan keterkejutannya. "Darimana kalian mendapatkan ini?!" tanyanya tak percaya.

"Kami mendapatkan ini di tas Daddy saat mencari buku gambar Hajun! Ini tiket pesawat 'kan? Kalian berencana liburan lagi? Kalian akan pergi sementara kami dititipkan lagi 'kan?!" Nayun bersungut-sungut sampai matanya berkaca-kaca.

Semuanya terkejut tak terkecuali para Ayah. Jihoon menghela napas karena kali ini rencananya hancur sudah oleh anak-anaknya.

"Apa yang dimaksud anak-anak benar? Kamu membeli tiket, Jihoon?" tanya Hyunsuk menyelidik. Sebenarnya ia ataupun para Ibu tidak tahu menahu soal suami mereka yang membeli tiket pesawat.

Jihoon menghela napas lagi. "Baiklah, akan ku jelaskan." Ia melirik ke arah teman-teman yang dominannya adalah para Ibu meminta penjelasan. "Jadi, aku dan yang lain berencana mengejutkan kalian dengan liburan tambahan. Tapi, kali ini bersama kami juga anak-anak. Rencananya adalah saat kalian pulang, kami akan langsung menjemput lalu setelah itu kita bisa langsung check in pesawat mengingat Junkyu yang sudah memiliki izin untuk terbang."

"Wah! Apa benar Daddy mengajak kami berlibur juga?!" pekik Yewon senang entah sejak kapan anak itu tak memasang raut wajah garang lagi.

Jihoon mengangguk, ia kembali melanjutkan penjelasannya, "Kami sudah membeli tiket pesawat dan masing-masing dari kami membeli tiket yang berbeda agar nanti kalian tidak usah pusing memikirkan negara apa yang ingin dituju. Aku kebagian membeli tiket ke Paris karena aku ingin mengajak anak-anak melihat lukisan. Akan tetapi rencana kami sepertinya tak berhasil karena dengan masuknya Eunseo dan Beomha ke rumah sakit, membuat kalian jadi harus pulang lebih cepat." Jihoon berakhir menatap istrinya itu sendu.

Begitu pun dengan para dominant yang juga menatap istri mereka tak jauh berbeda dengan Jihoon.

"Kalian merencanakan itu, tapi bagaimana dengan pekerjaan kalian. Apa kalian tak memikirkannya dan bakal berbuat seenaknya karena itu perusahaan milik kalian?!" protes Asahi yang kontra dengan rencana para dominant.

"Justru kami yang pusing, Sahi-kun. Anak-anak selalu mengeluh jika mereka juga ingin liburan. Kau dengar sendiri 'kan apa yang dikatakan Yewon? Lagipula... walau kami sudah membawa anak-anak ke Lotte World, tetap saja mereka tak puas karena mereka yang belum cukup umur. Lagipula di saat itu juga kami mengalami insiden dengan menghilangnya Eunseo," jelas Yoshi yang mana membuat Asahi terdiam.

Mereka melirik ke anak-anak yang sedari tadi diam menyimak. Tak dipungkiri jika dalam manik lucu itu terdapat harapan untuk mengabulkan rencana dan keinginan mereka untuk berlibur. Sebagai bukti juga mengapa Eunseo dan Beomha yang begitu exited ingin cepat pulang setelah mendapat Video call dari mereka.

Melihat raut wajah penuh harap dari anak-anak, para Ibu sepertinya belum luluh dengan keputusan para Ayah itu.

"Tidak bisa! Anak-anak harus sekolah. Lupakan tentang liburan, Daddy Jihoon hanya bercanda." Junghwan angkat bicara membuat binar harapan itu terganti dengan kekecewaan

"Mami tidak adil! Kenapa kalian yang hanya diam dirumah bisa mendapatkan liburan sementara kami hampir setiap hari harus pergi ke sekolah! Bahkan dihari libur pun kami masih harus belajar! Pokoknya aku tidak suka Mami!" Nayun memekik marah lalu pergi dari ruang tengah sambil menangis keras.

Tak ketinggalan kelimanya menyusul walau dalam raut wajah yang berbeda, mereka tetap kecewa dengan para Ibu yang menolaknya.

"Kita renungkan ini nanti. Sekarang sudah malam, lebih baik tidur," ucap final Jihoon mengakhiri segalanya.

Tak dipungkiri jika ia juga merasa marah karena Hyunsuk yang begitu saja menolak rencana mereka, padahal Jihoon juga yang lain sudah merencanakan ini jauh-jauh hari karena mengerti jika anak-anak yang juga ingin ikut berlibur

♡♡♡

TBC,

Mau ngebut ah, gatel pengen nulis cerita baru hehehehe... tapi nyadar masih ada beberapa konflik yang harus diselesein, hadehhh... harus berkali-kali sabar diri ini.

thankyou lagi yang udah kasih vote sama commentnya, see u next chapt,

TEUBAA!!🙌🏻🙌🏻

The return of supermine!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang