Bab 20

229 16 2
                                    

***

Sudah tiga puluh menit, pemuda itu memfokuskan pandangannya pada layar sebuah benda pipih persegi panjang yang berada di telapak tangan kirinya. Dia sedang membaca beberapa artikel-artikel bisnis. Beberapa nama pengusaha muda sukses terpampang disana. Ya termasuk nama dirinya sendiri. Siapapun mengenal dirinya sebagai pengusaha berlian paling kaya raya didunia. Tak hanya berlian, dia memiliki sederet usaha-usaha maju lainnya. Dialah, si tampan Al Kohler.

Tatapan Al menajam ketika membaca sebuah artikel tentang pengusaha muda bernama Iqbal Ramadhan Kohler, yang tak lain dan tak bukan adalah anak asuhnya.

"Satu bulan terakhir, nama Iqbal Ramadhan Kohler pengusaha muda asal Medan ini sudah sangat terkenal. Restoran mewahnya yang baru ia buka satu bulan ini sangat berkembang. Para pecinta kuliner dari berbagai daerah terus berbondong-bondong ke kota Medan untuk menikmati betapa lezatnya makanan di restoran miliknya. Selain itu, Iqbal Ramadhan Kohler juga merupakan putra asuh dari pengusaha Berlian paling kaya raya sedunia. Membuat namanya semakin dikenal pada halayak ramai."

Al tersenyum bangga membacanya, kemudian ia meraih ponselnya yang tergeletak di atas meja untuk menelfon seseorang.

"Hallo, assalamualaikum Pah." Suara itu menyapa dari seberang sana.

"Walaikumsalam. Sedang apa jagoan?" Ternyata Al menelfon putra tersayangnya yang berada di Medan. Iqbal Ramadhan Kohler.

"Emm.. Lagi dirumah, Pah. Gimana kabar Papah? Papah sehat kan, Pah?" Suara Iqbal terdengar cemas disana.

"Alhamdulillah Papah sehat kok, sayang. Gimana bisnis barunya, lancar?"

"Hahahahaha....!!!" Tawa iqbal menggelegar disana hingga membuat sang Papah menaikkan sebelah alisnya kemudian ikut tertawa. "Ahh Papah kok udah tau sih. Rencana kan pengen ngasih suprise saat Papah kesini, eh Papah keburu tau duluan."

Al terkekeh. Kemudian kembali berbicara serius. "Kenapa nggak bilang ke Papah kalau mau buka restoran, nak? Kan bisa Papah bantu dana nya."

"Sebelumnya, Iqbal minta maaf ya Pah karena nggak bilang ke Papah terlebih dahulu kalau Iqbal mau coba bisnis. Iqbal nggak mau ngerepotin Papah. Dan kalau Papah tau Iqbal mau buka bisnis, pasti Papah akan bantu, Iqbal enggak mau itu terjadi. Uang tabungan Iqbal juga udah cukup kok, Pah." Jawabnya panjang lebar dengan sangat bijak. Hingga membuat kedua mata sang Papah tampak berkaca-kaca.

"Anak Papah sudah dewasa. Kuliahnya lancar, sayang?"

"Iya dong, anak Papah Al. Alhamdulillah lancar, Pah."

Al mengangguk-anggukkan kepala. "Emm, tadi Papah sudah mentransfer uang sedikit untuk biaya kuliah ke rekening kamu. Kalau kurang cukup, nanti Papah transfer lagi. Coba cek di ponsel, sudah ada pesan yang masuk dari pihak bank belum?"

"Papah.. Kan udah Iqbal bilang, uang tabungan Iqbal masih ada." Ucap Iqbal merasa tak enak hati.

"Ck! Coba di cek dulu, udah masuk belum." Al mendecakkan lidah nampak tak senang.

Iqbal menuruti sang Papah, dan melihat ponselnya. Mata Iqbal seketika membulat lebar melihat nominal uang sebesar Rp. 80.000.000 yang di transfer oleh sang Papah.

"ASTAGA.!!!" Ucapnya keras-keras tanpa sadar. Hingga membuat Al yang mendengar diseberang sana menjadi panik.

"Kenapa nak? Kenapa? Kurang iya, entar Papah transfer lagi ya sayang."

What?! Apa kata Papahnya tadi? Kurang? Oh, ini sudah lebih dari cukup.

"Papah.. Ini udah kebanyakan uangnya. Papah banyak banget sih transfernya."

Al tersenyum. "Enggak apa-apa. Sudah menjadi kewajiban Papah untuk membiayai hidup kamu, sayang. Yaudah, Papah tutup dulu telfonnya ya."

"Ok Pah. Terima kasih banyak ya Pah. Assalamualaikum.." Ucap Iqbal penuh kasih sayang.

"Walaikumsalam nak."

Al menarik nafas. Lalu tersenyum lebar. Anakku sudah mandiri. Anakku sudah tumbuh dewasa. Anakku sangat menbanggakan. Tidak sia-sia aku memberikan namaku kepadanya. Ucap Al dengan bangga di dalam hati. Iqbal memang sangat membanggakan. Bagaimana tidak? Walau Al sudah mempercayakan Iqbal untuk meng'handle keuangan di perkebunan kelapa sawitnya yang berada di Medan, tak sedikit pun Iqbal mengambil keuntungan dari uang tersebut. Setiap bulan, Iqbal terus memberikan uang itu kepada Al dan tak pernah mengambilnya sedikit pun. Sangat berbeda 180 derajat kepada Stefan yang sering meminta kepadanya. Ya walau tidak terlalu sering.

Ah iya. Mengingat Stefan. Pemuda itu sudah tinggal di Kalimantan saat ini. Dia sudah menikah dua minggu yang lalu. Setelah Stefan dan Natasha menikah, Al langsung membelikan mereka berdua rumah mewah seharga 1 Milyar di Kalimantan. Selain itu, Al juga mempercayakan Stefan untuk menjalankan perusahaan batu bara miliknya di Kalimantan.

Tanggung jawab Al sebagai kakak sudah ia lakukan. Sekarang, saatnya ia fokus untuk menata masa depannya bersama sang kekasih. Yuki Maura Albert. Mengingat nama itu, Al tersenyum penuh cinta. Ia melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangan kirinya, lalu bergegas pergi.

...

Setelah tiga puluh menit menempuh perjalanan, pengusaha muda kaya raya itu akhirnya tiba di area parkir Bandara Soekarno Hatta. Tampilannya sangat santai. Ia memakai T-Shirt bewarna putih dan celana jeans panjang bewarna hitam pekat. Kedua mata indahnya ia bingkai dengan kacamata bewarna hitam. Sangat tampan sekali. Ia menutup pintu mobilnya, mengaktifkan kunci otomatis, lalu melenggang ke dalam Bandara untuk menjemput seseorang.

Setelah beberapa menit ia duduk diruang tunggu VVIP, seseorang yang Al tunggu akhirnya tiba. Bibirnya tersenyum indah melihat wanita cantik itu. Begitu juga dengan wanita cantik disana yang memberikan tatapan penuh cinta, penuh kerinduan kepada Al. Wanita itu adalah Yuki, kekasihnya, tunangannya, calon istrinya. Wanita itu memakai celana panjang jeans ketat bewarna hitam, baju tanpa lengan bewarna merah, di kaki mungilnya ada high heels bewarna hitam yang meng'alasi telapak kakinya, ditangan kirinya ia memegang tas jinjing mewah bewarna merah, terlihat sangat cantik sekali. Ia berjalan bersama dengan para kru sekaligus CEO Garuda Indonesia. Sudah satu minggu mereka berada di Amerika Serikat dalam kunjungan bisnis. Pihak maskapai penerbangan dari negara tetangga, sangat menyukai tata cara kerja dari maskapai penerbangan Garuda Indonesia. Dan pihak maskapai penerbangan negara tetangga akan melakukan kerja sama dengan pihak Garuda Indonesia.

"Haiii..." Yuki bersuara lembut kemudian memeluk kekasihnya. Al pun tidak menyia-nyiakan kesempatan. Ia membalas pelukan sang kekasih dan mengecup pipi Yuki tanpa memperdulikan Verrell yang cekikikan disana.

"Miss you, sayang." Bisik Yuki pelan, hingga tidak ada yang bisa mendengar kecuali Al. Pemuda itu mempererat pelukannya sebagai jawaban.

"Ehem!! Kak Al udah dong." CEO Garuda Indonesia itu akhirnya mengeluarkan suara. Hingga membuat Al dan Yuki melepaskan pelukannya.

"Apa?! Kenapa lo bawa cewek gue sangat begitu lama." Ucap Al terlihat sangar. Namun tidak mengurangi ketampanannya.

Verrell terkekeh. "Sorry deh pak bos, lagi sibuk meeting disana."

Al menatapnya tajam, lalu ikut tertawa.

...

Didalam mobil. Ah siapapun yang melihat pasangan ini pasti akan menggigit jari. Dimana Yuki mengalungkan tangannya dileher Al, sambil sesekali mengecup pipi pemuda itu dengan mesra.

"Kenapa sayang?" Bisik Al sangat lembut tanpa mengalihkan pandangannya dari jalanan. Tangan kirinya mengelus puncak kepala Yuki, dan tangan kanannya menggerakkan roda kemudi mobilnya.

Sambil menjawab. Yuki terus mengecup pipi mulus Al tanpa henti. "Kangen banget. Udah gitu pak bos jarang nelfon. Kangennya kan jadi kuadrat."

Al terkekeh. Pemuda itu menurunkan kecepatan laju mobilnya untuk mengecup pipi Yuki.

"Maaf ya, sayang. Disini juga sibuk banget. Banyak kerjaan."

Yuki menggembungkan pipinya di hadapan Al, hingga membuat pemuda itu tersenyum gemas.

"Sibuk lagi, sibuk lagi. Dicuekin lagi, dicuekin lagi. Jangan terlalu sibuk, jangan terlalu sibuk pak Al. Pak Al, jangan terlalu sibuk." Rengek Yuki seperti anak kecil. Matanya nampak berkaca-kaca. Al menarik nafas. Lalu mengelus pipi chubby tunangannya.

Al membelalakkan matanya, lalu bergumam sambil menahan tawa melihat tingkah sang kekasih. "Lho lho lho, kok jadi ngambek? Kok jadi mau nangis gitu?"

***

Sang PramugariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang