Bab 42

269 16 3
                                    

***

Beberapa tahun kemudian.....

...

Kehebohan sedang terjadi didalam kediaman mewah milik Al Kohler. Tampak bocah kecil itu berteriak, menangis histeris, dan mencampakkan mobil-mobilan yang pada saat itu ia genggam, hingga menimbulkan bunyi yang sangat berisik.

"Huhuhuhuhu... Mamah..."

Al menarik nafas. Pria itu sedang berada di meja makan. Dia akan berangkat ke kantor sebentar lagi. Tapi tangisan bocah tampan berusia empat tahun itu, membuat Al menunda terlebih dahulu ritual sarapan paginya. Ia menoleh ke arah sumber keributan, kemudian mulai bergumam.

"Randy, sayang.. Kenapa nak? Kenapa nangis terus?"

Sang pelayan yang kebetulan sedang bersama bocah kecil itu, merasa sedikit terganggu dengan Al yang salah memanggil nama dari anak itu. Dengan sopan, pelayan wanita itupun menegur Al.

"Maaf, Tuan besar. Ini Aden Rendy, bukan Aden Randy."

Al menepuk jidatnya. Kenapa dia bisa salah? Ini sudah yang kesekian kalinya Al salah memanggil nama bocah itu. Dengan sedikit menyimpan rasa geli, pria itu bangkit dari kursi, lalu menghampiri bocah tampan yang sedang menangis histeris tersebut.

"Rendy.. Owh sini sama Papah, sayang." Al mengangkat bocah itu, dan membawanya dalam gendongan. Dia menatap mata bocah itu dan meyakini, bahwa bocah tampan yang ia gendong saat ini adalah Rendy. Karena hanya Rendy lah yang memiliki sorotan mata tajam seperti dirinya.

Mengenai Rendy, dia adalah anak Al. Rendy Elfrando Kohler nama lengkapnya. Dia sangat lucu dan tampan. Usianya, baru memasuki ke empat tahun. Bocah tampan ini sangat mirip sekali dengan Al. Hidungnya yang mancung, kulitnya yang putih mulus, bibirnya yang mungil, dan sorotan mata yang tajam menurun dari sang Papah. Walau sorotan mata tajamnya sangat mirip dengan Al, Rendy kurang begitu dekat dengan Al. Maksudnya, Rendy lebih manja kepada sang Mamah, Yuki.

"Huhuhuhu.. Lendy mau sama Mamah.." Dengan nada cadelnya, bocah tampan itu bergumam masih diiringi isak tangis.

"Rendy... Kenapa nak? Kenapa sayang?"

Suara lembut dari wanita yang sudah tidak asing lagi bagi Rendy dan Al, membuat Papah dan anak itu sama-sama mendongak ke lantai dua, karena memang suara itu berasal dari sana. Tampak Yuki berjalan menuruni tangga dengan menuntun bocah tampan yang sangat mirip dengan Rendy, bak pinang dibelah dua. Dialah, Randy Elfrando Kohler, kakak sekaligus saudara kembar Rendy. Wajah mereka begitu mirip dari segi mata, hidung, warna kulit, bibir, dan lainnya. Hanya saja, jika Rendy memiliki sorotan mata tajam seperti Al, Randy justru memiliki sorotan mata yang begitu lembut seperti Yuki. Namun walau Randy memiliki sorotan mata seperti Mamahnya, bocah tampan itu malah lebih dekat dan manja pada Al.

...

"Mamah..." Rendy menangis seraya merentangkan kedua tangannya saat Yuki sudah mendekat dengan dirinya. Melihat itu, Rendy yang kebetulan masih berada digendongan Al membuat pria itu gemas dan menciumi bocah itu tanpa ampun.

Perlakuan Al terhadap Rendy, membuat bocah tampan yang lain merasa iri. Bocah itu adalah Randy. Dia menghentak-hentakkan kakinya dilantai, serta menarik-narik celana panjang milik sang Papah. Melihat itu, Al dan Yuki sama-sama menggelengkan kepala.

"Owh sini-sini sama Mamah, sayang. Mamah baru aja selesai mandiin kakak Randy, tapi dede Rendy nya malah nangis kayak begini." Yuki meraih Rendy dari gendongan Al. Wanita itu terus mengecupi pipi Rendy, hingga bocah itu berhenti menangis.

Yuki sudah berhasil membuat Rendy menangis, kini giliran Al untuk menenangkan Randy yang terlihat memanyunkan bibirnya, matanya nampak berkaca-kaca bersiap untuk menangis, namun sepertinya bocah itu masih bisa menahan airmatanya agar tidak tumpah. Randy masih menghentak-hentakkan kakinya dan menarik celana panjang milik Al. Sepertinya ia masih tak terima jika sang Papah terlalu memanjakan Rendy. Wah, masih kecil sudah egois yah? :D

"Yuk sama Papah, yuk." Al membawa Randy ke dalam gendongan. Pria itu melihat wajah Randy yang sudah bersimbah dengan airmata. Yah, putra tampannya itu menangis namun tidak mengeluarkan suara. Hanya terdengar isakkan sedikit. Sangat berbeda dengan Rendy yang jika sedang menangis, akan menghancurkan gendang telinga bagi siapapun yang mendengar suara tangisannya. Dalam diam Al tersenyum. Kelak jika sudah dewasa, Randy akan menjadi pemuda yang cool dan datar, sama seperti dirinya.

"Sstt.. Anak ganteng enggak boleh mewek. Ini Randy udah sama Papah, nak. Papah kan cuma gendong dede Rendy sebentar. Enggak boleh jealous gitu dong, sayang. Masa sama adek sendiri kayak begitu."

"Hiks.. Landy enggak suka kalau Papah gendong-gendong Lendy. Papah cuma punya Landy."

Al menarik nafas. "Iya-iya, Papah cuma punya Randy. Cup cup, jangan nangis."

...

Malam itu, Al dan Yuki sedang berada diruang keluarga. Wanita itu, tampak sedang memijat kepala sang suami, sambil sesekali menonton acara di televisi. Kedua anak mereka terlihat sedang duduk meleseh diatas karpet, sambil bermain mobil-mobilan. Randy dan Rendy masih terlihat akur-akur saja disana. Membuat Al dan Yuki pun merasa cukup tenang.

"Sayang, gimana dengan Iqbal? Kamu sudah ada menelfon dia?"

Sambil dipijat, pria itupun mengangguk. "Sudah pagi tadi. Alhamdulillah keadaannya sangat baik disana. Dia sedang fokus belajar, karena beberapa bulan lagi akan ujian dan segera wisuda. Aku sangat bangga, akhirnya putra tampan ku itu tak lama lagi akan menerima gelar S2." Jawabnya diiringi senyuman bahagia.

Senyumannya menular pada Yuki. Yah, Iqbal memang sedang berada di Amerika melanjutkan S2 nya disana sesuai dengan keinginan sang Papah. Dan keberadaan Iqbal disana membuat Al semakin sibuk dan kalang kabut. Jika selama ini Iqbal lah yang meng'handle perkebunan kepala sawit di Medan, kali ini justru Al yang mengatur semuanya. Bahkan restaurant mewah milik Iqbal di Medan, Al juga yang menjalankannya. Yah, resiko seorang Bapak. Dan mengenai Iqbal, pemuda itu juga sudah bertunangan dengan Prilly. Al dan Verrell yang menjodohkan mereka berdua. Awalnya Al menduga Iqbal akan menolak perjodohan ini, tetapi alangkah baiknya ternyata Iqbal justru menerima pertunangan tersebut.

"Yah, tapi begitu. Putra sulung kita itu sedikit nakal. Dia menyuruh Papahnya untuk meng'handle pekerjaannya disini." Al terkekeh ketika melanjutkan ucapannya.

"Yah, karena semua itu kamu jadi enggak perhatian sama aku. Kamu enggak pernah manjain aku. Kamu lebih ngurusin pekerjaan kamu ketimbang aku."

Al tersenyum. Dia menyingkirkan tangan Yuki yang memijat kepalanya. Lalu membawa wanita itu kedalam dekapannya.

"Udah punya anak tiga, masih pengen dimanjain juga Nyonya Yuki Kohler?" Pria itu mengedipkan mata, lalu mengecup bibir Yuki dengan lembut. Al ingin melumat bibir sang istri, namun baru saja dia akan melakukannya, terdengar bunyi suara.

'dubrakk!'

Baik Al dan Yuki, mereka berdua sama-sama terkejut dan menoleh ke arah sumber suara. Tampak Randy dan Rendy saling berebut mainan. Randy yang terlihat kesal dan tak terima mainannya direbut oleh Rendy, dengan sengaja mencampakkan sebuah mobil-mobilan ke lantai. Yuki menarik nafas. Wanita itu beranjak dari sofa dan menghampiri kedua putranya.

"Ada apa ini kakak, dede?" Wanita itu ikut duduk meleseh diantara dua putra kembarnya.

"Mainan Landy di lebut sama Lendy, Mah. Malahin dia."

Yuki menggeleng-gelengkan kepala. Ternyata seribet ini mempunyai anak kembar. Al tersenyum lebar dari atas sofa. Dia menatap istri dan anaknya dengan penuh kebahagiaan. Yuki, walau sudah melahirkan anak, wanita itu terlihat semakin cantik saja. Bentuk tubuhnya masih indah, sama seperti sebelum mengandung.

"Papah.. Lihat nih Pah. Adek Rendy nakal. Dia ngerebut mainan kakak Randy nih Pah." Wanita itu bergumam, sengaja berpura-pura mengadu pada Al agar Rendy merasa takut dan mau mengembalikan mainan milik Randy.

*** 

END

Ceritanya sampai disini, karna ka ella belum melanjutkan cerita salanjutnya... 

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 27 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sang PramugariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang