***
"Lain kali kalau minum susu, pilih yang membuat tubuh kita tumbuhnya ke atas bukan ke samping!"
Wanita bernama Prilly itu membulatkan matanya lebar-lebar. Perkataan pemuda ini barusan jelas-jelas menyindir sekaligus mengejek tubuhnya yang memang tidak tinggi. Terlebih lagi suara pemuda itu. Suara yang sama dengan pemuda menyebalkan yang dia temui di Medan kemarin. Dengan rasa penasaran yang membumbung tinggi, Prilly menoleh dan ternyata dugaannya benar.
"Elo! Astagaaaaaa!!!! Apa sih masalah lo sama gue?! Kenapa dimana ada gue, selalu ada elo?!!"
Iqbal mengangkat bahu, kemudian meletakkan koper gadis itu yang ia ambil dari bagasi kabin ke lantai pesawat.
"Jodoh kali.!"
Prilly melotot lebar. Apa kata pria itu tadi? Jodoh? Ya ampun. Dia memperhatikan pria itu dengan dalam. Pria menyebalkan, tapi lumayan tampan sih! Aduh Prilly, apaan sih lo! Dia itu pria menyebalkan yang sudah membuat mood lo hancur sampai batal liburan!
"Dalam mimpi lo!" Ucapnya ketus. "Gue tau, lo itu ngikutin gue kan?! Ngaku!"
Iqbal menggelengkan kepala. Dia masih menatap gadis itu dengan dingin.
"Sorry! Banyak pekerjaan saya yang lebih penting daripada harus ngikutin situ!"
Setelah bergumam, Iqbal memutar tubuhnya, lalu melangkah keluar pesawat meninggalkan gadis itu yang masih kesal terhadapnya.
...
Verrell melangkah memasuki bandara. Dia berjalan seorang diri, dan mendapat perlakuan sopan dari staf-staf bandara ketika berpapasan dengannya. Mereka mengenal betul siapa Verrell. Dia adalah CEO dari maskapai penerbangan nomor satu di negara ini, Garuda Indonesia.
Di setiap langkahnya, tatapan Verrell hanya tertuju pada seorang pemuda bersama dua pengawalnya berjalan hendak keluar bandara. Verrell menyipitkan matanya, kemudian memanggil pemuda itu.
"Iqbal.!"
Pemuda bernama Iqbal itu menoleh ke arah Verrell. Dia tersenyum lalu menghampirinya.
"Om Verrell." Iqbal sedikit menunduk, dan mencium tangan Verrell dengan sopan. "Apa kabar, Om?"
Verrell tersenyum. "Alhamdulillah baik. Ngomong-ngomong, Iqbal darimana?"
"Dari Medan, Om. Ada urusan sedikit disana. Om sendiri, mau pergi kemana?" Tanyanya balik.
"Om, enggak ke mana-mana. Cuma mau jemput keponakan, Om. Kebetulan dia juga dari Medan."
Iqbal mengerutkan kening. Apa mungkin? Ah tidak-tidak! Tidak mungkin Om Verrell mempunyai keponakan seperti itu.
"Ah iya." Iqbal tersadar dari lamunan nya. "Mungkin kami berada di pesawat yang sama yah, Om."
Verrell terkekeh. "Yah. Tapi mungkin kalian belum saling mengenal." Dia melirik arloji nya. "Yaudah yah, Iqbal. Om Verrell mau ke dalam dulu. Titip salam buat Papah yah."
Iqbal mengangguk sopan. "Ok Om."
...
Toyota Alphard bewarna hitam itu baru saja memasuki kediaman mewah milik Al Kohler, sesaat setelah pintu gerbang menjulang tinggi itu terbuka secara otomatis. Para pelayan langsung merubungi mobil itu saat sudah benar-benar berhenti di halaman rumah. Ketika pintu mobil terbuka, mereka menunduk hormat kepada Tuan Muda nya.
Iqbal keluar dari mobil dengan wajahnya yang lesuh. Dia memakai T-shirt bewarna putih dan celana jeans bewarna cokelat tua. Di lengan kanannya, dia mengapit jaket bewarna senada dengan celana panjangnya. Dengan langkah pelan, Iqbal pun masuk ke dalam rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sang Pramugari
RomanceCerita ini aku ambil dari facebook ka Alkivers Mom's seinget aku nama aslinya ka ella tapi sekarang sudah jarang aktif di facebook semoga jika ka ella liat aku izin ya ka untuk update disini mengobati kangen ketika story alkivers lagi boming di fac...