Bab 3

417 36 0
                                    

*** 

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*** 

Pesawat sudah dalam keadaan stabil di udara, setelah beberapa saat yang lalu baru saja lepas landas dari Bandara Soekarno Hatta. Para penumpang juga tampak berlalu silih berganti ke toilet. Awak pesawat yang bertugas juga sudah terlihat berada di dalam kabin pesawat untuk menawarkan makanan dan minuman.

Yuki terlihat tenang di tempatnya sambil membaca sebuah majalah. Majalah bisnis yang memampangkan seluruh daftar pengusaha-pengusaha sukses paling berkelas. Termasuk nama Al Kohler, yang berada di urutan pertama sebagai pengusaha muda sukses paling berkelas di indonesia.

Selain memiliki ketampanan yang luar biasa, pria yang terkenal dingin ini memiliki usaha-usaha maju yang bercecer di sana-sini. Seperti restoran, penginapan mewah, pusat perbelanjaan, pengelolahan minyak mentah, tempat rekreasi, dan masih banyak lagi.

Mengingat nama Al Kohler, di penerbangannya kali ini ia membawa CEO tampan itu, dan sempat melihatnya sekilas.

Yah, memang sih tampan, tapi nggak tertarik sama sekali tuh!

Yuki menutup keras majalahnya, kemudian berdiri berniat mengecek para penumpang di kabin pesawat.

...

"Kak Al." Stefan menyenggol lengan kanan pria itu dengan sikunya.

Al yang masih fokus membaca berkas-berkas perusahaannya sedikit merasa terganggu, namun tetap menjawab panggilan Stefan dengan deheman singkat.

Al dan Stefan merupakan saudara tiri. Mama Al, Allena Wijaya telah meninggal dunia beberapa puluh tahun yang lalu. Dan sejak itu, Papa Al memutuskan untuk menikah lagi dengan seorang desainer cantik bernama Ellen, Mama dari Stefan. Al menerima keputusan sang Papa yang menginginkan untuk menikah lagi, asal wanita itu berasal dari keluarga baik-baik, berpendidikan, sopan, lembut, dan tidak materialistis terhadap kekayaan keluarga Kohler.

Dan semuanya benar-benar terwujud sesuai keinginan Al. Mama Ellen, adalah wanita yang lembut, mandiri, dan penyayang. Tak sedikit pun ia membeda-bedakan antara Al dan Stefan. Ia menganggap Al seperti anak kandungnya sendiri, begitu juga dengan Papa Al yang tidak membeda-bedakan kasih sayangnya kepada Al dan Stefan.

Hubungan Al dan Stefan sendiri selalu membaik. Tidak pernah ada selisih dan cek-cok diantara mereka. Al yang berusia 4 tahun lebih tua dari Stefan, membuatnya selalu membimbing dan menasehati adik tirinya itu dengan baik. Dan ketika Stefan terus menggapai cita-cita nya sebagai pemain sepak bola ternama, Al selalu mendukungnya hingga membuat Stefan menjadi pemain sepak bola dunia ternama seperti sekarang ini.

Kedudukan Al sebagai CEO dari perusahaan keluarga Kohler, tak sedikit pun membuat Stefan iri. Menurutnya, Al pantas mendapatkan itu. Karena Papa Al adalah anak tunggal, dan Al merupakan cucu tunggal dari Mario Kohler, yang kini telah tiada. Stefan bangga, bahkan amat sangat bangga memiliki kakak seperti Al. Selain jenius di perusahaan, kakak tirinya itu juga sangat luar biasa tampan. Wanita mana pun pasti akan bertekuk lutut ketika melihatnya.

Sang PramugariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang