Sudah lama gak update Namika ._.
.
.
.Nami terbangun dan tak lama terkejut ketika dirinya berada di tempat tidur. Sinar matahari malu-malu muncul dicelah tirai jendela.
Hari sudah pagi, Nami mengecek jam di meja nakas. Lalu teringat kejadian semalam.
Banyaknya yang dilalui Nami semalam, Nami hanya ingat Mika mencium bibirnya. Nami masih ingat dengan sangat jelas bagaimana bibir Mika menyentuh bibirnya, berhati-hati bibir Mika mengecup dan memagut lembut seakan Nami adalah sesuatu yang mudah hancur. Mudah pecah.
Mika begitu hati-hati melakukannya, dan Nami merasa melayang mengingat itu.
Lalu, tak ada lagi yang Nami ingat. Mata Nami mengerjap, pikirannya buntu. Cuma ciuman yang ia ingat terakhir.
"Baru bangun, Nak?"
Ibu membuka pintu, menyapanya lalu menuju jendela Nami untuk Ibu bukakan. Aroma pagi hari mulai mengisi kamar Nami. Nami masih terpaku, mencari-cari apa yang terjadi semalam.
"Ibu, kok aku ada di sini? Semalam bukannya.." Nami mau bertanya tapi ragu. Semalam Nami dan Mika berciuman di bawah dan tiba-tiba saja Nami di sini. Apa Ibu tahu kalau..
"Semalam? Oh...Ibu dan Ayah lihat kamu tertidur di pangkuan Nak Mika. Terus Ayah gendong kamu ke kamar."
Nami memproses ucapan Ibu. Nami ketiduran di pangkuan Mika? Benarkah?
Nami tidak ingat yang soal itu.
"Kata Nak Mika kamu nangis-nangis pas mati lampu. Jadi Nak Mika mampir ke rumah buat lihat keadaan kamu. Lalu kamu ketiduran di pangkuan Nak Mika. Kata Nak Mika kamu kecapekan nangis makanya ketiduran."
Nami mengerjap pelan, semakin bingung dengan penjelasan Ibu.
"Pas Ayah sudah bawa kamu ke kamar, Nak Mika pamit pulang."
Nami menunduk sendu, apa ciuman semalam cuma mimpi?
"Begitu ya."
Melihat Nami berubah sedih, Ibu mendekati Nami. Ia duduk menghadap Nami dan menarik tangannya untuk mengusap kepala anaknya.
"Ayo mandi. Sarapanmu sudah Ibu siapkan. Katanya hari ini kamu mau kerja kelompok di rumah Zoya."
Nami mengangguk dan langsung bersiap-siap.
Tapi, apa mungkin benar semalam cuma mimpi?
*****
"Aku sudah melewati batas."
Begitu ungkapan Mika ketika ia baru tiba di ruang kerjanya dan menemukan Gio sedang asik duduk sendirian di ruang kerja Mika sambil membaca jurnal.
Gio menoleh, kacamatanya dibiarkan bertengger di wajahnya lalu perhatiannya teralihkan menatap Mika.
"Apa yang kau lakukan?"
"Aku cium Nami."
Gio mengerjap, mencerna apa yang dikatakan teman kerjanya itu barusan tanpa memutus pandangannya ke arah Mika yang kini duduk di sebrang Gio.
"Cium apa?"
"Bibir lah." Ketus Mika.
"Eee kirain kening loh," Gio tertawa. "Enak dong ciuman."
"Kau gila!" Sembur Mika.
"Kenapa aku yang gila?" Balas Gio, "aku yang bukan berciuman sama Nami." Gio mengendikkan bahu.
Ciuman semalam itu begitu mendebarkan sekaligus membekas di pikiran Mika. Tapi Mika tahu ia salah. Seharusnya semalam ia tak melakukan itu. Seharusnya ia lebih bisa menjaga diri dan menjaga Nami.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cheese Roll
Short StoryBagaimana perasaanmu jika seseorang yang kamu sukai adalah tetangga rumahmu sekaligus guru privatmu? ***** Sequel kedua dari Teman Kakakku. Bisa dibaca terpisah. Copyright by Octaviandri23