Bab 33

186 14 0
                                    

***

Iqbal masih bingung melihat perdebatan mesra dihadapannya. Sepengetahuan Iqbal, kedua orangtuanya ini sedang dalam ketidakharmonisan. Tetapi? Ah ya ampun.. Wajahnya seketika berbinar mengingat ucapan Al tadi?

"Mamah dan Papah.." Dia menatap Yuki dan Al secara bergantian, sebelum akhirnya melompat kegirangan seperti anak kecil. "Yeay bakalan punya adek baru..!!!!"

Al terkekeh dari balkon melihat ulah putranya. Berbeda dengan Yuki yang masih memandang Iqbal dengan tatapan bodoh. Punya adik baru? Apa-apaan! Tadi malam juga dia khilaf. Tuan Al itu benar-benar menyebalkan! Dia selalu mengambil kesempatan dalam kesempitan. Tadi malam saat dia sedang sedih dan memikirkan mendiang kedua orangtuanya, Tuan Al yang sangat menyebalkan itu memanfaatkan kesempatan. Saat dia sedang lengah, si tampan itu-- ah ralat-ralat. Si menyebalkan itu terus menciuminya hingga Yuki terbawa suasana. Dan yang lebih menyebalkan lagi, Yuki pasrah atas perlakuan Tuan menyebalkan itu. Apa yang seharusnya tidak terjadi, akhirnya pun terjadi. Dan Yuki justru menikmatinya. Ah sial! Awas aja si Tuan menyebalkan itu.

"Tenang sayang. Nanti Papah bikinin adek baru ya." Mata Al tak lepas menyorot Yuki dengan tatapan genitnya, hingga membuat sang istri semakin kesal dan menghentak-hentakkan kakinya disana.

...

Mereka sedang berada di meja makan. Beberapa pelayan nampak sedang menyibukkan diri disana. Al duduk dikepala meja dengan keangkuhannya. Dia tampak tenang disana melahap makanannya. Yuki dan Iqbal, ada disisi kiri dan kanan meja, juga nampak tenang melahap makanannya. Yuki sedikit bingung dengan sikap Al saat didepan pelayan. Dia terlihat sedikit pendiam, dingin, dan lebih angkuh. Bahkan Al sama sekali tidak mengajaknya berbicara disana, padahal beberapa saat yang lalu dia baru saja menggoda Yuki mati-matian, bukan?

Ponsel Al berdering, membuat penguasa Kohler Group's itu menunda kegiatan makannya, dan menerima telefon.

"Ya, Andrew."

Iqbal terkesiap mendengar nama itu dan mulai merasa khawatir. Apa ada yang tidak beres? Apa Andrew tidak berhasil membereskan mayat Ronny si penjilat itu?

"Terima kasih atas bantuanmu, Andrew!"

Al menutup komunikasinya dan menatap Iqbal yang sejak tadi merasa gelisah. Dia menganggukkan kepala, dan Iqbal pun merasa legah. Ternyata semua baik-baik saja.

Ketika tadi ponsel Al yang berdering, kali ini milik Iqbal. Dan yang menelefon adalah Stefan.

"Assalamualaikum, Om Efan. Hahaha.." Dia geli setengah mati disana.

"Walaikumsalam. Ketawa-ketawa ya lo! Seneng lo ya?!" Suara Stefan terdengar kesal disana. Namun Iqbal tak peduli.

Al menggelengkan kepala melihat Iqbal.

"Oh ya sudah pasti seneng dong, Om."

Iqbal mengingat pagi tadi dia mendapat kiriman dari toko online. Dan paket kiriman itu berisi sepasang sepatu yang ia minta dari Stefan beberapa hari yang lalu. Pada awalnya Stefan kesal pada Iqbal karena terus memerasnya, tapi toh pada akhirnya dibelikan juga kan?

"Makasih ya, Om. Kirimannya udah sampai, baguuusss banget. Om Efan emang the best! Iqbal love you.."

"Om enggak love you."

Iqbal terkekeh mendengar nada sinis Stefan. "Yang ikhlas dong, Om. Sama ponakan sendiri juga."

"Iya-iya. Yaudah yah, Om lagi sibuk. Om tutup dulu telefonnya."

"Ok, Om."

Yuki tersenyum geli melihat Iqbal. Wanita itu meneguk air putihnya hingga tandas, sebelum akhirnya pergi meninggalkan meja makan.

Sang PramugariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang