Part 24

242 18 0
                                    

Zoya terperangah sembari mengitari seisi perpustakaan setelah mendengar penuturan Nami.

"Jadi kamu dan kak Mika pacaran?" bisik Zoya tepat di wajah Nami.

Dengan wajah sumringah, Nami mengangguk dan tersenyum, "iya."

"Selamat!" Zoya berusaha untuk tidak berteriak supaya tidak menarik perhatian, ia tidak percaya dengan kebenaran ini namun Zoya sangat senang mendengar berita tersebut. Apalagi melihat Nami berbunga-bunga saat menceritakan kisah hubungan mereka tadi melegakan Zoya.

"Tante sama Om udah tau tapi?"

Nami menggeleng, "belum. Kata kak Mika nanti kak Mika yang kasih tau. Cuma belum bisa sekarang ini Ayah dan Ibu sering pulang larut. Kayaknya Ayah dan Ibu akan lenggang bersamaan dengan kak Nadia pulang nanti."

"Ah—iya... itu akan menjadi waktu tepat bukan untuk memberi tahu Om, Tante dan kak Nadia tentang hubungan mu?"

"Iya. Aku juga belum bilang kak Mika tentang kepulangan kak Nadia. Dan kamu benar, sekalian saja tunggu kak Nadia pulang biar kak Mika bisa jelasin juga."

"Lalu bagaimana dengan Ian—apa Ian sudah tau soal hubungan mu?"

"Aku masih ragu mengatakannya."

Nami sadar dengan Ian. Ian berhasil mengisi harinya yang sendu, dan karena itulah nami bingung bagaimana caranya untuk menjelaskan hal ini kepada Ian.

Nami tidak ingin Ian menjauhinya, tapi Nami juga tidak bisa menutupi hubungannya dengan Mika.

"Aku akan mencari waktu untuk membicarakan hal ini sama Ian."

Zoya mengangguk dan mereka bersama-sama kembali menyusun buku yang mereka pinjam untuk dibaca. Karena hari sudah sore dan situasi sekolah sudah sangat sepi maka mereka segera pulang ke rumah masing-masing.

*****

Nami tiba di rumah setelah lelah melawan arus penumpang di angkutan umum. Mika sedang tidak bisa menjemputnya karena pekerjaan, jadi Nami memilih angkutan umum yang sangat penuh dan sesak luar biasa karena Nami terhimpit penumpang dengan bobot tubuh besar.

Beruntung Nami masih bisa terselamatkan.

Tas disampir ke sembarang tempat, gadis kecil itu merebahkan tubuhnya di sofa sambil menikmati suhu ruangan yang dingin untuk melepas lelah. Suara gemerisik dapur serta harum aroma makanan menghampiri Nami hingga Nami mulai merasa lapar.

Tunggu—setau Nami ia sendirian. Ayah dan Ibu pulang malam.

"Nami..."

Nami menoleh, terkejut dengan seseorang yang mengisi dapur dan mengenakan celemek putih yang kotor oleh cipratakan minyak.

"Kak Nanad?"

Nadia menghampiri Nami, bukan untuk memeluk untuk melepas rindu justru ia menarik Nami ke dapur agar segera mencicipi masakannya.

Nami terseret ke dapur dan melongo menatap dapur berubah berantakan. Lalu Nami melihat sesuatu hidangan yang membuat Nami takut untuk melihatnya saja.

"Apa... ini...?" Nami menunjuk makanan berbentuk gumpalan di atas piring dengan tatapan iba dan prihatin.

"Stik—aku habis beli bahan-bahan stik untuk kita makan bersama. Aku juga akan buatkan stik untuk Ayah dan Ibu. Tapi kata Ibu mereka akan pulang terlambat jadi aku buatkan untuk kita makan lebih dulu."

Nami sontak menelan ludah kasar. Nami tahu Ayah dan Ibu sengaja mengatakan hal itu supaya mereka tidak sempat mencicipi masakan Nadia karena Ibu dan Ayah tidak makan pada larut malam.

Cheese RollTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang