Part 04

384 25 0
                                    

Lampu menyala disaat Nami memasuki kamar. Kamarnya sunyi dengan hiasan minim mengisi kamar. Layaknya kamar anak perempuan pada umumnya, hanya saja kamar Nami nggak terlalu penuh dengan asesoris lucu. Hanya segelintir perintilan dan tempelan di lemari. Seadanya saja.

Beruntung Nami tahu tentang dirinya yang kurang apik menata barang. Jika nanti ia memiliki pernak-pernik lucu takut nggak kepegang dan yang ada Ibu Nami yang mengomel karena kesusahan membereskan barang.

Nami melempar tas selempangnya ke lantai lalu melempar dirinya ke tempat. Kamarnya kini berisik karena suara jangkrik malam, menyapa Nami. Tapi Nami merasa tak terusik.

Ia justru terusik dengan debaran jantung di dadanya. Begitu berisik mengalahkan suara jangkrik yang berusaha mengimbangi debaran jantungnya. Tapi tetap saja debaran itu semakin membuat Nami pening.

Nami sepertinya butuh mandi. Mengguyur seluruh tubuhnya dengan air mungkin dapat meredam hawa panas di sekujur tubuh Nami. Baik, itu akan menjadi keputusan yang tepat saat ini.

Nami segera ke kamar mandi, membuak bajunya dan berdiri diam di bawah guyuran air. Rintikan air itu mulai mengguyur Nami. Cukup lama. Hingga Nami keluar dengan bathrobe pun debarannya masih terasa. Melatup-latup hingga Nami bingung bagaimana caranya untuk meredamkannya.

Mika—pria itu seharusnya mempertanggung jawabkan perbuatannya ini. Karena sungguh Nami kelimpungan saat ini.

Begitu banyak film romansa yang Nami tonton, dan banyak sekali Nami harapkan bagaimana jadinya jika Nami menjadi seorang pemeran utama film romansa. Lalu pemeran prianya adalah Mika sendiri. Pada film romansa, pemeran pria melakukan segala hal dan cara untuk bisa bersama pemeran utama yang tak lain dan tak bukan adalah Nami sendiri.

Nami selalu membayangkan jika Mika adalah si tokoh ini, atau tokoh itu, di mana Mika memperlakukan Nami layaknya seorang perempuan yang ia cintai. Nami membayangkan bagaimana Mika mengejarnya dan menyatakan cinta padanya. Juga alur kisah cinta mereka yang nantinya akan berakhir mereka bahagia bersama.

Sudah tak terhitung jari sudah berapa kaki Nami membayangkan itu semua. Jika ada suatu film atau Nami menemuka sesuatu yang manis dari pasangan yang tak sengaja Nami temukan di tempat umum, Nami pastinya akan membayangkan dan berharap bahwa suatu saat nanti dirinya dan Mika akan seperti itu juga.

Klasik, begitulah impian kecil seorang gadis yang tengah jatuh cinta pada pria dewasa.

Dan mungkin terlihat atau terdengar sepele, tapi percayalah kalau Nami merasa kedua kakinya tak mampu menumpu bumi sejenak hanya dengan membayangkan dirinya bahagia dengan Mika. Termasuk kejadian barusan, di mana Mika tak bertanggung jawab setelah ia mengusap lembut kepalanya dan berkata-kata manis yang mampu meluluh lantakkan alam bawah sadarnya.

Tiba-tiba saja Mika attractive malam ini, dan ia melakukannya begitu sempurna.

Dan apa tadi katanya, "you look cute.." oh—Nami cuma bisa berteriak dibalik bantal sekarang. Meluapkan euphoria nya.

Ini semua karena pria bernama Mikael Tsani Bramawan.

"Ya Tuhan, jantungku pelan-pelan aja berdebarnya! Bisa gila aku lama-lama!"

Ya, kayaknya Nami mulai gila. Jadi Nami memutuskan menggulung tubuhnya dengan selimut dan tidur.

Kesimpulan pada hari ini, Mika ternyata berbahaya untuknya.

*****

Mika pun juga baru masuk ke kamar setelah melihat rumah Nami ramai oleh Ibu dan Ayah Nami. Nami nggak sendirian lagi jadi Mika lega meninggalkan pandangannya dari rumah Nami.

Mika melepaskan kancing kemejanya satu persatu lalu mengambil handuk baru di lemarinya menuju kamar mandi.

Rasa segar menyelimuti Mika. Hanya dengan lilitan handuk di pinggangnya Mika mencari pakaian tidurnya. Kemudian mengeringkan rambut menggunakam hairdryer lalu menoleh ke arah jendela kamarnya yang tertutup.

Mika tak berniat membuka tirai jendelanya, ia hanya memandangi siluet lampu kamar sebrang yang terlihat. Menduga jika si pemilik kamar tersebut belum tidur.

Mika tersenyum walau agak heran karena seharusnya Nami sudah mematikan lampu kamarnya. Apa mungkin karena orang tuanya baru saja pulang? Mika tidak tahu pasti. Sekarang sudah pukul sepuluh malam, seharusnya Nami sudah mematikan lampu dan tidur.

Sejak Mika memutuskan untuk menetap di Bekasi setelah menyelesaikan pendidikannya di Inggris, Mika akhirnya bertemu dengan gadis kecil lucu yang membuat Mika ingin menggigit pipi semerah tomat itu, yang merupakan anak dari keluarga Tanato sekaligus keluarga yang Mika cukup kenali karena menjadi salah satu relasi mendiang Ayah Mika. Mika tak menduga karena anak segemas itu akan menjadi tetangganya.

Cukup lama Mika mengenal Nami dan keluarganya, Mika jadi paham bagaimana didikan orang tua Nami selama ini. Terhadap anak-anaknya, mereka mengedepankan kedisiplinan. Juga bertekad dengan ambisi. Mika nggak heran melihat Nadia—kakaknya Nami lulus berprestasi dan berhasil masuk ke Universitas bergengsi sesuai ekspektasi keluarga.

Nadia dulunya juga les bersama Mika, hanya saja waktu lesnya singkat. Ayah Nadia cuma memberi waktu dua bulan untuk Nadia mengencangkan persiapannya. Saat itu Mika membimbing Nadia hanya sebagai asahan saja. Membantu Nadia untuk lebih percaya diri akan kemampuan akademiknya.

Dan ekspektasi Ayahnya lagi dan lagi terealisasikan.

Dan sekarang Mika membimbing Nami, banyaknya interaksi diantara mereka membuat Mika mulai hapal dengan kebiasaan keluarga Tanato.

Tentunya Mika bingung ketika kamar Nami masih menyala padahal waktunya Nami untuk tidur. Tapi tak lama lampu kamar Nami padam, Mika menghela napas. Gadis lucu itu sudah tidur. Maka Mika menjauhi jendela dan bersiap untuk tidur juga.

Sebelum Mika memejamkan mata, Nami muncul di kepalanya. Kelucuan yang gadis itu lakukan membuka pintu mimpi untuk Mika.

*****

Dua minggu berikutnya, Nami akan menghadapi ujian tryout sekolah untuk para siswa kelas dua belas. Selama dua minggu terakhir, jadwal les Nami ditambahkan. Mika turut sering memberikan soal-soal untuk Nami latihan kerjakan.

Dan pagi ini, Nami siap menghadapi tryout.

Tryout dilakukan selama sembilan puluh menit ke depan. Ketika lembaran soal diterima, Nami mengerjakannya dengan sungguh-sungguh. Beberapa soal essay sulit muncul dan Nami berusaha semampunya untuk mengisi lembaran.

Di hari esoknya nilai tryout akan dipajang di mading sekolah. Ketika petugas menempelkannya ke mading, Nami dan Zoya ikut nimbrung dengan para siswa lainnya untuk melihat hasil nilainya.

Nama Zoya muncul lebih dulu dengan nilai di atas rata-rata. Namun nama Nami berada di deretan bawah, di mana nilainya tidak masuk di atas rata-rata.

Ketika Zoya ingin menghibur Nami, Nami berbalik dan pergi meninggalkan Zoya di sana. Wajah Nami sendu, hidung tampak memerah sambil menahan dirinya untuk tidak menangis.

Nami sangat sedih, padahal Nami sudah berusaha keras selama dua minggu ini untuk latihan mengerjakan soal dan banyak bertanya ke Mika jika Nami masih belum memahami materi.

Sekarang Nami bingung bagaimana Nami menjelaskan ke kedua orang taunya kalau nilai tryout nya saja Nami nggak mampu mendapatkan nilai di atas rata-rata. Terutama Ayah Nami. Nami sudah berjanji sama Ayah kalau Nami akan mendapatkan nilai terbaiknya.

Tapi Nami malah ingkar.

Kesedihannya menenggelamkannya hingga ponselnya berbunyi, namun Nami tidak hiraukan. Melihat nama Mika dilayar ponselnya justru membuat Nami semakin menyalahkan dirinya sendiri.

Bodoh! Tidak becus! Nami sudah mengecewakan Ayah, Ibu, juga Mika. Bagaimana Nami bisa membanggakan dirinya kalau nilai tryout nya jelek.

Dan bagaimana bisa Nami berhasil mengambil hati sang pujaan hati karena nyatanya sekarang Nami gagal?

Cheese RollTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang