Part 09

254 21 0
                                    

Nami memutuskan menangis di rumah Zoya. Sebab kalau Nami menangis di rumah, yang ada Ibu akan banyak bertanya. Nami enggan menjawabnya.

Menginap dengan alasan belajar bersama akan lebih menyenangkan, Nami datang dengan tas ransel yang menggembung. Lalu Zoya buru-buru membawa Nami ke kamar agar Nami bisa sepuasnya menangis. 

Zoya sudah banyak membelikan makanan manis untuk menghibur Nami dari kesedihannya, tapi Nami terlalu sedih karena hatinya begitu sakit.

Ternyata kata orang benar, sakit hati itu nggak enak.

"Nami, aku boleh katakan sesuatu?" Zoya menepuk-nepuk bahu Nami guna menenangkannya. Nami mengijinkannya untuk berbicara. Tapi Zoya jadi bingung apa pantas ia mengatakan sesuatu di dalam benaknya, sebab pernyataannya nanti pasti akan melukai Nami.

"Nami, mungkin sudah saatnya kamu harus lepasin Kak Mika."

Tapi Zoya ingin Nami sadar kalau hati Mika nyatanya bukan untuk Nami.

"Ternyata Kak Mika nggak sayang aku, Zoya."

"Kak Mika sayang Nami kok, tapi memang sayang Kak Mika nggak lebih dari sayang Nami ke Kak Mika.

"Nami harus ikhlasin Kak Mika. Kak Mika lebih dewasa ketimbang kita. Dan nyatanya Kak Mika lebih menyukai perempuan dewasa."

Zoya sayang Nami, maka Zoya terpaksa menyadari Nami dengan kata-kata yang dapat membuat Nami lebih sedih.

Tapi itu lebih baik, ketimbang Zoya membawa Nami pada khayalan yang belum tentu akan terjadi di kemudian hari.

"Aku sedih sekali, Zoya."

"Nggak apa-apa Nami. Kamu berhak sedih. Tapi jangan lama lama ya."

Zoya kembali menepuk-nepuk bahu Nami, membiarkan sahabatnya menangis sepuasnya.

Berharap perasaan Nami akan jauh lebih baik.

*****

Hari demi hari, Nami tak lagi bertemu Mika.

Tentu saja Nami sengaja menghindar. Dan niatnya seakan didukung takdir ketika ia mendengar bahwa Mika pergi ke luar kota karena urusan pekerjaan. Selama Mika pergi, Nami dan Zoya belajar sendiri. Hanya berbekal kepercayaan Mika pergi tanpa tahu Nami berniat menjauhinya.

Nami belajar semampunya. Berbekal buku tugas dan hasil coretan di buku latihannya Nami mengerjakan latihan soal sebisa mungkin. Terkadang Zoya datang ke rumah dan mereka belajar bersama. Hal itu sangat membantu proses belajar mereka.

Baru saja Nami mendapatkan nilai kuis yang baru saja diberikan guru. Nilai tersebut tidak setinggi nilai tryout Nami sebelumnya, hanya saja nilai Nami termasuk memuaskan.

Jam belajar Nami juga sedikit ditambah dan diubah. Itu inisiatif Nami sendiri karena dirinya ingin membuktikan bahwa ia bisa meski tanpa Mika sekali pun.

Hampir dua minggu pria itu pergi. Rumahnya kosong tak berpenghuni. Hanya sesekali penjaga rumah yang ditunjuk Mika datang hanya untuk memeriksa dan membersihkan rumah.

Nami menghela napas menatap rumah kosong itu.

Kejadian saat itu juga membuat Nami tak berniat merespon semua pesan dan telepon Mika di ponselnya. Hanya berisi kata-kata semangat dan menanyakan kondisi Nami di keseharian. Nami hanya sekedar baca dengan raut malas namun Nami tak minat untuk membalas.

Lalu Nami akan membiarkan ponselnya tersimpan di laci kemudian ia lupakan dengan belajar.

"Nami, lagi apa?"

Ibu datang mengunjungi Nami yang tengah sibuk belajar.

"Aku lagi belajar, Bu." Sahut Nami sekenanya.

Cheese RollTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang