ㅤ.
.
ㅤ
"Jeongwoo-yaa? Kamu masih marah denganku? Baiklah. Jika tak ingin menemuiku setidaknya kamu jangan mengabaikan anak-anak seperti ini..."
Junghwan mendesah pasrah. Ini sudah malam sejak Jeongwoo yang meninggalkan ruang tengah dengan perasaan marah tadi siang.
Suaminya ini benar-benar mengabaikannya, bahkan dengan anak-anaknya pun Jeongwoo belum berbicara dengan mereka. Yang pria Park itu lakukan hanya berdiam diri di kamar, keluar jika bosan atau saat waktu makan. Sebenarnya Junghwan tak masalah, ia mengerti dengan Jeongwoo yang mendiaminya, tapi jangan sampai ia mendiami kedua putrinya juga seperti ini.
"Mami, Papi marah sama kita ya? Kenapa dia tidak mau berbicara dengan kita?"
"Papi! hiks.. Papi~"
Junghwan mengusap sayang kepala dua putrinya. Nayun sudah menangis keras, mungkin anak itu merasa jika kini Papinya sedang marah padanya.
"Tidak kok, Papi tidak marah pada kalian, mungkin ia sedangㅡ"
Ceklek
"Papi!"
Nayun hampir jatuh digendongan Junghwan jika saja Jeongwoo tak menangkapnya. Pria Park itu langsung membawa Nayun untuk digendongnya yang mana bungsu Park itu segera memeluk leher Jeongwoo erat.
Junghwan tentu senang saat suaminya keluar dari kamar, ia jadi berfikir jika Jeongwoo masih peduli dengan anak-anak mereka. "Syukurlah kamu membuka pintu, anak-anak sudah merindukanmu."
Jeongwoo yang melihat dua putrinya, terutama Nayun yang menangis karena dirinya pun merasa bersalah. Mungkin memang salahnya mengabaikan mereka berdua, sementara ia hanya marah pada Junghwan saja.
Teman-temannya sebenarnya sudah mencoba untuk membujuk Jeongwoo, akan tetapi anak itu keras kepala dan tak mau mendengarkan semua orang. Mereka tak bisa membantu banyak, hanya bisa menasehati, ini urusan rumah tangga Jeongwoo dan Junghwan jadi teman-temannya percaya jika Junghwan dapat menyelesaikan permasalahan mereka sendiri.
"Kalau begitu... habiskan waktumu dengan anak-anak, a-aku akan ke bawah." Junghwan yang berniat pergi pun terhenti ketika merasa pergelangan tangannya ditahan oleh seseorang. Ia membalikan badan, menatap Jeongwoo tak paham sebelum pria itu berkata, "Tunggu. kita akan ke bawah bersama."
ㅤ
♡♡♡
ㅤ
"Eoh? Kalian sudah baikkan?!"
Para orang dewasa dalam ruangan itu ikut menoleh pada Jeongwoo dan Junghwan yang datang bersama. Mereka sebenarnya ragu, melihat wajah datar Jeongwoo yang masih kentara, sepertinya anak itu masih sedikit marah pada istrinya.
Junghwan hanya menanggapi dengan senyum saat Jihoon bertanya padanya. Ia tak ingin buka mulut dulu sebelum Jeongwoo yang bicara pada mereka, jika seperti ini bukankah suaminya itu sudah memaafkannya?
"Jeongwoo-ya. Kufikir sudahi dulu saja marahmu, waktu kita menghabiskan waktu bersama tinggal sedikit. Setelah kita ke Korea, maka kita akan kembali ke rutinitas seperti biasanya, kau sendiri yang selalu mengeluh karena tak ada waktu bersama keluargamu kan?"
Jeongwoo sejenak diam, memikirkan apa yang dikatakan Jihoon ada benarnya. Ini adalah keinginannya untuk berlibur, jangan sampai memberikan kesan yang burukㅡterutama untuk kedua anaknya. Jeongwoo pun mengangguk, "Baik, hyung. Akan ku fikirkan."
KAMU SEDANG MEMBACA
The return of supermine!
FanfictionBukan cerita tentang kehidupan idol yang mengurus anak-anak seperti di variety show seperti di tv. Ini cuma kisah para Ayah yang ditinggal pergi oleh para istri mereka sambil mengurus anak-anak mereka. Mau tahu kisah asam manis pahit para Ayah muda...