Pukul dua dini hari Raka terbangun karena mendengar suara ringisan di sampingnya. Ia menyalakan lampu tidur dan terkejut melihat Salmah menahan sakit sambil memegangi perutnya.
"Lo kenapa?" Tanya Raka.
Bukannya menjawab Salmah malah menangis membuat Raka kelabakan tak tahu harus apa.
"Perut Lo sakit?" Tanya Raka lagi barulah Salmah menjawab dengan anggukan kepala. "Terus gue harus apa?"
Dengan sisa-sisa tangisannya Salmah menjawab, "biasanya kalau perut gue sakit, Papa selalu elusin perut gue."
Raka mengubah posisinya menjadi duduk di kepala kasur, lalu tangannya bergerak menyingkirkan guling yang berada ditengah-tengah mereka.
"Sini."
Hanya dengan satu kata itu Salmah langsung mendekat pada Raka dan merebahkan tubuhnya di dada laki-laki itu. Ia sempat ragu Raka tidak mau melakukan hal yang selalu dilakukan Papa nya, ternyata itu hanya pikiran yang sangat tidak benar.
Mereka sangat kaku, salah satu diantara mereka tidak pernah melakukan ini pada perempuan mana pun selain adiknya. Begitu pula Salmah yang tidak pernah begini pada laki-laki manapun selain dengan ayahnya itupun tidak berpelukan seperti ini. Kalau bukan karena sakitnya pada perut perempuan itu mereka tidak melakukan ini.
Salmah bisa merasakan jantung cowok itu berdebar begitu cepat dan nafas yang berderu. Kemudian ia merasakan tangan Raka sudah berada di perutnya sambil mengelus-elus perutnya yang rata. Terkadang perutnya memang suka begini, sampai membuat Salmah terkadang kesal karena tak sanggup menahan sakitnya.
Bukan sakit karena menstruasi melainkan sakit di daerah lambungnya, rasanya nyeri dan itu menyerang hanya saat malam hari.
"Hubb anNabi rohmaw dawa
Walqolbimin nuruur tawa." Sambil mengelus perut Salmah Raka bersenandung kecil.Salmah terdiam mendengarkan suara merdu Raka di sampingnya.
"Malakil habiibu ruuhii ruuhii
Malakil habiibu ruuhii." Raka masih melantunkan shalawat, tangan kirinya yang menganggur ia gunakan untuk merapikan rambut Salmah."Subhaanu robbii kammiluh
Wabun nuuroh robbi jammiluh
Yaaruuh ilaihi ruuhi ruuhi
Yaaruuh ilaihi ruuhi..."Tak lama kemudian Raka mendengar suara dengkuran halus, ternyata Salmah sudah tertidur. Raka memindahkan kepala Salmah ke bantal untuk menidurkan Salmah ke posisi semula, setelah itu menyelimuti Salmah sampai leher.
Raka memandangi wajah tenang Salmah saat tertidur, ia memeriksa jam di atas nakas menunjukkan sudah pukul 3. Raka pun bersiap-siap untuk melaksanakan sholat tahajjud walaupun ngantuk masih melanda tetap ia paksakan.
♪♪♪
Salmah sedang memasak di dapur, pagi ini ia sangat bersemangat untuk melakukan pekerjaan dan entah apa penyebabnya. Tangannya sibuk memotong bawang merah, rencananya ia akan memasak masih goreng karna ia belum belanja bahan masakan.
Singkatnya mereka belum mempekerjakan orang untuk membantu Salmah dirumah seperti beres-beres, mencuci, memasak dll. Jadi Salmah harus melakukan semuanya sendiri untuk sementara ini.
"Ih apaan sih Lo!" Ujar Salmah karena Raka tiba-tiba memeluknya dari belakang.
Raka tak menggubris, ia semakin erat memeluk Salmah sampai sang empu minta di lepaskan. "Sesek Ka. Lo mau bunuh gue!"

KAMU SEDANG MEMBACA
SALMAH AQILLA [SELESAI]
Teen Fiction[HARAP FOLLOW TERLEBIH DAHULU] "Rak, susah ya dapetin Lo kayak rukun Islam yang ke 5, hanya bagi yang mampu" **** Dialah SALMAH AQILLA gadis yang selalu senantiasa menutupi auratnya, tapi sayang nya dia itu sedikit Bar-bar. Apalagi saat dia suka den...