Bab 32

192 13 0
                                    

***

'DOOORRRR'

Baik Iqbal maupun Yuki sama-sama terkesiap mendengar suara tembakan itu. Ruang kerja Al yang kebetulan tidak kedap suara, membuat suara tembakan itu terdengar kemana-mana, namun tak sampai keluar rumah. Yuki seketika membuka matanya ketika mendengar suara itu. Dia sedang berada didalam kamar dan terlelap, tetapi ketika suara mengerikan itu terdengar mengusik tidurnya.

Dan Iqbal. Dia baru saja pulang kerumah dan mendengar suara ledakan itu. Dia terdiam disana, dan menatap ke arah sumber suara. Suara ledakan itu berasal dari ruang kerja Papah nya. Dengan langkah pelan, putra Al itu melangkah menaiki tangga untuk melihat apa yang sedang terjadi. Dia mengerutkan kening saat melihat pria berwajah dingin dan kaku berdiri didepan pintu ruang kerja sang Papah.

"Om Andrew." Pria itu menunduk hormat melihat tuan muda nya. Dia membukakan pintu, dan membiarkan Iqbal masuk ke ruang kerja Al.

Al tersenyum melihat Iqbal seraya mengembalikan pistolnya ke tempat semula. Iqbal memandang dingin ke arah pria yang sudah terkulai diatas lantai menjadi mayat. Dia sudah tidak heran melihat sang Papah yang dengan mudahnya melenyapkan orang. Sejak pertama di asuh oleh Al, dia sudah mengetahui dibalik kemuliaan hatinya, Al memiliki sisi kejam yang menyeramkan. Namun Iqbal tidak peduli. Selama ini sang Papah sudah sangat menyayanginya.

"Siapa dia, Pah?"

Dengan desisan tajam, Al menjawab. "Dia pria penjilat yang sudah membuat Mamah mu membenci Papah. Dan dia juga yang sudah membantu Pevita untuk menghancurkan hidup Papah."

Iqbal tersenyum sinis melihat mayat lelaki tidak berguna itu. Orang seperti ini memang tidak pantas bernafas didunia. Bagus sang Papah sudah melenyapkannya. Tapi ketika mendengar suara ledakan tadi, Iqbal khawatir jika Yuki mendengarnya. Dan jika Yuki mengetahui hal ini, sudah dipastikan wanita itu akan semakin membenci Papah nya. Oh tidak. Ini tidak bisa terjadi. Iqbal langsung berlari keluar dan menyuruh Andrew untuk membereskan mayat itu sebelum Yuki mengetahui semuanya.

...

Dan benar saja dugaan Iqbal. Dia menemukan Yuki keluar kamar untuk melihat apa yang sedang terjadi. Dengan segera Iqbal berlari dan menghampiri Mamah cantiknya.

"Mah, Mamah kok belum tidur? Mamah, emm-- Mamah mau kemana?" Dengan suaranya yang cemas Iqbal bertanya.

"Mamah tadi denger suara ledakan, sayang. Kayak suara tembakan gitu." Wanita itu menggulung rambutnya ke atas sambil terus menguap karena memang dia masih mengantuk.

"Oh.. Itu bodyguard Papah diluar Mah, lagi coba-coba pistol baru." Iqbal mencoba untuk tenang menghadapi kegugupannya didepan Yuki.

"Ah enggak mungkin. Tadi Mamah denger suaranya kayak dari dalam rumah."

Oh ternyata tidak mudah untuk menghadapi Mamahnya. Wanita itu terus menatap curiga pada Iqbal. Iqbal harus melakukan sesuatu agar Yuki tidak menghampiri ruang kerja Al. Jika itu terjadi? Ahh tidak-tidak. Iqbal harus melakukan sesuatu.

"Ahh Mamah. Mungkin itu hanya ilusinasi Mamah aja. Mamah juga kan kurang istirahat. Yaudah yuk, Iqbal antar Mamah ke kamar."

Masih dengan wajahnya yang bingung, Yuki pun menuruti perkataan Iqbal. Dia membiarkan saat Iqbal merangkulnya dan membawanya ke dalam kamar.

...

Al masuk kedalam kamar saat sudah menyelesaikan tugasnya. Ia sangat legah karena Iqbal bisa mengatasi Yuki dengan baik. Jika tadi Yuki masuk kedalam ruangan kerjanya, ah sudah dipastikan detik itu juga Yuki akan minta cerai darinya.

Al melihat wanita itu terlelap dengan nyaman disana. Dia tersenyum memandang wajah damai sang istri. Lalu dengan hangat, dia mengecup dahi Yuki sangat lama hingga membuat wanita itu terbangun.

"Dari mana saja?" Al tersenyum sambil mengelus-elus rambut sang istri.

"Habis memeriksa berkas perusahaan, sayang. Tidur lagi, sayang."

Yuki memandang Al cukup dalam. Dia hanya terdiam disana, seperti sedang memikirkan sesuatu. Dan Al, mengernyit saat airmata Yuki tiba-tiba menetes.

"Eh, kenapa sayang? Kok nangis? Ada apa?"

Wanita itu tidak menjawab, justru semakin terisak. Al yang cemas langsung mengangkat tubuh Yuki yang sedang terbaring diranjang, lalu memeluknya.

"Kenapa?" Al berbisik lembut sambil terus menciumi puncak kepala Yuki.

"Aku.. Aku kangen sama Mamah dan Papah. Aku pengen meluk mereka."

Mendengar itu. Al semakin mempererat pelukannya, dia mencoba menenangkan sang istri yang sepertinya belum bisa menerima jika kedua orangtuanya telah tiada.

...

Hari ini adalah hari sabtu. Dan pria itu, ya ampun. Pria itu masih bermalas-malasan diatas ranjang dengan selimut tebalnya. Padahal waktu sudah menunjukan pukul sepuluh pagi.

Pria itu Al. CEO Kohler Group's itu masih betah berada diranjang mewah raksasanya. Dia sudah bangun dari tidur nyenyaknya, namun masih enggan bangkit dari tempat tidur. Pria itu membuka matanya, dan tersenyum ketika menyadari ia tidak memakai sehelai benang pun ditubuh kekarnya. Dia sangat bahagia karena sudah mendapatkan hak nya dari sang istri. Dan itu... Ah ya ampun, itu sangat manis sekali. Mengingat selama ini sang istri selalu bersikap dingin kepadanya, dan malam tadi sang istri pasrah akan apa yang telah Al lakukan padanya. Ngomong-ngomong soal Yuki, dimana istri cantiknya itu? Al mengernyit ketika menyadari Yuki tidak ada diranjang, hingga sesaat kemudian terdengar suara cekikikan Iqbal dan Yuki dari lantai satu. Al membalutkan selimut ke tubuhnya hingga menutup keseluruhan dan melangkah menuju balkon kamarnya.

...

Dilapangan bulu tangkis yang terdapat dikediaman mewah Al, ada Yuki dan Iqbal disana. Mereka tertawa dan nampak sangat bahagia. Yuki, sangat fresh dengan tampilannya yang serba bewarna putih. Tanktop bewarna putih, hotpans ketat bewarna putih, dan sepatu olahraga yang juga bewarna putih. Rambutnya ia ikat ke atas seperti buntut kuda hingga memampangkan wajahnya yang begitu cantik.

"Hey wanita ber'tanktop putih! Jangan curang dong main nya."

Iqbal dan Yuki menghentikan permainannya, dan mendongak ke atas. Tampak Al sedang berdiri di balkon memandang ke arah mereka. Yuki, melihat keadaan Al yang menutup tubuhnya dengan selimut membuat pipi Yuki seketika merona. Mengingat apa yang sudah terjadi diantara mereka tadi malam. Wanita itu refleks menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Dia mendadak malu mengingat kejadian itu. Melihat semua itu, sang suami semakin bersemangat untuk menggodanya dari lantai dua.

"Nyonya Kohler, kenapa ditutup mukanya? Ada apa sayangku, istriku? Mikirin yang tadi malam yah?"

"Udah dong, nyebelin."

Al terkekeh melihat sang istri yang merengek-rengek lucu dibawah sana.

***

Sang PramugariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang