Bab 35

207 11 0
                                    

***

Sebuah mobil Toyota Alphard bewarna hitam baru saja memasuki kediaman mewah Al Kohler, setelah sebelumnya pintu gerbang tinggi itu terbuka secara otomatis. Suara pintu gerbang yang terbuka membuat Al terusik dari tidurnya.

Dia sedang berada didalam kamar bersama sang istri. Dan mendengar suara pintu gerbang yang terbuka, membuat Al bangkit dengan pelan dari tempat tidurnya agar sang istri yang sudah terlelap tidak terusik. Dia merapikan baju tidurnya, sebelum kemudian melangkah ke balkon untuk melihat siapa yang datang malam-malam begini.

"Stefan!" Al sedikit terkejut ketika melihat pria yang dia sebut namanya tadi keluar dari dalam mobil bersama sang istri, Natasha Wilona.

Kenapa Stefan datang mendadak? Kenapa tidak memberitahunya terlebih dahulu? Dengan penuh rasa penasaran, Al hendak melangkah keluar kamar menemui Stefan. Tetapi baru saja ia hendak menyentuh handle pintu, sang istri merengek-rengek disana dan mengurungkan niatnya.

"Hmmm... Mau kemana sih? Kenapa aku ditinggalin... Hmmm..."

Pria itu menghela nafas, sebelum melangkah menghampiri istrinya diranjang.

"Mau ke bawah sebentar, sayang.. Efan dateng, baru nyampek. Mau lihat dia dulu." Suara Al terdengar lembut sekali. Dia duduk dipinggir ranjang, sambil mengelus kepala Yuki.

"Aku enggak mau ditinggalin. Kamu nikahin aku, cuma untuk di tinggal-tinggal begini? Kamu memang enggak sayang sama aku.!"

Al menggelengkan kepala. Wanita ini kenapa sensitif sekali? Kenapa cepat sekali merajuk?

"Ck!" Al mengacak rambutnya frustasi. "Siapa yang enggak sayang sih? Bukan ditinggalin, aku cuma mau lihat Efan sebentar. Kasihan dong dia, enggak ada yang nyambut kedatangannya. Jangan ngelantur dong ngomongnya, sayang. Ahh..."

Melihat Yuki yang tak henti-hentinya merengek, Al pun memutuskan untuk meninggalkannya terlebih dahulu dan menemui adiknya dibawah sana. Urusan sang istri, nanti saja. Karena menghadapi wanita ini jika sedang merajuk sangat susah sekali.

...

"Kak Al." Stefan tampak senang ketika melihat sang kakak sudah berdiri didepan pintu menyambut kedatangan mereka. Dia memeluk Al, karena memang dia sangat merindukan kakak tersayangnya ini.

Lain Stefan, lain pula dengan Natasha. Wanita berperut sedikit buncit karena kehamilannya itu setengah membungkukkan tubuhnya dan mencium tangan Al dengan sopan, setelah pelukan kakak dan adik itu terlepas.

"Kok sepi banget, kak? Pada kemana semua nih?" Stefan bertanya sambil mengedarkan pandangannya ke setiap sudut ruangan.

"Yuki udah tidur. Kalo Iqbal, pagi tadi ke Medan untuk nge'cek restoran sama perkebunan."

Stefan mengangguk-angguk mengerti. Dia duduk di sofa, diikuti oleh Al. Tidak dengan Natasha, wanita itu masih berdiri dan merengek-rengek tak jelas pada Stefan. Melihat itu tidak hanya Stefan, Al pun ikut geleng-geleng kepala. Kenapa wanita selalu seperti itu? Termasuk wanita nya sendiri yang sedang merajuk diatas sana.

"Sini-sini. Sini sayang.." Stefan melambai mengisyaratkan agar sang istri mendekat padanya, namun tak indahkan oleh Natasha.

"Bibik..!!!" Al sedikit berteriak untuk memanggil kepala asisten rumah tangganya. Dan seperti di sihir, wanita paruh baya itu sudah ada dihadapannya saat ini.

"Iya, ada apa Tuan besar?" Wanita itu setengah menunduk pada Al.

"Tolong anter Nata, ke kamar!"

Wanita itu mengangguk. Kemudian menuntun Natasha untuk menaiki tangga menuju kamar tamu. Sejak tadi, Al menatap ekspresi wajah Natasha yang nampak kelelahan. Maka dari itu, dia memanggil kepala asisten rumah tangganya untuk membawa Nata ke kamar, agar adik iparnya itu bisa beristirahat.

Sang PramugariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang