Part 07

305 27 0
                                    

Sekuat tenaga Nami berlari dan akhirnya ia tiba di rumah. Melesat masuk ke kamar, lalu mengganti pakaian dan kembali keluar kamar dengan selembaran di tangannya.

Ibu Nami yang berada di dapur terkejut. Lalu berbinar haru melihat lembaran tryout Nami dengan nilai memuaskan.

"Anak Ibu pintar. Anak ibu memang pintar. Ibu bangga sekali sama Nami."

Pelukan hangat menjadi hadiah terbaik dari sang Ibu. Nami tak kalah erat memeluk Ibu. Air mata pun turut memeriahkan rasa haru diantara mereka.

"Aku mau kasih tunjuk nilaiku ke Kak Mika dulu ya, Bu. Pasti Kak Mika senang dan bangga sama Nami, ya kan Bu?"

Ibu lantas mengangguk sambil mengusap kepala Nami. "Go, my princess! Jangan kelamaan di rumah Kak Mika ya. Ibu baru saja masak kesukaan Nami. Nanti ajak Kak Mika makan bersama di rumah."

Nami mengangguk dan kemudian langsung pergi ke sebrang rumahnya. Menemui seseorang yang sedari tadi memenuhi kepala Nami.

Niat Nami ia ingin mengejutkan Mika dengan nilai yang didapat. Nilainya jauh lebih sempurna dari Nami harapkan. Sudah pasti Mika akan senang dan bangga pada Nami.

Nami nggak sabar ingin melihat reaksi pria tersebut.

Tanpa mengetuk pintu, Nami menarik tuas pintu dan masuk tanpa permisi.

Rencana apik Nami diluar prediksi, Nami justru dikejutkan dengan Mika yang terjatuh di lantai. Tanpa mengenakan pakaian atas Pria itu berbaring lemas tak berdaya. Wajahnya pucat dan bergumam pelan yang tak dapat Nami pahami.

"Kak Mika!!"

Nami melesat lalu terduduk mendekati pria. Tangannya bergerak mengguncangkan punggung Mika yang berkeringat.

"Kak Mika! Kak Mika! Kak Mika!"

Teriakan Nami berhasil membuka mata Mika. Mika melirik, melihat Nami sudah berkaca-kaca memanggilnya.

"Na.. mi.."

"Kak Mika bangun! Kak Mika kenapa? Kak Mika jangan tinggalin Nami? Kak Mika jangan mati, kita belum menikah!"

Meski Nami cukup kencang memanggilnya, namun Mika tak begitu mendengarkan. Demamnya cukup tinggi sampai Mika merasa sosok Nami di sampingnya seperti fatamorgana.

Tapi Mika langsung yakin kalau Nami di sampingnya, karena sekarang Nami menarik pria itu agar mendekat. Dengan penuh keberanian Nami membawa Mika ke dalam pelukannya.

"Badan Kak Mika panas banget! Kak Mika demam! Tunggu aku ya Kak, aku panggilin Ibu ya biar Kak Mika dipanggilin Dokter."

Mika mendengar Nami akan membawanya ke Dokter. Mika ingin mengatakan sesuatu. Namun suaranya nggak keluar sama sekali. Temggorokannya  terasa pedas dan perih. Sulit menelan ludah sekali pun.

Namun Mika berusaha keras untuk bisa mengerakkan bibirnya. Berharap Nami bisa mengerti dengan gerakan bibirnya walau tanpa mengeluarkan suara.

Sementara Nami yang panik memperhatikan bibir Mika yang tiba-tiba bergerak maju, Nami jadi berpikir. Bibir Mika bergerak seakan Mika ingin dicium. Bahkan Mika memaksakan wajahnya untuk mendekat.

Nami teringat dengan penggalan adegan film kartun Beauty and The Beast, yang di mana The Beast berada dipangkuan Belle dan ia hampir berada di penghujung hidupnya namun Belle berhasil menghidupkannya lagi dengan ciuman sejati.

Mata Nami melebar, mungkin ini satu-satunya cara Nami untuk menyembuhkan Mika dengan memberikan ciuman sejatinya?

Benar. Nami harus segera mencium Mika sebelum terlambat. Menghela napas sejenak, Nami menyiapkan diri dengan debaran penuh di dada. Lalu gadis kecil itu mendekatkan wajahnya dengan bibir melatup-latup. Siap mencium sang pujaan hati.

Cheese RollTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang