***
*Plaakkkkkkkkkkkkk*
Pevita meringis menahan sakit pada pipinya yang baru saja di pukul keras oleh Al. Tampak cap kelima jari milik Al terlukis disana dengan warna merah merekah. Wanita itu menangis, tidak menyangka akan mendapat hadiah pukulan dari pemuda yang sangat ia cintai.
"A--Al.. Kamu mu--mukul aku? Kenapa?!!" Suara Pevita nyaris menghilang. Dia menangis tergugu disana. Namun si penyebab wanita itu menangis sepertinya tidak merasa menyesal sama sekali.
"Seharusnya tanya dirimu sendiri, kenapa Aku menamparmu?!" Suara Al masih terdengar tenang, namun wajahnya terlihat masih sedang menahan amarah.
"Hanya karena wanita itu, kamu menampar Aku, Al?"
Al berdecak. "Pevita, 'wanita itu' adalah calon istriku, camkan itu!"
"Aku calon istrimu, bukan dia!" Pevita nampak tidak senang dengan ucapan Al. Dia mengangkat dagunya, menantang Al. "Aku satu-satu nya wanita yang akan menjadi istrimu! Aku! Aku yang sudah kamu--"
"Tidurin!" Pria itu menyambar perkataan Pevita dengan tajam. "Ok! Aku akan menikahimu."
Pevita tersenyum senang. Apa yang diinginkannya akan segera terwujud. Al akan menikahinya. Dia akan menjadi istri Al. Tetapi ketika Al melanjutkan ucapannya, wajah Pevita seketika pucat pasi.
"Akan tetapi, setelah kamu HAMIL. Disaat kamu hamil, Aku akan tes DNA janin itu. Dan jika benar dia anakku, maka Aku akan segera menikahimu!" Al tersenyum manis, dan karena terlalu manis hingga membuat Pevita menjadi semakin takut. Al menjentikkan tangannya diwajah Pevita.
"Jangan pernah bermain api dengan ku, Pevita. Nanti kamu akan terbakar!"
Suara bisikan Al terdengar seperti ancaman yang sangat menakutkan bagi Pevita. Bahkan setelah pria itu pergi meninggalkannya, suara Al masih tergiang-ngiang di telinganya.
...
Keesokan harinya.......
Pukul sepuluh pagi, Al sudah tiba di Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Dia akan berkunjung ke rumah sang Adik--Stefan, untuk menjemput putranya kembali ke Jakarta. Setelah menempuh perjalanan lima belas menit dari bandara, Al akhirnya tiba di kediaman adiknya.
"Kakak Al.." Natasha menyapa sopan saat membuka pintu dan melihat kakak iparnya berdiri disana. Dia menunduk dan meraih tangan Al untuk diletakkan di dahinya.
Al tersenyum. "Apa kabar, Nata?"
"Alhamdulillah baik. Yuk masuk Kak Al."
Al pun masuk ke dalam. Dia disambut sopan oleh para pelayan dirumah Stefan. Karena mereka tau betul siapa itu Al, dan apa kekuasaannya. Al langsung naik ke atas, karena sebelumnya Nata berkata bahwa Iqbal sedang ada dikamarnya bersama Stefan.
"Papah..!!!" Iqbal sangat senang ketika melihat Papahnya. Ia ingin segera berlari dan memeluk Al. Namun ketika tiba-tiba ia teringat saat Al membentaknya, mengurungkan niatnya. Ia tetap berdiam diri di atas ranjang. Melihat reaksi putranya, Al hanya bisa menghela nafas, pasrah.
"Pulang Yuk, nak?" Al sudah duduk di ranjang bersama Iqbal. Dia mengelus kepala Iqbal dan meringis saat tersentuh dahi Iqbal yang panas. Iqbal demam lagi, dan itu karena dirinya.
"Enggak mau. Iqbal mau tinggal disini aja. Iqbal enggak mau satu atap dengan wanita licik itu!"
Al menghela nafas. "Itu tidak akan pernah terjadi, sayang.. Dirumah itu hanya ada kita, enggak ada orang asing kecuali pelayan. Papah janji enggak akan membiarkan wanita itu masuk kedalam rumah."
Iqbal menatap Al serius. "Papah janji?"
Al pun mengangguk. "Iyah, Papah janji. Pulang yuk, maafin Papah udah ngebentak Iqbal kemaren. Papah sedang emosi, nak."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sang Pramugari
RomanceCerita ini aku ambil dari facebook ka Alkivers Mom's seinget aku nama aslinya ka ella tapi sekarang sudah jarang aktif di facebook semoga jika ka ella liat aku izin ya ka untuk update disini mengobati kangen ketika story alkivers lagi boming di fac...