Part 25

220 17 1
                                    

Setelah berhasil memakan masakan Nadia, Nami ditugaskan untuk mencuci piring. Akhirnya Nami berhasil melahap makan malamnya walau mulut dan perutnya hampir kesusahan menerima olahan daging stik buatan Nadia.

Selama mencuci piring, Nami mendengar senda gurau Mika dan Nadia di ruang tamu. Percakapan mereka terdengar hangat dan seru. Nami sampai menengok beberapa kali saking terdengar serunya mereka meceritakan keseharian Nadia dari nol sampai ia berhasil menyelesaikan skripsinya.

"Saat wisuda nanti, kakak harus datang bawain boneka dan bunga untukku. Lalu kita foto bersama-sama di studio. Aku akan cari jasa fotografer untuk fotokan kita nanti."

"Iya. Kapan wisudanya?"

"2 Bulan lagi. Undangannya nanti dibagikan melalui surel. Kakak harus datang, jangan sampai nggak datang."

"Iya, aku akan datang."

Nami akhirnya selesai mencuci piring lalu ikut menimbrung percakapan mereka. Masih membicarakan kisah Nadia selama ia kesulitan menyelesaikan skripsi, Nadia begitu semangat menceritakan kisahnya tanpa henti hingga Mika berinisiatif memberikan segelas minuman dingin.

"Minumlah, aku tau tenggorokan mu lelah."

"Kamu selalu tau aku, terima kasih kak."

"Kamu memang suka begitu, Nad."

Nadia masih ingin menceritakan kisahnya namun suara mobil terdengar dari luar rumah. Itu Ayah dan Ibu sudah datang. Mereka masuk bersamaan dan Nami, Nadia dan Mika menyambut kepulangan mereka.

"Ayah dan Ibu pulangnya kemalaman jadi aku nggak buatkan stiknya."

"Tidak apa-apa, kami sudah makan diluar kok." Seru Ayah sambil terkekeh kikuk. Ayah dan Ibu memang sengaja pulang malam untuk hal ini.

Hari makin larut, Mika pamit pulang.

"Besok kakak ke sini lagi ya. Aku buatkan sarapan sama bekal untuk kakak bawa besok." Ujar Nadia saat Mika diambang pintu.

Mika tersenyum, "baiklah."

Sedari tadi Nami terdiam menyaksikan kedekatan Nadia dan Mika. Diam-diam ia tidak menyangka kalau Nadia dan Mika sedekat ini. Memang sejak dulu mereka terlihat dekat, tapi Nami tidak sangka kalau sejak Nadia memutuskan untuk pindah hingga mereka jarang bertemu, kedekatan mereka masih terlihat intens seperti saat ini.

Setelah Mika pulang, Ayah dan Ibu pamit ke kamar sementara Nadia kembali sibuk di dapur. Menyiapkan bahan-bahan makanan untuk ia masak di esok pagi. Bahkan Nadia juga menyiapkan tempat makan.

"Kamu juga mau dibuatkan bekal?" tanya Nadia ketika Nami menghampirinya.

"Aku memang suka bawa bekal."

"Bagus," Nadia tersenyum, "aku akan buatkan nasi bento untukmu dan sushi untuk kak Mika."

"Sushi?" Nami memperhatikan Nadia sedang menyiapkan rumput laut, "ribet banget kak. Kenapa nggak nasi goreng seafood aja sekalian? Aku suka bawain nasi goreng seafood buat kak Mika?"

Nadia terkejut, "kamu serius?"

Nami jadi tergagap melihat Nadia begitu terkejut, "i—iya. Udah biasa kok bawain kak Mika nasi goreng seafood."

"Pakai udang nggak?"

Nami mengangguk.

"Parah," bentak Nadia membuat Nami terlonjak, "kak Mika nggak bisa makan udang. Ada alergi."

Belum selesai terkejut karena bentakan Nadia, kini Nami semakin terkejut lagi dengan fakta itu, "kok bisa—maksudku kenapa?! Kak Mika nggak bilang apapun sama aku kalau dia nggak bisa makan udang. Selama ini Ibu suka pakai udang di nasi gorengnya."

Cheese RollTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang