Cerita ini aku ambil dari facebook ka Alkivers Mom's
seinget aku nama aslinya ka ella tapi sekarang sudah jarang aktif di facebook
semoga jika ka ella liat aku izin ya ka untuk update disini
mengobati kangen ketika story alkivers lagi boming di fac...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
***
"Kamu peluk-pelukan di depan mata aku, kamu bilang itu temen.?!!"
Bentak Al yang membuat Yuki terlonjak terkejut. Masih dengan emosi, Al mendengus kasar. Dia menarik Iqbal untuk segera berjalan meninggalkan kekasih nya yang masih nampak tak percaya akan mendapat bentakan seperti itu dari Al.
Dari jarak jauh Iqbal sempat menoleh ke belakang sebelum Papa nya memberi perintah agar ia segera masuk ke dalam mobil. Setelah itu baru Al menyusul Iqbal masuk ke dalam. Tak lama kemudian mobil yang di tumpangi Al dan Iqbal melaju perlahan-lahan meninggalkan parkiran bandara.
Seorang pria tampan menghampiri Yuki yang terpaku dengan mata berkaca-mata. Rasya rupanya mengikuti gadis itu, bahkan dia melihat sendiri bagaimana seorang lelaki yang tidak di kenal nya tadi membentak Yuki, sahabat masa remaja nya.
"Yuki." Sapa pria itu dengan hati-hati menyentuh pundak Yuki. Yuki yang hampir saja meneteskan airmata pun memejamkan kedua matanya seraya menarik nafas lalu menghembuskan nya. Dia menoleh, tersenyum menatap Rasya.
"Ya, Sya?"
"Kamu-- enggak apa-apa kan?" Yuki terkekeh, menyembunyikan perasaan yang sebenar nya dari pria itu.
"Emang nya aku kenapa?" Rasya menggaruk kepala nya yang tidak gatal. Dia merasa tidak enak jika bertanya lebih pada gadis itu. Tapi, dia juga ingin tau siapa lelaki yang tadi bersama Yuki.
"Lelaki itu--"
"Oh, dia pacar aku. Baru sampai, jadi dia masih kecapean gitu. Eh udah enggak usah di bahas. Ngomong-ngomong kamu apa kabar?"
Rasya menghela nafas. Dia menyerah, meski sebenarnya dia tau pasti lelaki itu marah karena Yuki berpelukan dengan nya. Tersenyum tipis, Rasya menjawab pertanyaan gadis itu.
"Kabar aku lebih baik dari hatiku deh kayak nya." Canda nya, membuat Yuki terkekeh. Gadis itu mendorong pelan tubuh Rasya.
"Apa sih. Dasar." Meski dia ikut terbahak, tapi apa yang keluar dari mulut nya barusan bukanlah sebuah lelucon. Dia memang baik-baik saja, namun tidak dengan hati nya yang seketika kembali perih setelah mendengar langsung dari mulut Yuki bahwa dia telah memiliki kekasih.
"Aku anter kamu pulang gimana? Kita ngobrol di mobil aja. Sopir aku udah jemput." Ujar Rasya mengajak Yuki untuk pulang bersama nya. Setelah terdiam sejenak Yuki pun mengangguk menerima penawaran sahabat nya yang lama tinggal di Australia itu.
"Iya deh, tapi aku enggak ngerepotin kan?" Tersenyum manis, Rasya menggeleng.
"Ya enggak lah."
Mereka pun berjalan beriringan menuju mobil Rasya berada.
...
Di dalam kamar nya, Al tengah berdiri di depan jendela dengan kedua tangan berada di dalam saku celana nya. Sudah sejak beberapa menit yang lalu, dia terdiam menatap lurus keluar jendela kamar. Langit sudah semakin gelap, tak ada bintang atau pun bulan di atas sana. Lelaki itu bahkan melewatkan jam makan malam bersama putra dan kedua orangtua nya hanya karena ingin memiliki waktu sendiri. Bayang-bayang wajah terkejut bercampur sedih milik Yuki ketika ia berteriak di depan wajah nya itu masih terus menghantui nya hingga saat ini.