Bab 18

266 19 1
                                        

***

Mobil Pajero putih dengan plat 'B 05 AL' itu masih melenggang dengan angkuhnya di jalan raya. Siapa pun yang melihat plat itu akan tau pasti bahwa yang berada di dalam nya adalah penguasa Kohler Group yang menjadi pusat perhatian dunia. Al Kohler.

Bersama tunangannya Al masih menyusuri jalanan macat ibukota dengan di iringi musik dari penyanyi wanita yang juga merupakan idolanya, 'Carly Rae Jepsen - I Really Like You' di playdist mobilnya. Dengan di lapisi kacamata bewarna hitam yang membingkai kedua matanya, pandangan Al terus fokus ke depan, walau sesekali sambil melirik ke arah wanita cantik yang duduk di sebelahnya. Wanita itu masih betah berdiam diri dan sama sekali enggan melihat Al.

Al berdecak ketika lampu lalu lintas menyala pada warna merah. Pemuda itu menurunkan sedikit kaca mobilnya untuk melihat antrian panjang mobil-mobil yang menunggu lampu berubah warna, tanpa di sadari tepat di samping mobilnya ada empat orang wanita yang juga berada di dalam mobil melihatnya dan tentu saja terpesona akan ketampanannya. Para wanita itu menyerukan nama Al dengan semangat, dan hal itu malah justru berhasil membuat mahluk cantik di sebelah Al mengeluarkan suaranya, walaupun dengan sedikit ketus.

"Sengaja nurun-nurunin kaca, tebar pesona gitu biar di liatin cewek-cewek!" Al menoleh ke arah sumber suara. Tampak wanita di sebelahnya memasang raut wajah yang benar-benar kesal. Pemuda itu tersenyum, lalu menekan satu tombol di mobilnya, dan kaca mobil pun kembali tertutup. Ia mendekatkan tubuhnya untuk lebih mendekat pada Yuki, lalu dengan wajah tanpa dosa Al mengecup bibir wanita itu dengan mesra.

"Aku hanya milikmu, sayang." Bisikan lembut dari Al membuat bulu kuduk Yuki berdiri. Pemuda itu lalu mengusap-usapkan hidung mancungnya di leher Yuki hingga membuat wanita itu tak bisa berkata apa-apa selain membiarkan pemuda itu melakukan apapun yang ia mau, selagi masih dalam batas yang sewajarnya. Toh tak lama ia akan menjadi milik Al sepenuhnya, bukan?

Selesai bermain-main dengan leher Yuki, Al merengkuh wanita itu kedalam pelukan hangatnya. Tidak di pungkiri, Al sangat merindukan wanita cantik yang sudah resmi menjadi tunangannya dan tidak membutuhkan waktu yang lama lagi akan berubah status menjadi istrinya. Selama lima hari keberadaan wanita itu di Australia, Al tak pernah menelfonnya karena masih menyimpan kekesalan pada Yuki. Tetapi Al selalu mengingat pesan Mama nya, bahwa salah satu diantara mereka harus ada yang mengalah. Dan itu dia. Dia yang harus mengalah pada Yuki.

Lampu sudah berubah warna menjadi hijau. Al melepaskan pelukannya, tapi sebelum itu ia sempat mendaratkan kecupan mesra di pipi kanan Yuki. Wanita itu seolah bersikap datar pada Al atas perlakuan yang di perbuat pemuda itu barusan padanya. Yuki masih bersikap seolah tak peduli kepada Al, padahal di dalam sana jantung Yuki seakan runtuh dari tempatnya.

...

Mobil Al baru saja berhenti di halaman rumah Yuki yang sangat luas. Pemuda itu turun untuk membukakan pintu Yuki, tetapi wanita itu sudah terlebih dahulu turun dari dalam mobil dan langsung masuk ke dalam rumah. Sementara Al memanggil pelayan dirumah Yuki untuk membawakan koper Yuki ke dalam rumah. Kemudian pemuda itu menyusul langkah Yuki.

Kedua orangtua Yuki mendadak ada urusan penting ke Singapura untuk beberapa hari, membuat wanita cantik itu mau tak mau di rumah hanya di temani oleh para pelayan. Yuki lalu naik ke atas untuk menyegarkan tubuhnya dan beristirahat.

...

Al berbaring telentang dengan nyaman di ranjang milik Yuki sambil menonton acara televisi. Sementara wanita itu masih menyegarkan diri di dalam kamar mandi. Al berencana akan mengajak Yuki menginap di rumahnya karena tak tega melihat Yuki kesepian di rumah. Itu juga kalau Yuki nya mau. Mengingat masih betapa dingin nya sikap Yuki terhadap Al.

Sepuluh menit kemudian, wanita itu keluar dari dalam kamar mandi hanya dengan berbalutkan handuk. Ia sempat melirik sekilas ke arah Al, tetapi sejurus kemudian langsung melangkah menuju ke lemari untuk mencari baju yang akan ia kenakan. Dan setelah menemukan baju yang cocok untuknya, wanita itu masuk kembali ke dalam kamar mandi. Selang beberapa menit, Yuki keluar dengan memakai hotpans bewarna hitam dan kaos bewarna putih. Wanita itu duduk di meja rias tanpa sedikit pun melirik ke arah Al. Al yang merasa tak sabar dengan sikap Yuki pun segera menghampiri wanita itu untuk menjelaskan semua kesalahpahaman yang telah terjadi.

"Sayang.. Aku mau ngomong sama kamu." Yuki menatap Al dari kaca rias nya, karena kebetulan Al berdiri tepat di belakangnya. Dan entah apa sebabnya airmata Yuki tiba-tiba mengalir di pipinya.

"Mau ngomong apalagi? Hemm? Aku udah cukup sakit ngeliat kamu pelukan sama cewek itu? Kamu nggak tau gimana perasaan aku. Perasaan aku hancur banget tau nggak." Yuki terisak disana. Sementara Al masih tetap diam, membiarkan wanita itu mengeluarkan seluruh isi hati nya, keluh kesah nya.

"Kamu jahat banget sama aku. Selama aku di Australia, kamu juga nggak ada ngabarin aku, nelfon aku, tanya gimana keadaan aku. Aku sedih banget tau nggak? Kamu kayak udah nggak peduli sama aku. Kamu jah--"

Al langsung menarik Yuki ke pelukannya, memeluk wanita itu dengan penuh kasih sayang. Sementara Yuki semakin terisak, semakin menangis sejadi-jadinya di pelukan Al.

"Sssttt.. Udah sayang, udah. Dia bukan siapa-siapa, sayangku. Dia nggak punya hubungan apa-apa sama aku selain rekan bisnis kerja. Kalau kamu nggak suka perusahaan aku kerjasama dengan perusahaan dia, aku akan membatalkannya demi kamu sayang. Biar kamu nggak gini lagi sama aku. Dia kemaren itu datang, terus tiba-tiba meluk aku. Percaya sama aku, sayang."

...

Mama Ellen tampak sibuk menenangkan Nata yang menangis sesenggukan. Wanita itu datang di kediaman keluarga Kohler untuk menceritakan kejadian yang baru saja ia lihat di suatu pusat perbelanjaan. Nata melihat Stefan jalan dengan wanita lain. Dalam pengelihatannya, Stefan sangat mesra dengan wanita yang ia lihat di dalam mall tadi. Dan tujuan Nata berkunjung ke rumah Mama Ellen, untuk memutuskan hubungannya dengan Stefan. Tetapi Mama Ellen membantahnya. Mengingat betapa dekatnya hubungan keluarga Kohler dengan keluarga Nata.

"Lho, kakak Al, Yuki." Mama Ellen menyapa dua sejoli yang baru masuk ke dalam rumah, sebelum kemudian memeluk calon menantu cantiknya itu.

"Kapan pulang dari Ausy, sayang?" Yuki tersenyum, lalu menjawab.

"Tadi siang, Tante." Mama Ellen mengangguk-angguk.

"Tante denger, orangtua kamu lagi ke Singapura ya sayang?" Sambil tersenyum Yuki menganggukkan kepala sebagai jawaban. "Kalau begitu, kamu nginep disini aja, dirumah juga nggak ada temen, kan? Jadi nginep disini aja, ok?"

"Iya, Tante."

Al menatap Mama nya dengan tatapan seolah bertanya 'kenapa?' Ketika melihat Nata menangis. Mama Ellen hanya mengelus dadanya, bingung harus menjawab apa dan bagaimana. Pemuda itu lalu mengajak Yuki ke kamarnya.

...

"Cewek yang dibawah tadi, siapa?" Yuki bertanya pada Al. Mereka berdua sudah berada didalam kamar Al, di lantai dua.

Al sudah berhasil membujuk Yuki untuk menginap. Dan berhasil mendapat maaf dari wanita itu walau dengan susah payah.

Sambil membuka satu per satu kancing kemejanya, pemuda itupun menjawab. "Dia Natasha, pacar adik aku sayang. Mereka mungkin lagi sedang ada masalah. Aku mandi dulu, tunggu disini dulu ya."

Yuki cemberut, merajuk pada Al karena ditinggal sendirian di ranjang. Wanita itu mendadak sensitif sekali saat ini dengan Al. Padahal jarak dari kamar mandi dengan ranjang tidak jauh, karena kamar mandi juga terletak didalam kamar. Tetapi entahlah, Yuki tidak mau jauh-jauh dengan Al.

"Aku nggak mau ditinggal. Aku mau nya di peluk." Suara seorang wanita yang berasal dari arah ranjang membuat Al menghentikan langkahnya, dan menoleh. Pemuda tampan itu tersenyum lalu menghampiri Yuki.

"Sini.." Al membuka kedua tangannya untuk mengisyaratkan Yuki agar masuk ke pelukannya. Dan benar saja, tanpa menunggu lama wanita itu masuk ke dalam pelukan Al. Memeluknya dengan erat, dan membenamkan hidung mancungnya di leher Al.

"Nggak mau ditinggal tau." Yuki merengek manja pada Al. Pemuda itu semakin mengeratkan pelukannya tanpa menghentikan kecupannya di puncak kepala Yuki.

"Iya sayangku, calon istriku, pujaan hatiku, pemilik jiwa ragaku. Manja banget sayang, hemm?"

*** 

Sang PramugariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang