Sejak Nadia pergi, Nami menjadi pendiam. Untaian kata demi kata terus berputar di kepala Nami seperti kaset rusak.
Belum lagi dengan sikap Ayah dan Ibu juga berubah terhadap Mika. Ayah dan Ibu tak lagi terbuka dan sehangat dulu sebelum pertengkaran terjadi. Karena hal itu pula, Ayah seakan sengaja menjauhkan Nami dari Mika.
Mika cukup frustasi dengan perubahan yang terjadi. Beberapa kali pria itu mencoba membujuk Ayah dan Ibu, membicarakan hubungannya dengan Nami dan Nadia. Namun Nami merasa bahwa Ayah masih belum terima dengan penjelasan Mika.
Entah Ayah marah karena Mika adalah alasan utama anak-anaknya bertengkar, atau Ayah tidak suka dengan hubungan Mika dan Nami.
Sebab Ayah selalu meminta Mika menjauh dari Nami. entah sementara waktu—atau selamanya.
Dan hal itu membuat Mika tidak menuruti titah Ayah. Pria itu terus berusaha mendekati anak perempuan Ayah.
Contoh singkatnya, Mika sering mengikuti dari belakang ketika Ayah mengantar atau menjemput Nami ke sekolah. Atau Mika sering menghubungi Nami melalui pesan singkat, meski Nami tak membalas satu pun pesan Mika.
Sebab Ayah juga mengingatkan Nami untuk menjauhi Mika.
Sepertinya hubungan mereka tak ada harapan lagi untuk dilanjutkan. Ayah selalu mengingatkan mereka untuk terus menjauh. Nadia juga tidak mau pulang kalau ia tidak mendengar kabar kalau Nami sudah memutuskan hubungannya dengan Mika.
Satu persatu Nami membaca ulang pesan Mika. Antara lucu dan menyedihkan. Pria itu mengirimkan pesan bernada manja, sangat jarang Mika melakukan ini sebelum masalah ini terjadi.
Mika :
Nami...
Sayang...
Aku mau otw ke kantor..
Kamu udah di sekolah? Semangat belajarnya, sayang..
Aku sedang bosan, mau telpon kamu tapi kamu masih sekolah..
Nami, aku mendadak beli banyak permen kapas. Kalau beli ini tiba-tiba ingat kamu aja, padahal kamu jarang beli permen kapas..
Aku mau otw pulang..
Malam ini aku masak spagetti. Rasanya nggak enak. Sepertinya aku kurang saos barbeque nya..
Sayang, aku liat lampu kamar mu belum padam. Apa kamu sedang belajar? Ada kesulitan tidak? Mau aku bantu? Kalau mau, aku manjat ke kamar mu. Soalnya Ayah akan melarang aku temui kamu...
Lampu kamar mu padam, kamu udah tidur ya? Kayaknya aku akan begadang, aku sulit tidur semenjak kamu menjauh..
Pagi, Nami.. semoga hari mu menyenangkan..
Tadi aku ikutin kamu lagi sama Ayah. Semangat belajar di sekolah, sayang..
Barusan aku bawa nasi uduk yang kamu bilang enak itu. Benar kata mu, nasi uduknya enak. Besok aku akan beli lagi. Hari ini kamu bawa bekal apa? Nasi goreng seafood lagi ya? Aku jadi rindu nasi goreng seafood buatan Ibu..
Nami, tadi aku ke pantry buat seduh kopi. Tapi tadi aku ketumpahan air panas. Perih sekali. Tangan ku sampai merah..
Kalau ada kamu, tangan ku pasti sembuh. Soalnya pasti kamu tiup-tiupin tangan ku...
Nami, tangan ku keiris pisau pas potong apel. Daranya keluar banyak, perih sekali..
Apes banget aku, tadi ketumpahan air panas, sekarang keiris pisau..
Mungkin karena aku keingat kamu terus...
Tapi aku nggak nyalahin kamu, tapi aku...
Aku nggak bisa tegas ke kamu dan kak Nanad..
KAMU SEDANG MEMBACA
Cheese Roll
Short StoryBagaimana perasaanmu jika seseorang yang kamu sukai adalah tetangga rumahmu sekaligus guru privatmu? ***** Sequel kedua dari Teman Kakakku. Bisa dibaca terpisah. Copyright by Octaviandri23