Bab 31

176 15 0
                                    

***

"Majalah Mamah kebalik tau!"

Al mengangkat alisnya mendengar ucapan putranya. Dia melihat ke arah majalah Yuki lalu terkekeh. Rupanya sejak tadi dia juga tidak memperhatikan majalah yang dipegang oleh sang istri, dan baru mengetahui jika majalahnya memang terbalik.

"Hehehe, Mamah emang hebat bisa baca majalah yang terbalik. Yeeeee!!!!" Iqbal terkekeh.

Tak tahan mendengar itu, Yuki pun beranjak dari sofa dan berlari ke kamar. Benar-benar memalukan. Pasti mahluk dingin bernama Al itu sangat senang melihat kekonyolannya tadi. Oh tidaaaakkkkkkkk!!!!

Melihat kepergian Yuki, Iqbal dan Al saling pandang kemudian tertawa. Tawa Al menghilang saat melihat Iqbal memegang kunci mobil.

"Mau kemana?"

"Mau cari pikachu, Pah." Jawaban ngasal Iqbal membuat sang Papah geli dan menoyor pelan kepala putranya.

"Iiiisshh Papah.." Rengek Iqbal cemberut, kemudian ikut terkekeh.

"Jawab dulu mau kemana? Atau tidak, Papah suruh bodyguard enggak bukain pintu gerbang."

"Cari makanan, Papah. Bentar aja kok."

Al mengangkat bahu, lalu mengizinkan Iqbal untuk pergi.

...

Wanita itu sibuk berkomat-kamit mengeluarkan sumpah serapahnya untuk sang suami karena berani menertawakannya didepan putranya. Tak tahukah dia jika Yuki malu setengah mati?

"Ehemm!" Deheman yang sengaja dikeraskan itu membuat Yuki menoleh ke pintu, dan mendapati lelaki menyebalkan itu disana. Masih dengan wajah menahan geli nya.

"Kenapa?" Suara Yuki terdengar ketus. Namun Al tak peduli.

"Tenggorokan gatel." Al melonggarkan dasinya, membuka satu per satu kancing kemejanya hingga pada akhirnya dia bertelanjang dada. Dalam sedetik lirikan Al, Yuki tampak ketakutan diatas ranjang. Terlihat ada bulir-bulir keringat diwajahnya. Sungguh aneh, karena AC dikamar dalam keadaan on. Dia menaikkan alisnya lalu menghampiri Yuki.

"Kenapa Nyonya Kohler?"

Sialan. Lelaki ini ternyata tau jika Yuki sedang gugup setengah mati melihatnya bertelanjang dada. Yuki mencoba bersikap tenang. Dia menatap Al dengan tatapan setajam pisau. Seolah tak peduli dengan keadaan suaminya, padahal sebenarnya......?

"Aaaahhhhhhhh!!!!" Pertahanan Yuki roboh ketika Al melepas ikat pinggangnya dan mencoba menurunkan celana panjangnya.

"Aaahhhhh. Jangan disini buka nya.."

Al menaikkan alisnya. "Jadi harus dimana? Di ruang keluarga? Di dapur? Banyak yang lihat dong. Kalau disini kan cuma kamu."

"Iiisshhh.." Yuki mencubit perut suaminya. "Apaan sih. Jangan dibuka disini. Pleas...."

"Ok. Tapi--- cium dulu."

"Ogah! Minta cium aja sana sama simpanan kamu!" Suara ketus Yuki membuat Al geli, namun lelaki itu terus menggodanya dan mengancam akan membuka celana panjangnya dihadapan Yuki.

"Mau cium, atau------"

Yuki cemas melihat Al yang semakin menurunkan celananya perlahan. Dengan frustasi wanita itupun berteriak dan menuruti keinginan suaminya. "Aaaaahhh tidaaaakkkk!!! Ok ok. Sini aku cium."

Al tersenyum penuh kemenangan dan mendekatkan bibirnya ke Yuki. Dengan terpaksa wanita itupun mengecupnya.

...

Pukul dua belas malam. Andrew datang mengantar seorang pria ke pintu ruang kerja tuan besarnya. Andrew adalah orang kepercayaan sekaligus orang yang bertugas menyingkirkan musuh-musuh Al. Sudah bertahun-tahun dia bekerja dan mengabdi kepada Al. Andrew terkenal kejam. Dia tidak segan-segan melukai bahkan melenyapkan orang-orang yang dianggap merugikan tuan besarnya. Sudah beberapa hari ini ia ditugaskan oleh Al untuk mencari tau rencana licik apa yang sedang dilaksanakan Pevita untuknya. Dan dia berhasil. Dia berhasil menemukan pria yang telah membantu kelicikan Pevita.

Andrew mengetuk pintu ruang kerja Al.

"Masuk!" Suara Al yang dingin menyahut dari dalam. Andrew membuka pintu sambil membawa pria itu dibelakangnya.

"Ini pria licik yang sudah membantu Pevita untuk menjebak anda tuan Al." Andrew membungkuk hormat.

Al duduk disana. Dikursi besar dibelakang meja kerja raksasanya. Mengamati pria yang dibawa Andrew seolah ingin melahapnya hidup-hidup.

"Silahkan keluar Andrew! Saya ingin berbicara dengan pria penjilat ini.!"

Ketika pintu ruang kerja itu ditutup oleh Andrew, Al mengedikkan bahunya ke kursi didepannya.

"Duduk!"

Pria itu menurut untuk duduk. Wajahnya terus menunduk tak berani menatap mata Al.

"Anda tau siapa saya?" Al bergumam datar sambil terus menatap pria itu. "Siapa namamu?"

"Na--nama saya Ronny, tuan. Dan saya tau siapa anda." Dia masih belum berani menatap Al. Dia hanya berdua dengan Al diruangan ini. Dan Al juga manusia bukan? Lalu kenapa bulu kuduknya berdiri? Kenapa sosok Al terlihat sangat menyeramkan? Ronny merasa takut yang amat sangat. Dia seperti sedang berada disebuah ruangan bersama ribuan pembunuh yang siap melenyapkannya. Apakah Al juga akan membunuhnya?

"Hal licik apa yang diperintahkan Pevita padamu?"

Pria itu terus menunduk, tanpa berani menatap Al dan menjawab pertanyaannya. Dia terus diam disana, hingga membuat Al kehilangan kesabarannya.

CEO Kohler Group's itu merogoh laci mejanya, untuk mengambil sebuah kotak kecil. Kotak kecil itu berisi sebuah pistol. Dia beranjak dari kursi, menghampiri Ronny dan menempelkan senjata berbahaya itu tepat dikepalanya.

"Kamu yakin akan diam saja?!!" Al berdesis. Dia sudah sangat murka saat ini. Pria brengsek dihadapannya inilah yang membuat kehidupan Al menjadi tidak karuan. Dia kehilangan kepercayaan Yuki, dia tidak mendapat perhatian dari Yuki, dan bahkan setelah menikah pun, sang istri masih bersikap dingin kepadanya.

"Jawab!!!!"

Keringat dingin mulai mengalir diwajah Ronny. Dia merasa takut setengah mati ketika melirik ujung pistol yang sudah menempel di pelipis kanannya. Dia yakin, bahwa Al akan menembaknya jika dia tidak berkata jujur.

"Sa--saya, yang mencampur obat tidur diminuman tuan pada waktu itu. Dan, sa--saya juga yang memfoto anda dan mengirimkannya ke rumah nyonya Yuki..."

Al sudah hilang kesabaran. Jawaban dari Ronny justru membuatnya semakin murka. Dan sesuatu yang sudah dicemaskan sejak tadi pun terjadi.

'DOOORRRR'

***

Sang PramugariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang